Gambaran Umum Penjual Jamu Gendong

perdagangan 29,01 persen, usaha kecil menengah 25,64 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa 16,53 persen. Tabel 8. Penduduk Kelurahan Babakan Menurut Mata Pencaharian Tahun 2004 Pekerjaan Jumlah orang Pegawai swasta 1.187 PedagangWiraswasta 1.014 Pegawai negeri sipil 788 Sektor jasa 495 Pertukangan 255 Pensiunan 142 Pemulung 6 ABRI 2 Jumlah 3.889 Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan 2004

5.2. Gambaran Umum Penjual Jamu Gendong

Dalam gambaran umum penjual jamu gendong ini berturut-turut akan diuraikan tentang status kependudukan, asal daerah, status perkawinan, umur, pendidikan, lamnya menjual jamu, dan pekerjaan awal. Penjual Jamu Gendong di Kelurahan Babakan pada umumnya adalah produsen penjual, artinya produsen sekaligus menjadi penjual jamu yang dihasilkan. Untuk melengkapi penelitian ini, maka dilakukan wawancara dengan masing- masing penjual jamu gendong. Wawancara dilakukan secara lisan, tanpa kuesioner. Selain karena waktu mereka yang terbatas, para penjual jamu gendong ini berlatar belakang pendidikan yang rendah. Wawancara lisan dilakukan agar para penjual tidak merasa tersinggung, sehingga proses wawancara dapat berlangsung dengan suasana yang akrab. Jenis Kelamin. Terdapat empat Penjual Jamu Gendong yang ditemui di daerah penelitian ini. Mereka tersebar di empat wilayah di Kelurahan Babakan. Keempat penjual jamu gendong tersebut berjenis kelamin perempuan 100 persen. Status Kependudukan. Para penjual jamu gendong ini tidak tercetak dalam data statistik Kelurahan, mereka hanya dicatat pada RT tempat mereka tinggal sebagai lapor diri, baik pada waktu datang maupun pada waktu pulang. Sehingga, tidak diketahui secara pasti berapa jumlah penjual jamu gendong yang tersebar di Kelurahan Babakan. Satu diantara empat penjual jamu gendong ini merupakan penduduk sementara 25 persen. Sedangkan tiga lainnya 75 persen adalah penduduk tetap. Penduduk sementara yang dimaksudkan adalah penduduk yang tidak memiliki kartu penduduk Kabupaten Bogor, melainkan hanya memiliki surat pengantar dari desanya dan telah melapor, sekaligus mendaftarkan diri pada RT setempat di Kabupaten Bogo r. Penduduk tetap adalah penduduk yang sudah memiliki kartu tanda penduduk Kabupaten Bogor. Asal Daerah. Para penjual jamu gendong yang merupakan penduduk tetap bukanlah berarti bahwa mereka adalah penduduk yang berasal dari KotaKabupaten Bogor. Penduduk yang berasal dari KotaKabupaten Bogor yang dimaksudkan adalah penduduk dalam arti nenek dan kakeknya serta orangtuanya berasal dari KotaKabupaten Bogor. Komposisi penjual jamu gendong berdasarkan daerah asal dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Komposisi Penjual Jamu Gendong Berdasarkan Daerah Asal No. Asal Daerah Jumlah orang 1 Klaten 1 25 2 Solo 2 50 3 Wonogiri 1 25 Total 4 100 Ternyata dari keempat penjual jamu gendong tersebut tidak satupun yang merupakan penduduk asli KotaKabupaten Bogor. Hal ini menggambarkan bahwa mereka merupakan penduduk migran yang meninggalkan desanya untuk mencari pekerjaan ke kota, salah satunya di KotaKabupaten Bogor. Kepindahan mereka ke kota sebagian besar disebabkan oleh karena alasan ekonomi, karena tidak adanya kesempatan kerja di desa, dan sebagian yang lain karena ikut suami, dimana suami mereka merupakan penduduk migran. Status Pernikahan . Dilihat dari status pernikahan penjual jamu gendong, dapat dibedakan antara yang berstatus belum menikah, menikah dan janda. Status sebagai janda dialami karena perceraian. Status pernikahan dari para penjual jamu gendong tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10. Komposisi Penjual Jamu Gendong Berdasarkan Status Pernikahan No. Status Pernikahan Juml ah orang 1 Belum menikah 1 25 2 Menikah 2 50 3 Janda 1 25 Total 4 100 Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa sebagian penjual jamu gendong ini adalah ibu rumah tanggasudah menikah 75 persen, yakni sebanyak tiga orang. Dari jumlah tersebut dua orang yang menikah langgeng dan satu orang janda. Sementara itu, satu orang 25 persen berstatus belum menikah. Umur Penjual Jamu Gendong. Jika kita mengkaji umur dari keempat penjual jamu gendong ini, umur mereka bervariasi antara 20 sampai 53 tahun. Untuk memperjelas tentang komposisi umur dari penjual jamu gendong, dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Komposisi Penjual Jamu Gendong Berdasarkan Umur No. Umur tahun Jumlah orang 1 20-30 1 25 2 31-40 1 25 3 41-50 1 25 4 51+ 1 25 Total 4 100 Persentase yang terbanyak pada usia 50 tahun kebawah, yakni tiga orang 75 persen. Dari ketiga penjual jamu gendong tersebut, yang berumur 30 tahun kebawah hanya satu orang 25 persen. Profesi penjual jamu gendong tidak mempermasalahkan umur, selama kaki masih sanggup menopang beban, hal ini terbukti dengan adanya satu orang 25 persen penjual jamu gendong yang berumur 53 tahun. Pendidikan. Pada umumnya keadaan tingkat pendidikan penjual jamu gendong rendah. Dari empat penjual jamu gendong yang ditemui, yang berhasil menamatkan pendidikannya pada Sekolah Dasar hanya dua orang 50 persen, dimana hanya satu orang diantaranya yang menginjak bangku SMP. Namun, itupun tidak tamat. Dari keempat penjual jamu gendong tersebut, dua orang diantaranya pernah mengikuti kursus. Masing- masing kursus menjahit dan kursus membuat jamu. Komposisi tingkat pendidikan para penjual jamu gendong tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Komposisi Penjual Jamu Gendong Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah orang 1 Sekolah Dasar tidak tamat 2 50 2 Tamat Sekolah Dasar 1 25 3 SMP tidak tamat 1 25 Total 4 100 Lamanya Menjual. Lamanya waktu yang dihabiskan para penjual jamu gendong untuk menggeluti profesi ini bervariasi antara penjual yang satu dengan yang lain. Adapun rentangan waktu tersebut adalah dua sampai dengan 31 tahun. Terdapat dua penjual jamu gendong 50 persen yang berjualan dalam rentangan waktu 0 – 10 tahun. Salah satu diantaranya, baru dua tahun menggeluti profesi sebagai penjual jamu gendong. Sementara itu, ada satu penjual jamu gendong yang berjualan dalam rentangan waktu 11 – 20 tahun dan satu yang lainnya telah menjadi penjual jamu gendong selama 31 tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Lamanya Waktu menjadi Penjual Jamu Gendong No. Lama Jualan tahun Jumlah orang 1 0-10 2 50 2 11-20 1 25 3 21-30 - - 4 31-40 1 25 Total 4 100 Dengan mengkaji data tersebut, dapat dikatakan bahwa ada yang telah menghabiskan waktu yang begitu lama untuk menggeluti profesi penjual jamu gendong tersebut. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat sudah mengenal dan mengkonsumsi minuman jamu gendong sejak lama. Pekerjaan Awal. Pada umumnya sebelum menjadi penjual jamu gendong, mereka tidak memiliki pekerjaan, terdiri dari tiga orang sebagai ibu rumah tangga dan satu orang tidak bekerja menganggur. Penjual tersebut mengatakan menganggur karena sebelum menjadi penjual jamu gendong hanya membantu orangtua di rumah. Berikut lebih jelasnya disajikan dalam Tabel 14. Tabel 14. Komposisi Penjual Jamu Gendong Berdasarkan Pekerjaan Awal No. Pekerjaan Awal Jumlah orang 1 Ibu rumah tangga 3 75 2 Membantu pekerjaan orangtua 1 25 Total 4 100 Sebagian dari mereka hanya mengikuti keluarga yang tinggal di kota untuk membantu semampunya disamping mencari lowongan kerja. Dan akhirnya tertampung dalam profesi penjual jamu gendong. Sebagian yang lain meninggalkan desanya dengan tujuan untuk mencari kehidupan yang lebih baik dengan cara mencari pekerjaan di kota besar. Pengeluaran Bahan Baku Jamu Gendong. Para penjual jamu gendong membeli bahan baku jamu di pasar atau warung-warung terdekat. Mereka mengatakan bahwa mereka membeli bahan-bahan baku tersebut untuk persediaan selama dua-tiga hari. Kisaran jumlah pengeluaran para penjual jamu gendong setiap hari untuk bahan baku jamu dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pengeluaran Penjual Jamu Gendong untuk Bahan Baku per Hari Pengeluaran per hari Jumlah orang Rp. 10.000 1 25 Rp. 11.000 – Rp. 15.000 3 75 Total 4 100 Untuk jamu bungkusan, para penjual jamu gendong menjelaskan bahwa mereka mengeluarkan Rp. 20.000 sampai Rp. 30.000 setiap minggu. Tidak semua jenis jamu bungkusan yang mereka sediakan habis terjual. Hanya jamu-jamu bungkusan tertentu yang banyak diminati konsumen yang harus mereka beli kembali untuk memenuhi persediaan setiap minggunya. Sedangkan jenis jamu bungkusan yang tidak terjual dijadikan sebagai modal untuk penjualan berikutnya. Pendapatan Penjual Jamu Gendong. Para penjual jamu gendong meramu jamunya dengan cara diuleg. Masing- masing bahan tersebut diuleg dan direbus sebelum waktu subuh, untuk kemudian mereka jual pada pagi hari. Para penjual jamu gendong menjual jamu ramuan mereka seharga Rp. 1000gelas. Sedangkan untuk jamu bungkusan, mereka menetapkan harga sebesar Rp. 1500 sampai Rp. 2000gelas. Berikut kisaran pendapatan yang mereka peroleh setiap hari disajikan dalam Tabel 16. Tabel 16. Pendapatan Penjual Jamu Gendong per Hari Pendapatan per hari Jumlah orang Rp. 20.000 - - Rp. 20.000 - Rp. 40.000 2 50 Rp. 40.000 - Rp. 60.000 2 50 Total 4 100 Berdasarkan Tabel 16 tersebut, dapat diketahui bahwa pendapatan mereka sangat rendah. Namun, mereka menjelaskan bahwa penghasilan keluarga tidak hanya berasal dari hasil penjualan jamu gendong. Contohnya, salah satu diantara mereka berjualan makanan pada sore hari, yaitu bubur sumsum. Sedangkan tiga yang lain bergantung hidup pada penghasilan anggota keluarganya, baik anak atau suami yang juga berprofesi sebagai pedagang.

5.3. Karakteristik Responden Konsumen Minuman Jamu Gendong