Uji t Perbedaan Penyesuaian Diri Siswa Akselerasi dengan Nonakselerasi

89 bahkan gagal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang terlihat dalam grafik, bahwa tingkat penyesuaian diri siswa akselerasi 45 berada dalam kategori rendah, dan 55 berada dalam kategori sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyesuaian diri siswa akselerasi masih kurang bila dibandingkan dengan siswa nonakselerasi. M. Ali dan M. Asrori 2006: 102 mengemukakan bahwa sekolah sebagai lembaga formal yang diserahi tugas untuk menyelenggarakan pendidikan, tidak kecil peranannya dalam membantu perkembangan hubungan sosial remaja, maka dari itu pendidikan formal sangat penting dalam kehidupan individu, oleh karena itu selama menjadi bagian dari sekolah, siswa dituntut harus dapat melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah dengan baik. Siswa non-akselerasi lebih banyak berinteraksi dengan guru dan teman sebayanya di sekolah bila dibandingkan dengan siswa akselerasi, sehingga hal itu dapat memberikan peluang yang besar bagi mereka untuk mengembangkan penyesuaian diri mereka. Tingkat penyesuaian diri siswa akselerasi yang menjadi subjek penelitian ini terlihat masih kurang. diasumsikan penyebabnya karena beberapa hal, yaitu sistem belajar yang lebih padat, dimana banyaknya muatan pelajaran yang dipelajari oleh siswa akselerasi, disamping itu pada saat jam istirahat siswa akselerasi memilih untuk didalam kelas dari pada bermain atau bergabung dengan teman-teman non-akselerasi. Hal itu bisa 90 menyebabkan kesempatan berinteraksi siswa akselerasi dengan teman- teman sebayanya, dengan orang lain selain keluarganya kurang. Kekurangan-kekurangan siswa akselerasi tidak sepenuhnya menjadi hal yang negatif bagi siswa akselerasi, justru hal tersebut dapat menjadikan mereka lebih mandiri dan tidak selalu bergantung pada orang lain. Bisa diambil contoh, dengan sistem belajar dan materi pelajaran yang sangat padat, siswa akselerasi lebih bisa menyerap pelajaran dengan cepat dan ketika ujian mereka mengerjakan soal ujian sendiri tanpa meminta bantuan kepada teman-temannya sehingga hasil ujian mereka adalah murni dari usaha mereka sendiri. Tidak jauh berbeda dengan siswa akselerasi, pada siswa nonakselerasi penyesuaian dirinya juga masih kurang. Diasumsikan penyebabnya karena siswa nonakselerasi terbiasa bersama dengan teman- temannya, sehingga bisa menyebabkan mereka bergatung kepada teman- temanya. Contohnya, menurut hasil penelitian ini mereka masih kurang dalam penyesuaian dirinya, yaitu mudah terpengaruh oleh teman untuk membolos, disini seharusnya mereka dapat menolak ajakan teman untuk membolos, tetapi mereka justru terpengaruh oleh ajakan teman untuk membolos. Meskipun memiliki kekurangan-kekurangan, siswa nonakselerasi juga memiliki nilai lebih. Siswa nonakselerasi setiap hari bersama dengan teman sebayanya dimana interaksi mereka lebih banyak bila dibandingkan dengan siswa akselerasi. Hal ini bisa menimbulkan rasa yang tinggi untuk 91 bekerjasama dan bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa nonakselerasi lebih suka berperan aktif dalam kelompok dan lingkungannya dibandingkan individu, selain itu lebih menghabiskan waktu luang bersama teman-teman dari pada sendiri, mampu berhubungan interpersonal dengan baik, suka memabantu teman yang sedang mengalami kesusahan dan tidak membeda-bedakan teman. Penelitian ini masih kurang dari sempura, peneliti menyadari bahwa masih terdapat kelemahan yang menjadi keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini. Keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain: Pemilihan waktu yang kurang tepat karena bersamaan dengan masa evaluasi siswa akselerasi, sehingga menyebabkan proses penelitian harus ditunda sampai masa evaluasi selesai. Penelitian ini masih terbatas pada satu sekolah, yaitu SMA N 1 Sedayu, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut ke skala yang lebih luas lagi, dan penelitian ini mengambil kelas X yang belum banyak merasakan dampak dari perlakuan dari program akselerasi dan nonakselerasi.