Pada sumber lain, proses pengorganisasian digambarkan lebih sederhana sebagaimana dikemukakan oleh Gordon, Mondy,
Sharplin, and Premeaux, 1990 sebagai berikut:
Gambar 3.2. Proses pengorganisasian
B. Struktur Organisasi
Organisasi pada hakikatnya mengandung struktur. Kegiatan yang dilaksanakan harus dikelompokkan menurut jenis tipe ke dalam
bentuk divisi, departemen-departemen, seksi-seksi unit-unit. Begitu juga, pekerjaan-pekerjaan organisasi harus dikelompokkan menurut
tingkatan yang berbeda-beda; oleh sebab itu, hierarki manajerial harus dibatasi dan ditetapkan. Alat-alat harus pula disebarkan guna
menciptakan koordinasi dan integritas anggota kelompok beserta aktivitas mereka.
1. Pengelompokkan aktivitas berdasarkan jenisnya.
Ada 5 lima cara utama dalam mengelompokkan aktivitas-aktivi- tas kerja, yaitu a menurut fungsi, b lokasi atau daerah geografis,
2
c produk, d langganan atau klien, dan e jumlah individu. Beach. 1980
a. Menurut fungsi.
Pengelompokkan aktivitas menurut pekerjaan yang sama, pengetahuan, keterampilan dan orientasi tertentu sangat luas
dipergunakan di departemen-departemen. Cara ini dilakukan baik untuk pekerjaan pikir maupun jenis-jenis kegiatan pekerjaan tangan.
Oleh sebab itu, misalnya sering terlihat, para insinyur mesin dikelompokkan ke dalam suatu departemen permesinan engineering
department. Personel yang ahli perlistrikkan ditempatkan dalam seksi elektrik, demikian seterusnya. Bagaimana keuntungan dan kelemahan
jenis pengelompokkan demikian, dapat dilihat pada tipe organisasi fungsional .
b. Lokasi dan daerah geografis.
Tidaklah sukar untuk memahami cara pengelompokkan demikian, lebih-lebih kalau dihubungkan dengan organisasi-organisasi
Depdiknas yang ada di Indonesia misalnya. Alasan pokok penggunaan cara tersebut adalah untuk memberikan layanan
langsung kepada individu atau kelompok yang membutuhkan di daerah tertentu. Untuk mengatur penyelenggaraan pendidikan di
setiap propinsi, misalnya, maka Depdiknaas pusat mempunyai kantor cabangnya di setiap propinsi. Begitu juga, untuk memberikan
pelayanan administratif ke seluruh pelosok, maka di tingkat kecamatan pun dibangun kantor-kantor cabang yang disebut dengan
Kantor Departemen Pendidikan Nasional Kabupaten dan Kota.
2
c. Produk.
Metode ini lebih umum dipakai di lingkungan perusahaan seperti pabrik -pabrik. Akhir-akhir ini, dunia industri Amerika cenderung
menggunakan metode tersebut. Pada mulanya perusahaan- perusahaan diorganisir menurut fungsi tertentu, tetapi ketika banyak
menghadapi masalah koordinasi dan integritas usaha yang semakin sulit, maka mereka mulai menerapkan pembagian kerja menurut
produk yang dihasilkan dan di dalamnya dibagi-bagi berdasarkan fungsi masing-masing unit. Sebagai contoh, dapat dilihat perusahaan
listrik terkenal Amerika General Electric Company, mempunyai ratusan departemen yang dibagi menurut produksi yang dihasilkan
antara lain Departemen Oock and Timer, Power Transformer, Large Lamp, dan lain-lain.
d. Pelanggan atau klien.
Sebenarnya juga lebih umum dipakai di lingkungan bisnis, seperti perusahaan-perusahaan swasta maupun milik pemerintah. Bagian
penjualan misalnya mungkin dapat dikelompokan ke dalam biro-biro pemerintah, industri, privat. Unit-unit sebuah bank misalnya dapat
dispesialisasikan ke dalam departemen-departemen yang lebih kecil seperti untuk usaha simpan pinjam cicilan dan departemen untuk
kepentingan komersial. Metode tersebut mungkin akan memperoleh keuntungan yang sangat besar apabila sebelumnya sudah
diidentifikasi sejumlah kebutuhan pokok yang dimiliki oleh setiap lapangan atau klien.
e. Jumlah individu.
Ini sering ditemui di lingkungan militer. Para personel yang terdaftar misalnya dikelompokan menurut skwod, pleton, batalion, dan
2
sejenisnya. Teknik pengelompokan demikian ditempuh guna memudahkan pelaksanaan pengawasan secara efektif.
Dengan mempelajari teknik-tekmik pengelompokan tersebut, kita memandang setiap organisasi sebenarnya jarang sekali
menggunakan salah satu teknik secara murni. Melainkan, cenderung menerapkan cara pengelompokan kombinasi. Dan manakala
pengaruh lingkungan dan teknologi merembes ke organisasi, maka cara demikian mungkin berubah dari model yang satu ke mode lain.
2. Mengelompokan aktivitas menurut tingkatan manajemen.