Malaysia, dan Thailand dan Cina bagian Selatan. Tanaman ini banyak juga ditemukan pada hutan campuran antara hutan yang hijau sepanjang
tahun, di sepanjang bukit kapur, pada ketinggian 1200 mdpl. Pertumbuhannya sangat baik pada daerah panas, beriklim tropik basah,
serta pada tanah yang relatif subur dengan drainase dan aerasi yang baik Munir, 2001.
2. Komposisi Temu Kunci
Setiap 100 g rimpang yang dapat dimakan kira-kira mengandung air 12 g, protein 20 g, nitrogen 3.2 gram, gula 12 g, zat larut 80 etanol
52 g, zat larut air 21 gram, abu 6 g. Unsur pokok rimpang dan akar temu kunci mengandung flavon dan flavonon pinostrobin, alpinetin dan
pinosembrin, monoterpenoid geranedial dan neral dan calkone kardamonin. Kandungan minyak atsiri rimpang dan akarnya berkisar
dari 1-3 bobot kering, 0.2-0.5 bobot segar. Kandungan minyak atsiri terdiri atas senyawa utama 1,8-sineol 18-41, kamfor 13, d-borneol
9.2, d-pinena 4.1, zingiberena 2.7, kurkumin 0.9 dan zeodarina 0.7 Munir, 2001.
3. Kegunaan
Temu Kunci
Tanaman temu kunci biasa digunakan sebagai bumbu dapurrempah dan obat. Di Indonesia, Malaysia, Indo-Cina dan India akar
dan rimpangnya digunakan sebagai pengharum makanan dan dibuat asinan. Sebagai obat tradisional, temu kunci berkhasiat menyembuhkan
sariawan, masuk angin, batuk, gangguan pencernaan, sakit perut pada bayi, rematik, sakit pada otot, sebagai campuran obat penguat sebelum
proses kelahiran dan juga memperbanyak air susu ibu serta penyegar tubuh ibu setelah melahirkan Munir, 2001.
4. Sifat Antimikroba Temu Kunci
Efek penghambatan ataupun perangsangan pertumbuhan mikroba oleh suatu jenis rempah-rempah bersifat khas. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan kandungan dan jenis senyawa antimikroba pada setiap
jenis rempah-rempah. Menurut Fardiaz et. al.1988, aktivitas antimikroba suatu senyawa kimia tidak dapat ditentukan secara absolut, karena tidak
saja dipengaruhi oleh sifat-sifat dan mekanismenya, tetapi juga ditentukan oleh konsentrasinya. Mekanisme kerja suatu antimikroba terhadap sel
dapat dibedakan atas berbagai kelompok seperti : 1 Merusak dinding sel, 2 Mengganggu permeabilitas sel, 3 Merusak molekul protein dan asam
nukleat, 4 Menghambat aktivitas enzim, 5 Sebagai antimetabolit, dan 6 Menghambat sintesa asam nukleat Fardiaz et. al. 1988.
Temu Kunci Boesenbergia pandurata Roxb. Schlect memiliki komponen bioaktif yang berasal dari minyak atsiri ataupun
ekstraknya, yang kini sudah mulai banyak diteliti dan terbukti cukup efektif sebagai antibakteri, antifungal, antioksidan, maupun
antimutagenik. Anonim 2005 menyebutkan bahwa minyak atsiri temu kunci memiliki efek terhadap pertumbuhan Entamoeba coli,
Staphyllococus aureus dan Candida albicans.
Wong 1996 melakukan penelitian perbedaan daya antibakteri ekstrak air dan etanol temu kunci terhadap Staphylococcus aureus.
Berdasarkan penelitiannya tersebut diketahui adanya perbedaan daya antibakteri, dimana ekstrak etanol dari temu kunci menunjukkan daya
antibakteri terhadap S. aureus pada konsentrasi 10, 20 dan 30 bv sedangkan ekstrak air temu kunci tidak menunjukkan daya anti bakteri
terhadap S. aureus pada konsentrasi yang sama. Thongson et.al 2005 telah meneliti efek antimikroba rempah-
rempah khas Thailand, khususnya yang berasal dari rimpang dan minyak esensial dari jahe Zingiber officinale, temu kunci Boesenbergia
pandurata , dan kunyit Curcuma longa terhadap Listeria monocytogenes
strain 101 dan Salmonella. enteritidis strain DMST 8536 dalam daging dada ayam. Berdasarkan minyak esensial yang diuji, dilaporkan bahwa
konsentrasi 5 temu kunci menunjukkan efek bakterisidal paling baik terhadap S. enteritidis selama 4 jam, dan memiliki sedikit efek antibakteri
terhadap L. monocytogenes.
Temu kunci juga diketahui memiliki daya antifungi. Jantan et.al 2003 melaporkan bahwa minyak esensial temu kunci efektif
menghambat Mucor sp, Aspergillus niger dan A. fumigatus. Mothana dan Lindequist 2005 juga melaporkan bahwa ekstrak kloroform dari Alpinia
galanga L. Willd. Zingiberaceae dan temu kunci Boesenbergia
pandurata Robx. Schltr. memiliki aktivitas antifungi terhadap
Cryptococcus neoformans dan
Microsporum gypseum , tetapi
menunjukkan aktivitas yang lemah terhadap Candida albicans.
B. GARAM DAPUR NaCl