Total Mikroba PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK TEMU KUNCI DAN GARAM

-1200 -1000 -800 -600 -400 -200 12 24 36 48 60 jam ke le n g k et an g s kontrol NaCl 4 ekstrak 1 ekstrak 1 + NaCl 4 Gambar 12. Pengaruh penambahan ekstrak temu kunci dan NaCl terhadap perubahan kelengketan mi selama penyimpanan Adanya peningkatan nilai kelengketan mi basah ini kemungkinan disebabkan oleh adanya aktivitas mikroorganisme seperti pembentukan lendir oleh bakteri yang menyebabkan mi menjadi berlendir dan lebih lengket. Menurut Fardiaz 1989, bakteri pembentuk kapsul yang tumbuh pada makanan dapat menyebabkan makanan berlendir.

5. Total Mikroba

Mi basah matang merupakan mi basah mentah yang telah mengalami proses pemasakan, baik melalui perebusan maupun pengukusan Astawan, 1999. Karena itulah, syarat mutu mikrobiologi untuk total mikroba mi basah matang mengikuti standar SNI untuk makanan siap santap yang juga telah melalui proses pemasakan, seperti ikan pindang, bandeng presto dan kripik tempe goreng, dimana jumlah total mikroba yang disyaratkan tidak boleh lebih dari 10 5 CFUg atau 5 log CFUg. Berdasarkan hasil penelitian, seperti terlihat pada Gambar 13, diketahui bahwa jumlah total mikroba mi kontrol dan mi dengan NaCl 4 hampir mencapai 5 log CFUg pada jam ke-12, dengan jumlah total mikroba masing-masing untuk mi kontrol dan mi dengan NaCl 4 sebesar 3.7 log CFUg dan 4.3 log CFUg. Mi basah matang dengan penambahan ekstrak temu kunci memiliki waktu yang lebih lama untuk mencapai jumlah total mikroba sebesar 5 log CFUg dibandingkan mi kontrol. Jumlah total mikroba mi basah dengan ekstrak temu kunci 1 dan mi dengan NaCl 4 hampir mencapai 5 log CFUg pada jam ke-24, dengan jumlah total mikroba masing-masing sebesar 4.72 dan 4.91 log CFUg. Data hasil pengamatan total mikroba dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 17 – 20. 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 12 24 36 48 60 jam lo g cf u g kontrol NaCl 4 ekstrak 1 ekstrak 1 + NaCl 4 Gambar 13. Pengaruh penambahan ekstrak temu kunci dan NaCl pada mi terhadap pertumbuhan total mikroba selama penyimpanan Terdapat perbedaaan antara hasil pengamatan secara subyektif dan mikrobiologi pada kerusakan mi basah matang. Berdasarkan hasil pengamatan secara subyektif, yaitu dengan parameter bau asam, mi kontrol baru dinyatakan rusak dan tidak dapat diterima lagi pada jam ke- 42, padahal secara mikrobiologi mi tersebut telah dinyatakan rusak pada jam ke-24 karena telah melewati batas SNI untuk makanan siap santap dengan jumlah total mikroba sebesar 2.2 x 10 6 CFUg Tabel 8. Tabel 8. Perbandingan umur simpan mi basah matang hasil pengamatan secara subyektif dan mikrobiologi Sampel mi Lama penyimpanan sampai dinyatakan rusak Subyektif bau asam Mikrobiologi jumlah total mikroba 10 5 Kontrol 42 jam 24 jam NaCl 4 54 jam 24 jam Ekstrak temu kunci 1 54 jam 36 jam Ekstrak temu kunci 1 dan NaCl 4 54 jam 36 jam Kecenderungan yang sama terjadi juga pada mi dengan penambahan ekstrak temu kunci dan NaCl. Mi dengan NaCl 4 secara subyektif baru dinyatakan rusak pada jam ke 54. Namun, secara mikrobiologi mi tersebut telah dinyatakan rusak pada jam ke-24 karena jumlah total mikrobanya telah melewati batas SNI untuk makanan siap santap, yaitu sebesar 2.1 x 10 6 CFUg. Mi dengan ekstrak temu kunci 1 dan mi dengan kombinasi ekstrak temu kunci 1 + NaCl 4 baru dinyatakan rusak secara subyektif pada jam ke-54. Namun jumlah total mikrobanya telah melewati batas SNI untuk makanan siap santap pada jam ke-36, yaitu masing- masing sebesar 1.05 x 10 6 CFUg dan 2.09 x 10 6 CFUg. Adanya perbedaan antara hasil analisis secara subyektif dan mikrobiologi ini disebabkan karena pada saat jumlah total mikroba telah tidak dapat diterima sesuai SNI untuk makanan siap santap 1 x 10 5 CFUg, hasil analisis secara subyektif belum menunjukkan tanda-tanda kerusakan seperti munculnya bau asam atau pun berlendir sehingga lama penyimpanan mi dinyatakan lebih lama. Menurut Ray 2001, untuk dapat menghasilkan perubahan yang terdeteksi secara subyektif seperti munculnya bau asam dan lendir, mikroorganisme terutama bakteri dan khamir harus tumbuh sampai mencapai level tertentu yang disebut dengan level deteksi kerusakan. Umumnya level deteksi kerusakan ini bervariasi dari 10 6 sampai 10 8 CFUg, CFUml, dan CFUcm 2 tergantung dari jenis bahan pangan, tipe kerusakan dan jenis mikrobanya Ray, 2001.

6. Total Kapang

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan NaCl dan Garam Dapur terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe III pada Pembuatan Model Kerja Gigitiruan

1 57 70

Pengaruh Penambahan Larutan Garam Dapur dan NaCl 2% terhadap Setting Time dan Kekuatan Kompresi Gips Tipe III sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

2 72 81

Pengaruh Penambahan Larutan Garam Dapur Dan Nacl 2%Terhadap Setting Time Dan Kekuatan Kompresi Gips Tipe Iii Sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

10 57 81

Pengaruh Konsentrasi Bubuk Bawang Putih dan Garam Dapur (NaCl) Terhadap Mutu Tahu Selama Penyimpanan Pada Suhu Kamar

1 45 114

PENGARUH EKSTRAK TEMU KUNCI ( BOESENBERGIA PANDURATA ROXB) TERHADAP AKTIVITAS FASCIOLA HEPATICA SECARA IN-VITRO

0 7 57

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EKSTRAK ETANOL TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata) PADA BERBAGAI VARIASI KOMPOSISI KITOSAN.

22 56 95

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata ROXB.) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS PADA AYAM BROILER - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 13

DAYA TABIR SURYA DAN ANTIOKSIDAN FORMULA KRIM EKSTRAK RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L) DAN RIMPANG TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecht)

0 0 15

Pengaruh ekstrak rimpang temu kunci (Boesenbergia Pandurata(ROXB) Schlecht) terhadap nyeri yang diinduksi oleh fenil benzokuinon - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 13

Pengaruh ekstrak rimpang temu kunci (Boesenbergia Pandurata(ROXB) Schlecht) terhadap nyeri yang diinduksi oleh fenil benzokuinon - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 11