Uji Organoleptik Soekarto, 1985 Pengukuran pH Apriyantono et.

tissue lalu dicelupkan ke dalam sampel yang akan diukur nilai pH-nya.

f. Uji Organoleptik Soekarto, 1985

1. Uji Penerimaan Hedonik Penilaian penerimaan mi basah yang menggunakan ekstrak temu kunci dilakukan dengan metode penerimaan hedonik terhadap 30 panelis. Atribut sensori yang dianalisa adalah warna, rasa, aroma, dan tekstur. Uji dilakukan terhadap sampel yang masih segar. Tingkat persepsi panelis digambarkan berdasarkan skor sebagai berikut : 5 sangat suka, 4 suka, 3 netral, 2 tidak suka dan 1 sangat tidak suka Atribut sensori yang diuji adalah aroma, warna, tekstur, rasa, dan keseluruhan overall. Data hasil uji organoleptik dianalisis menggunakan ANOVA dengan uji lanjut Duncan memakai program SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN A. EKSTRAK TEMU KUNCI Pada penelitian ini, temu kunci diekstrak menggunakan pelarut etil asetat. Diharapkan komponen antimikroba yang bersifat polar dan non polar pada temu kunci akan terekstrak oleh etil asetat yang bersifat semi polar. Sebelum diekstrak, temu kunci yang telah dikeringkan digiling hingga menjadi bubuk kering temu kunci. Menurut Pursgelove et.al. 1981, persiapan bahan baku yang mencakup pengeringan bahan sampai kadar air tertentu dan penggilingan bertujuan untuk mempermudah proses ekstraksi temu kunci. Ekstraksi temu kunci menggunakan pelarut etil asetat menghasilkan ekstrak temu kunci yang berwarna kuning tua, hampir kecoklatan, kental dan lengket serta beraroma khas temu kunci. Rendemen ekstrak temu kunci yang diperoleh sebesar 10.75 Warna kuning dari ekstrak temu kunci ini berasal dari pigmen kurkuminoid yang terdapat dalam temu kunci. Menurut Munir 2001, minyak atsiri rimpang temu kunci mengandung pigmen kurkuminoid sebesar 0.9 . Warna kuning tua yang hampir kecoklatan ini kemungkinan juga disebabkan oleh kandungan fenolik dari temu kunci yang rentan teroksidasi oleh enzim polifenoloksidase. Oksidasi terhadap senyawa fenolik ini akan membentuk quinon yang akan mengalami polimerisasi menjadi melanoidin dan menghasilkan warna coklat Kidmose et. al., 2002. Aroma khas temu kunci ini kemungkinan berasal dari minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak temu kunci. Menurut Harbone 1996, minyak atsiri dapat memberikan aroma harum, atau bau yang khas karena adanya komponen terpenoid di dalamnya. B. PENENTUAN KONSENTRASI EKSTRAK TEMU KUNCI Sebelum disimpan, mi yang telah ditambah ekstrak temu kunci diamati secara organoleptik terhadap atribut warna, rasa dan aroma mi. Berdasarkan pengamatan organoleptik, diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak temu kunci yang ditambahkan ke dalam adonan mi menyebabkan warna mi menjadi semakin kuning dan bahkan hampir kecoklatan pada mi dengan ekstrak temu kunci 7 . Warna kuning pada mi dengan penambahan ekstrak temu kunci disebabkan oleh pigmen kurkuminoid yang terdapat dalam temu kunci. Aroma mi yang ditambah ekstrak temu kunci memiliki aroma khas temu kunci yang intensitasnya semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak temu kunci yang ditambahkan. Aroma khas temu kunci ini berasal dari komponen terpenoid seperti monoterpenoid geranedial dan neral, yang berasal dari minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak temu kunci. Rasa mi yang ditambahkan ekstrak temu kunci menjadi agak sedikit pahit dan rasa pahit ini intensitasnya semakin meningkat seiring dengan penambahan konsentrasi ekstrak temu kunci yang ditambahkan. Rasa pahit ini disebabkan oleh komponen fenolik, terpenoid dan flavonon yang terkandung di dalam temu kunci. Menurut Maga 1990 dan Shallenberger 1993, komponen yang menyebabkan rasa pahit diantaranya adalah komponen terpenoid, flavonon dan komponen aromatik seperti fenol. Berdasarkan hasil pengamatan secara subyektif terhadap umur simpan mi, diketahui bahwa mi basah matang dengan penambahan ekstrak temu kunci 1 dan 3 mengalami kerusakan pada jam ke-54, yang ditandai mulai munculnya aroma asam, tekstur mi menjadi agak basah dan mulai sedikit lengket serta berlendir. Untuk mi basah matang dengan penambahan ekstrak temu kunci 5 dan 7 baru mengalami kerusakan pada jam ke-66, yang ditandai dengan mi menjadi basah, lengket dan berlendir. Bau asam pada mi dengan ekstrak temu kunci 5 dan 7 tidak tercium sampai jam ke- 72. Hal ini disebabkan aroma temu kunci yang terlalu kuat sehingga menutupi bau asam yang timbul akibat mikroba perusak mi. Mi kontrol tanpa penambahan ekstrak temu kunci sendiri sudah mengalami kerusakan pada jam ke-42, yang ditandai munculnya aroma asam. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa mi dengan penambahan ekstrak temu kunci mampu menambah lama penyimpanan mi 12 - 24 jam tergantung konsentrasi ekstrak yang ditambahkan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak temu kunci yang ditambahkan semakin lama waktu penyimpanannya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan antimikroba yang terdapat pada ekstrak temu kunci yang telah menghambat pertumbuhan mikroba perusak mi. Komponen-komponen fenolik, terpenoid, dan minyak atsiri yang terkandung dalam temu kunci merupakan senyawa-senyawa yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba. Penelitian yang telah dilakukan pada rimpang lengkuas A. galanga melaporkan bahwa komponen senyawa fenolik, flavonoid, minyak atsiri, terpena, asam organik tanaman, asam lemak, ester asam lemak tertentu dan alkaloid tanaman mempunyai aktivitas antimikroba Haraguchi et.al., 1998. Lama penyimpanan mi dengan penambahan ekstrak temu kunci sampai mi dinyatakan rusak, paling lama ditunjukkan oleh mi dengan penambahan ekstrak temu kunci sebesar 7 dengan lama penyimpanan selama 66 jam. Namun rasanya yang pahit membuat mi ini tidak dapat diterima. Berdasarkan pertimbangan ini, maka untuk penelitian selanjutnya digunakan konsentrasi ekstrak temu kunci sebesar 1 yang memiliki lama penyimpanan 54 jam.

C. PENENTUAN KONSENTRASI GARAM

DAPUR NaCl Penambahan garam dapur NaCl pada adonan mi basah matang menyebabkan rasa mi menjadi asin, yang intensitas asinnya ini semakin meningkat seiring dengan penambahan konsentrasi NaCl yang ditambahkan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap lama penyimpanan mi secara subyektif, diketahui bahwa mi dengan penambahan NaCl sebesar 3 dinyatakan rusak pada jam ke-48, yang ditandai dengan munculnya aroma asam. Mi dengan penambahan NaCl sebesar 4 dinyatakan rusak pada jam ke-54, yang ditandai dengan munculnya aroma asam. Mi dengan penambahan NaCl 5 dinyatakan rusak pada jam ke-60, yang ditandai dengan munculnya aroma asam dan timbul lendir pada mi. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa mi dengan penambahan garam dapur NaCl mampu menambah lama penyimpanan mi basah matang 6 - 18 jam, tergantung konsentrasi NaCl yang ditambahkan, dibandingkan mi kontrol. Kemampuan NaCl untuk menghambat pertumbuhan mikroba ini disebabkan karena NaCl mampu mengikat air sehingga menyebabkan dehidrasi makanan penurunan a w dan dehidrasi sel mikroorganisme. NaCl juga mampu meyebabkan peningkatan tekanan osmotik sehingga sel mengalami plasmolisa dan dehidrasi dimana air dan komponen- komponen sel lainnya akan keluar dari sel Frazier, 1978. Penambahan NaCl sebesar 5 diketahui memiliki lama penyimpanan mi paling lama, yaitu sampai dengan 60 jam. Namun rasanya yang sangat asin menyebabkan mi tidak dapat lagi diterima. Oleh karena itu, dipilih konsentrasi NaCl sebesar 4 untuk penelitian selanjutnya yang memiliki lama penyimpanan 54 jam, karena rasa asinnya yang masih dapat diterima. D. PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK TEMU KUNCI DAN GARAM DAPUR NaCl TERHADAP MUTU MI SELAMA PENYIMPANAN

a. Derajat Keasaman pH

Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak temu kunci dan garam dapur NaCl terhadap nilai pH awal mi basah matang maupun perubahan pH mi basah matang selama penyimpanan pada suhu ruang. Akibat penambahan garam alkali Na 2 CO 3 , kisaran pH mi basah menjadi sangat tinggi, yaitu 9.00 - 11.00 Miskelly, 1996. Penambahan NaCl sebesar 4 pada adonan mi menyebabkan mi yang dihasilkan memiliki nilai pH awal yang berbeda nyata dengan mi kontrol, dimana nilai pH awal untuk mi kontrol pH 9.25 lebih tinggi daripada mi dengan NaCl 4 pH 9.05. Penambahan ekstrak temu kunci

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan NaCl dan Garam Dapur terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe III pada Pembuatan Model Kerja Gigitiruan

1 57 70

Pengaruh Penambahan Larutan Garam Dapur dan NaCl 2% terhadap Setting Time dan Kekuatan Kompresi Gips Tipe III sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

2 72 81

Pengaruh Penambahan Larutan Garam Dapur Dan Nacl 2%Terhadap Setting Time Dan Kekuatan Kompresi Gips Tipe Iii Sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

10 57 81

Pengaruh Konsentrasi Bubuk Bawang Putih dan Garam Dapur (NaCl) Terhadap Mutu Tahu Selama Penyimpanan Pada Suhu Kamar

1 45 114

PENGARUH EKSTRAK TEMU KUNCI ( BOESENBERGIA PANDURATA ROXB) TERHADAP AKTIVITAS FASCIOLA HEPATICA SECARA IN-VITRO

0 7 57

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EKSTRAK ETANOL TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata) PADA BERBAGAI VARIASI KOMPOSISI KITOSAN.

22 56 95

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata ROXB.) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS PADA AYAM BROILER - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 13

DAYA TABIR SURYA DAN ANTIOKSIDAN FORMULA KRIM EKSTRAK RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L) DAN RIMPANG TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecht)

0 0 15

Pengaruh ekstrak rimpang temu kunci (Boesenbergia Pandurata(ROXB) Schlecht) terhadap nyeri yang diinduksi oleh fenil benzokuinon - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 13

Pengaruh ekstrak rimpang temu kunci (Boesenbergia Pandurata(ROXB) Schlecht) terhadap nyeri yang diinduksi oleh fenil benzokuinon - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 11