Karakteristik Personal Auditor TINJAUAN PUSTAKA

39 2. Neuroticism: bereaksi secara emosional, cenderung memiliki emosi negatif vs tenang, optimis 3. Agreeableness: ramah, bermufakat vs agresif, dominan, tidak menyenangkan 4. Conscientiousness: patuh dan rapi vs secara spontan, dan tak dapat dipercaya 5. Open to experience: terbuka bagi perubahan dan gagasan baru vs tradisional dan mengorientasikan ke arah rutin. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus mengikuti standar audit yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan serta kode etik akuntan Arens dan Elder, 2009:21. Dalam kenyataan di lapangan, auditor banyak melakukan penyimpangan- penyimpangan terhadap standar audit dan kode etik. Perilaku ini diperkirakan sebagai akibat dari karakteristik personal yang kurang bagus yang dimiliki seorang auditor. Dampak negatif dari perilaku ini adalah terpengaruhnya kualitas audit secara negatif dari segi akurasi dan reliabilitas. Oleh sebab itu, personality seorang auditor sangat berperan dalam menentukan baik atau tidaknya kualitas kerja audit yang dihasilkan

E. Karakteristik Personal Auditor

Malone Roberts 1996 melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku auditor yang dapat menyebabkan berkurangnya kualitas audit Reduced Audit QualityRAQ. Dalam Penelitian 40 Malone Roberts disebutkan bahwa auditor telah menemukan perbedaan satu sama lain pada karakteristik personal auditor terdiri dari: Locus of control Self- esteem Hard drivingcompetitive dimension of Type A behavior pattern Need for approval Need for achievement a. Locus of Control Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya, yaitu tingkatan dimana seseorang menerima tanggung jawab personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka Rotter 1966. Locus of control dibedakan menjadi dua, yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal. Locus of control internal mengacu kepada persepsi bahwa kejadian baik positif maupun negatif terjadi sebagai konsekuensi dari tindakan atau perbuatan diri. Sedangkan locus of control eksternal mengacu kepada keyakinan bahwa suatu kejadian berada diluar kontrol dirinya seperti nasib dan keberuntungan Schermerhorn et al. 1991. locus of control diukur dengan instrumen The Work Locus of Control yang dikembangkan oleh Spector 1988 yang terdiri atas 16 butir pertanyaan dengan menggunakan 5 poin skala likert. b. Self-Esteem Self-esteem harga diri adalah suatu ciri kepribadian yang dihubungkan dengan banyaknya orang yang menghargai dirinya. Hollenbeck dan Brief 1987 mengemukakan bahwa individu yang mempunyai self esteem yang tinggi pada umumnya telah mempunyai tujuan positif yang sulit dalam pekerjakan yang berhubungan dengan tujuan yang diinginkan. Seseorang 41 dengan self-esteem yang tinggi mungkin dapat memimpin tujuan komitmen yang besar untuk hasil kerja yang lebih baik. Penelitian ini untuk menguji apakah auditor dengan self-esteem yang rendah mempunyai hubungan dengan prilaku RAQ dalam tekanan time-budgets yang besar dari auditor dengan self-esteem yang tinggi. Subjek dari self-esteem yang tinggi telah diukur dengan pertanyaan Rosenberg’s 1965 yang telah dimodifikasi dengan self-esteem scale Frew and Bruning 1987.

c. Hard DrivingCompetitive Dimension of Type A Behavior Pattern.

Karakteristik personal diketahui sebagai pola bahwa kategori individu sebagai tipe A cenderung lebih agresif, sadar waktu dan berorientasi pada pekerjaan dibandingkan dengan Type-B lebih rendah dari karakteristik Type A Ivancevich and Matteson 1987. Ivancevich dan Matteson mengenal pola perilaku Type A terdiri dari tiga dimensi: ketidaksabaran impatience, keruwetan dalam pekerjaan job involvement, dan pengendalian yang keraspersaingan hard drivingcompetitiveness. d. Need for Approval Need for approval Kebutuhan akan persetujuan adalah atribut personalitas ”berhubungan dengan merendahkan diri terhadap orang lain abasement, hormat akan kekuasaan dan keinginan untuk diawasi oleh orang lain“ Tubbs 1984, 53. Auditor dengan need for approval yang tinggi boleh dikatakan berhungan dengan perilaku penurunan kualitas audit RAQ lebih besar daripada auditor yang mempunyai sikap sosial need for approval yang rendah agar mencapai persetujuan supervisor 42 mereka untuk hasil pekerjaan yang baik dengan time budget yang relatif Kelley, 1984 hipotesis ini mempunyai hubungan yang positif. e. Need for Achievement Kebutuhan atas pencapaian prestasi. Individu yang memiliki tingkat kebutuhan atas pencapaian prestasi yang tinggi pada dasarnya dapat menyelesaikan tugas dengan memuaskan dan mempunyai komitmen yang besar untuk mencapai tujuan yang sulit dibandingkan dengan individu yang mempunyai kebutuhan atas pencapaian prestasi yang rendah Hollenbeck et al. 1989. Sebagai contohnya adalah staf auditor, Harrell and Stahl 1984 menemukan pencapaian atas sebuah prestasi mempunyai hubungan positif dengan tingkat kerja dan lama menyelesaikan pekerjaan. f. Self Efficacy Self efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu Kreitner dan Kinicki, 2003. Menurut Philip dan Gully 1997, Self efficacy dapat dikatakan sebagai faktor personal yang membedakan setiap individu dan perubahan self efficacy dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku terutama dalam penyelesaian tugas dan tujuan. Penelitiannya menemukan bahwa self efficacy berhubungan positif dengan penetapan tingkat tujuan. Individu yang memiliki self efficacy tinggi akan mampu menyelesaikan pekerjaan atau mencapai tujuan tertentu, mereka juga akan berusaha menetapkan tujuan lain yang tinggi. 43 Penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa individu yang mempunyai kebutuhan atas pencapaian prestasi yang tinggi kemungkinan akan mengurangi terjadinya perilaku penurunan kualitas audit RAQ. Hasil penelitian Malone dan Roberts menunjukkan bukti bahwa kebutuhan akan pengakuan atas sebuah pencapaian prestasi need for achievement yang diraih auditor berhubungan terbalik dengan perilaku RAQ. Menurut Jansen dan Glinow 1985, perilaku individu merupakan refleksi dari sisi personalitasnya sedangkan faktor situasional yang terjadi saat itu akan mendorong seseorang untuk membuat suatu keputusan. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku disfungsional audit dapat disebabkan oleh faktor karakteristik personal dari auditor faktor internal serta faktor situasional saat melakukan audit faktor eksternal. Maraknya kasus skandal akuntansi yang terjadi diperkirakan sebagai akibat dari karakteristik personal yang kurang bagus yang dimiliki seorang auditor. Dampak negatif dari perilaku ini adalah terpengaruhnya kualitas audit secara negatif dari segi akurasi dan reliabilitas. Karakteristik personal dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap kualitas audit. 44

F. Pengalaman Audit