Tujuan Program Nonakselerasi Program Nonakselerasi

55 akan berusaha menyesuaikan diri dan akan menetapkan standar kesuksesan berdasarkan prestasi orang lain. Kondisi tersebut semakin diperkuat dengan ditempatkannya tenaga pengajar yang sudah dibekali dengan keterampilan khusus. Para tenaga pengajar ini dapat memberikan umpan balik dari setiap kegiatan siswa tanpa ada rasa khawatir akan membuat siswa menjadi rendah diri. Hal ini dikarenakan adanya keinginan siswa untuk segera mengetahui hasil yang diperoleh. Begitu juga dalam hal penerapan kurikulum yang lebih memfokuskan pada materi-materi yang essensial. Hal ini akan mendorong anak untuk lebih keras dan melatih anak untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas mereka. Metode mengajar yang digunakan pun menggunakan metode belajar melalui pengalaman, hal ini akan membuat anak semakin memiliki motivasi belajar yang tinggi. Disamping itu semua, siswa akselerasi kurang berinteraksi dengan teman sebayanya, dikarenakan lingkungan belajar mereka yang sangat padat dan kebiasaan mereka yang lebih senang bergaul dengan teman yang dikenal saja, sehingga menyebabkan siswa akselerasi sulit menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan orang lain bahkan dengan teman sebayanya. Hal ini akan berpengaruh pada proses penyesesuaian diri siswa yang akan mengakibatkan rendahnya ketrampilan sosial mereka. Pelaksanaan program non-akselerasi sebenarnya tidak menutup kemungkinan untuk dapat semakin meningkatkan penyesuaian diri. Hanya 56 saja kondisi yang tercipta tidak terlalu mendukung tumbuhnya rasa penyesesuaian diri dalam diri siswa. Kondisi kelas non-akselerasi atau kelas reguler dengan input yang biasa-biasa saja membuat suasana kompetitif antar siswa kurang terlihat. Tidak hanya rasa persaingan dalam diri siswa, akan menjadikan tidak adanya standar kesuksesan dari luar diri siswa. Walaupun ada beberapa siswa yang mampu menyesuaikan diri dilingkungan mereka berada, tetapi hal itu tidaklah banyak. Ditambah lagi dengan padatnya kurikulum yang ditetapkan, membuat siswa mudah putus asa. Hal ini akan mempengaruhi pola pikir siswa terhadap penyesuaian diri mereka dilingkungan akademik maupun sosialnya. Untuk kelas program nonakselerasi sangat dibutuhkan kesanggupan para pengajar atau guru dalam menciptakan suasana yang kondusif, komunikasi yang edukatif antara guru dengan siswa yang mencakup segi kognitif, afektif, dan psikomotor, sebagai upaya untuk mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai evaluasi agar dapat tercapai tujuan yang diharapkan. Pada umumnya proses belajar mengajar dikelas non-akselerasi masih memakai metode klasikal, yaitu guru dikelas mengajar sejumlah siswa dalam satu kelas, waktu yang sama, metode yang sama, dan menyampaikan pelajaran yang sama untuk seluruh siswa dikelas tersebut. Dalam proses penyesuaian diri baik akademik maupun sosial diperlukan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan teman sebayanya, karena mereka menghabiskan waktu bersama-sama selama dilingkungan sekolah.