kepada siapa ia menerima perintah, memberikan laporan dan mempertanggungjawabkan kegiatannya.
8. Batas kemampuan pengawasan span of control.
Span of control menggambarkan batas kemampuan seorang pemimpin secara langsung dalam mengawasi bawahannya dengan
baik. Karena begitu banyaknya kemungkinan bawahan yang harus diawasi, pemimpin organisasi perlu mengenal karakter mereka dan
mengembangkan strategi dasar kepengawasan efektif. Hal ini sangat diperlukan mengingat semakin kompleks dan besar jumlah anggota
organisasi, maka transaksi hubungan antar staf dan pimpinan cenderung bertambah besar juga sebagaimana digambarkan pada
bagian lain tulisan ini. a Struktur organisasi harus disusun sesederhana mungkin,
sesuai dengan kebutuhan yang nyata Middlewood and Bush, 2005.
b Pola dasar organisasi harus relatif permanen. Walaupun fleksi- bilitas organisasi memang perlu untuk menyesuaikan dengan
perkembangan dan kemajuan. namun janganlah dijadikan suatu hal yang prinsip. Selama tidak ada hal-hal yang sifatnya
memaksa, maka pola dasar organisasi itu hendaknya tidak perlu diubah-ubah.
E. Fungsi-fungsi organisasi
1. mengatur tugas dan kegiatan kerja sama sebaik-baiknya. 2. mencegah kelambatan-kelambatan kerja serta kesulitan yang
dihadapi. 3. mencegah kesimpangsiuran kerja.
4. menentukan pedoman-pedoman kerja.
F. Keutungan-keuntungan organisasi
Organisasi yang baik memberikan keuntungan sebagai berikut: 1. setiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing,
2. memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi. 3. terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja.
4. menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan minat.
5. agar kegiatan administrasi dan manajemen dapat dilakukan secara efektif dan efisiensi.
G. Teori Hubungan Kerja dan Batas Kemampuan Pengawasan
Seberapa besar jumlah bawahan yang dapat dikendalikan oleh seorang manajer, tidak dapat ditentukan secara pasti. karena amat
tergantung pada faktor subyektif dan obyektif. Dalam menentukan berapa jumlah bawahan yang sebaiknya bagi seorang pemimpin.
perlu diperhatikan teori hubungan kerja. Seorang pemimpin sebenar- nya tidak hanya mengawasi hubungan kerja antara dia dan
bawahannya. tetapi juga harus menguasai hubungan kerja antara sesama bawahannya. Graicunas dalam Puxty 1990 menyatakan hal
penting dalam sebuah span of control rentang pengawasan adalah jumlah hubungan yang terbentuk dalam lingkup span of control
tersebut. O’Shaughnessy, 1976 dalam Puxty 1990 menunjukkan bagaimana jumlah hubungan itu muncul dalam 3 tiga bagian.
Katakan seorang supervisor memiliki 2 dua orang bawahan, maka:
1. dia akan memiliki 1 hubungan kepada masing-masing bawahan.
2. dia akan memiliki 1 hubungan yang secara potensial berbeda dengan 1 manakala ada bawahan lain yang hadir.
3. para bawahan akan memiliki 1 hubungan dengan sesama bawahan.
Untuk sebuah kelompok yang terdiri dari 1 pengawas dan 2 bawahan, maka akan ada 6 enam hubungan. Ketika span of control
meningkat maka jumlah hubungan potensial juga akan bertambah secara dramatis, dan dapat ditemukan dengan formula sebagai
berikut. N [ 2
N + N – 1] 2
Sehingga apabila ada 4 orang bawahan berarti akan menjadi 44 hubungan; 7 orang bawahan menjadi 490 hubungan; dan 10 bawahan
akan berjumlah 5210 hubungan. Tentu saja hasil model perhitungan ini bukanlah menyarankan bahwa semua jumlah hubungan itu penting
diwujudkan; tetapi harus diakui bahwa secara potensial ada, dan hal ini menimbulkan keraguan-keraguan serius tentang span of control
yang lebih besar. Implikasi ukuran span of control itu dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 2.1. Span of control
Dari kedua bentuk struktur organisasi tersebut tergambar bahwa sebuah span of control yang sempit berarti organisasi itu harus
memiliki sejumlah besar hirarkhi, yakni jenjang antara direksi dan pekerja taskforce. Kedua faktor tersebut harus selalu berkaitan, dan
oleh karenanya banyak yang mempermasalahkan. Sebagaimana tergambar pada bagan sejumlah argumen telah dipresentasikan untuk
menegaskan bahwa dengan span of control yang lebar maka persoalan-persoalan hubungan antar anggota akan muncul dengan
cepat, sehingga tidak mungkin bagi seorang manajer mampu meng- handle sekelompok bawahan dengan jumlah yangh besar. Namun jika
jumlah itu terbatas, maka jumlah penjenjangan level juga bertambah, dan karenanya tidak akan direkomendasikan juga sebab
dapat meningkatkan alienasi hirarkhi pada level bawahan, mempertajam jurang manajemen puncak dengan hirarkhi di
bawahnya. Manajemen pada level menengah juga merasa terputus dari keputusan-keputusan utama. Semakin banyak hirarkhi, berarti
akan semakin besar kemungkinan distorsi informasi dan instruksi ketika diturunkan ke bawahan. Dan pada akhirnya, semakin banyak
hirarkhi, maka akan semakin panjang pula rantai promosi yang harus dilewati oleh seorang manajer atau dia harus menempuh waktu
panjang kalau ingin mendapatkan kesempatan promosi jabatan.
BAB III TEKNIK PENGORGANISASIAN ORGANIZING
Organisasi sebenamya merupakan suatu unit yang terkoordinasi terbentuk dari sedikitnya 2 dua orang anggota untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu Gibson, Ivancevich, Donnelly, and Konopaske, 2006. Tanpa adanya ikatan demikian tak mungkin suatu organisasi
muncul. Untuk itu, paling tidak setiap kelompok manusia yang akan
mengorganisir sesuatu harus lebih dulu menetapkan sasaran atau tujuan, mengelompokan kegiatan atau tugas-tugas pokok, dan
menetapkan pola hubungan kerja antara anggota yang terlibat
dalam suatu organisasi. Prinsip ini berlaku baik di lapangan pemerintah maupun swasta, dunia bisnis, politik, layanan
kemasyarakatan, dan bagi lembaga-lembaga pendidikan. Sesuai dengan Undang-Undang R.I. nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 35, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memenuhi standard nasional pendidikan yang mencakup
antara lain aspek manajemen, termasuk di dalamnya masalah organisasi sekolah.
Secara spesifik dalam Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 50 ayat 3
ditetapkan tentang struktur organisasi sekolah, misalnya pada satuan pendidikan setingkat SMAMASMALB, SMKMAK atau bentuk lain
yang sederajat secara struktural satuan pendidikan tersebut dipimpin oleh kepala satuan pendidikan dalam melaksanakan tugasnya dibantu
minimal oleh tiga wakil kepala satuan pendidikan yang masing-masing secara berturut-turut, membidangi akademik, sarana, dan prasarana,
serta kesiswaan.