BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Obat Indonesia
Indonesia sangat kaya dengan berbagai species flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26
telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74 masih tumbuh liar di hutan-hutan. Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat
tradisional Syukur dan Hernani, 2002. Pengembangan agroindustri tanaman obat di Indonesia memiliki prospek
yang baik. Faktor yang mendukung pengembangan agroindustri tanaman obat tersebut diantaranya besarnya potensi kekayaan sumber daya alam Indonesia
sebagai sumber bahan baku yang dapat diformulasikan menjadi obat tradisional. Keikutsertaan segenap lapisan masyarakat petani tanaman obat, penjual, pemakai
maupun masyarakat lain yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan tanaman obat atau pengobatan tradisional juga sangat mendukung
pengembangan agroindustri tanaman obat. Seiring dengan meningkatnya fenomena “back to nature”, penggunaan
tanaman obat sebagai salah satu obat alami yang minim efek samping juga semakin meningkat. Pemakaian tanaman obat dalam dekade terakhir ini
cenderung meningkat sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi, kosmetik, makanan, dan minuman. Tanaman obat yang
dipergunakan biasanya dalam bentuk simplisia bahan yang telah dikeringkan dan belum mengalami pengolahan apa pun. Simplisia tersebut berasal dari akar, daun,
bunga, biji, buah, terna, dan kulit batang Syukur dan Hernani, 2002.
Pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus meningkat mengingat kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu.
Beberapa bahan baku jamu juga telah menjadi komoditas ekspor yang andal untuk menambah devisa negara.
2.2. Supply dan Demand Tanaman Obat Indonesia
Terdapat tujuh jenis tanaman obat yang menjadi unggulan Departemen Pertanian, yaitu temulawak, kunyit, jati belanda, sambiloto, daun salam,
mengkudu, dan cabe jawa. Tanaman obat unggulan Departeman Pertanian tersebut juga merupakan lima dari 13 tanaman obat yang diunggulkan Badan
Penga wasan Obat dan Makanan BPOM, Jakarta. Tanaman-tanaman obat unggulan BPOM tersebut adalah temulawak, jati belanda, sambiloto, mengkudu,
pegagan, daun ungu, sanrego, pasak bumi, daun jinten, kencur, pala, cabe jawa, dan tempuyung Departemen Pertanian, 2004.
Komoditi tanaman obat unggulan lebih dari 13 jenis tanaman obat adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, mempunyai peluang pasar yang
besar, mempunyai potensi produksi yang tinggi, karena Indonesia merupakan daerah yang tropis, dan berpeluang dalam pengembangan teknologi. Demand
komoditas ini terus melonjak seiring dengan beralihnya konsumen dari pengkonsumsi obat kimia menjadi pengkonsumsi obat-obat alami, karena efek
samping obat kimia yang bisa membahayakan kesehatan pemakainya. Perkembangan produksi tanaman obat mengalami peningkatan dari
119.162 ton pada tahun 1996 menjadi 202.533 ton pada tahun 2002. Produksi tertinggi berturut-turut dari tahun 1996 sampai 2002 adalah jahe, lengkuas, dan
kunyit.
Tabel 3. Produksi Tanaman Obat di Indonesia Tahun 1996-2002
No Komoditas
Tahun 1996
1997 1998
1999 2000
2001 2002
1 Jahe
46.988 81.176
92.968 120.851
115.092 128.437
118.496 2
Lengkuas 23.062
23.295 24.701
16.916 27.512
26.154 27.934
3 Kencur
10.621 18.853
21.283 5.809
9.490 11.112
12.848 4
Kunyit 21.507
26.954 23.247
15.363 24.813
27.195 23.993
5 Lempuyang
3.757 9.261
5.190 3.587
4.485 4.794
4.531 6
Temulawak 6.617
16.552 11.559
4.616 5.674
6.089 7.174
7 Temu ireng
5.773 14.656
6.981 1.841
2.853 1.663
3.040 8
Keji beling 837
815 822
405 470
678 611
9 Dringo
996 207
140 115
366 10
Kapulaga 939
1.008 2.490
1.929 3.539
Jumlah 119.162
191.562 188.685
170.603 193.018
208.167 202.533
Sumber : Dirjen Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian 2004
Produksi tanaman obat di Indonesia terkonsentrasi di propinsi Jawa, yaitu sebesar 10.822 ha 90,92. Hal ini disebabkan pengolahan lahan pertanian di
pulau Jawa mendapat perhatian lebih besar dibandingkan lahan- lahan pertanian diluar pulau Jawa yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sentra produksi
tanaman biofarmaka terbesar terdapat di Jawa Barat 4.200 ha, Jawa Tengah 3.290 ha, Jawa Timur 2.570 ha, dan DI Yogyakarta 570 ha, rincian
selengkapnya pada Tabel 4.
Tabel 4. Sentra Produksi Tanaman ObatBiofarmaka di Indonesia
No. Propinsi
Luas ha No.
Propinsi Luas ha
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
Sumatera Utara Riau
Jambi DKI Jakarta
Jawa Barat Jawa Tengah
DI Yogyakarta Jawa Timur
350 160
70 2
4.200 3.290
570 2.570
9. 10.
11. 12.
13. 14.
15. Banten
Bali Kalimantan Barat
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan Gorontalo
190 170
40 30
30 220
10 Komoditas : Jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng,
kejibeling, dringo, dan kapulaga Sumber
: Dirjen Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian 2004
Kebutuhan bahan baku tanaman biofarmaka untuk industri dalam negeri terus mengalami peningkatan, dari 122.269 tontahun pada tahun 1997 hingga
209.864 tontahun pada tahun 2002. Jenis komoditas yang menjadi bahan baku untuk industri dalam negeri beserta peningkatan jumlah kebutuhan setiap
tahunnya ditunjukkan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Kebutuhan Bahan Baku Tanaman Biofarmaka untuk Industri Dalam Negeri Tahun 1997-2002 di Indonesia
No. Komoditas
Kebutuhan tontahun 1997
1998 1999
2000 2001
2002
1. Jahe
70.256 76.172
90.107 106.194
111.670 121.204
2. Lengkuas
17.405 18.920
22.452 26.566
27.934 30.195
3. Kencur
8.317 8.949
10.488 12.215
12.848 14.116
4. Kunyit
15.253 16.445
19.320 22.572
23.740 25.999
5. Lempuyang
2.850 3.090
3.656 4.309
4.531 4.917
6. Temulawak
4.950 5.239
6.012 6.813
7.170 8.104
7. Temuireng
2.031 2.168
2.514 2.889
3.040 3.386
8. Kejibeling
410 437
507 582
612 683
9. Dringo
234 253
297 348
366 400
10. Kapulaga
563 577
637 681
718 860
Jumlah 122.269
132.250 155.990
183.170 192.629
209.864
Sumber : Badan POM dalam Dirjen BP. Hortikultura 2004
Total kebutuhan tanaman obat untuk lima perusahaan besar, yaitu PT. Mustika Ratu, PT. Jamu Jago, PT. Nyonya Meneer, PT. Sido Muncul, dan PT.
Martina Berto dapat dilihat pada Tabel 6. Tanaman obat yang paling banyak digunakan dalam industri obat tradisional kelima perusahaan ini adalah
lempuyang 463.200 kgtahun, jahe 434.400 kgtahun, temulawak 427.400 kgtahun, dan kunyit 318.000 kgtahun.
Tabel 6. Total Kebutuhan Tana man Obat Lima Industri Jamu di Indonesia Per Bulan Tahun 2002 Berdasarkan Urutan Terbesar
No Jenis Tanaman Obat
kgbulan kgtahun
Indonesia Latin
1. Lempuyang
Zingiber aromatica 38.600
463.200 2.
Jahe Zingiber officinale, Rose
36.200 434.400
3. Temulawak
Curcuma xanthorrhiza 35.600
427.400 4.
Kunyit Curcuma domestica, Val
26.500 318.000
5. Lengkuas
Languas galanga L. 18.000
216.000 6.
Adas Foeniculum volgare, Mill
13.800 165.600
7. Kencur
Kaemferia galanga L. 11.900
142.800 8.
Daun cengkeh Eugenia caryophylata
10.300 123.600
9. Cabe
Piper retrofractum, Vahl 3.300
39.600 10.
Jati belanda Guazuma ulmifolia, Lamk
2.200 26.400
11. Tempuyung
Sonchus arvensis L. 2.000
24.000 12.
Temu giring Curcuma heyneana
1.500 18.000
13. Bangle
Zingiber purpurei 1.000
12.000 14.
Pegagan Centella asiatica L.
1.000 12.000
15. Sirih
Piper betle L. 250
3.000 Sumber : Dirjen Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian 2004
Peluang pengembangan obat alamitradisional Indonesia masih sangat besar. Indikator besarnya peluang tersebut dapat dilihat dari masih kecilnya
pangsa pasar obat alami sehingga masih terbuka lebar untuk dikembangkan. Jumlah penduduk Indonesia yang besar, adanya perubahan pola hidup konsumen
“back to nature” , dan obat-obatan tradisional merupakan warisan budaya leluhur bangsa Indonesia yang patut untuk dikembangkan Geertz, 1981.
2.3. Sejarah dan Deskripsi Jamu