61 Kecerdasan Emosi siswa di SMK Piri I Yogyakarta sudah dapat menunjang
kemandirian belajar. Saloney dan Mayer yang dikutip oleh Hariwijaya 2005: 9 mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau dan
mengendalikan emosi sendiri dan orang lain, serta menggunakan emosi-emosi itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Perasaan atau suara-suara hati
memberikan informasi penting dan berpotensi memberikan keuntungan setiap saat. Keuntungan yang dimaksud adalah mampu menjadi pribadi yang mandiri
dan dapat mencapai keberhasilan dalam belajar.
4. Kemandirian Belajar Y
Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui angket kemandirian belajar, dapat diketahui hasil penelitian menggunakan analisis deskriptif bahwa
kemandirian belajar sebagian kecil 51,3 siswa kelas X SMK Piri I Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup. Berdasarkan gambar 8 dapat diketahui bahwa
penyebaran kategori data variabel kemandirian belajar siswa. Sebagian kecil siswa memiliki kemandirian belajar kategori cukup yaitu sebesar 51,3,
sedangkan sebanyak 15,1 siswa termasuk kategori kurang, kemudian sebesar 1,3 siswa termasuk kategori rendah dan siswa yang termasuk kategori tinggi
yaitu hanya sebesar 32,2. Hasil tersebut dapat diketahui bahwa secara umum kemandirian belajar siswa sudah cukup mandiri.
62 Gambar 8. Diagram Kemandirian Belajar Siswa
Keterangan:
Hasil analisis data dapat dijabarkan bahwa kemandirian belajar yang diharapkan belum sepenuhnya dilakukan oleh siswa, hal ini dapat terjadi karena
beberapa faktor. Namun, sebagian kecil siswa 51,3 sudah termasuk dalam
kategori cukup. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar siswa sudah cukup baik.
5. Pengaruh Gaya Belaj ar Terhadap Kemandirian Belaj ar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan uji regresi sederhana dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh gaya belajar reflektif
terhadap kemandirian belajar siswa kelas X SMK Piri I Yogyakarta. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar 1,392 yang bernilai
positif dan nilai koefisiensi korelasi t
hitung
sebesar 5,890 lebih besar dari t
tabel
= 1,99 atau hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai taraf signifikansi 0,000 kurang
dari 0,05 dengan koefisien determinasi yaitu 0,188 atau sebesar 18,8. Hasil analisis di atas dapat dinyatakan bahwa gaya belajar reflektif
berpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian belajar, karena sesuai
63 pendapat yang disampaikan Walneg 2010: 31 berpendapat bahwa mandiri
dalam berpikir adalah mandiri dalam mengerjakan segala hal dengan segenap kemampuan berpikir secara tepat dan maksimal. Kisi-kisi instrumen yang
digunakan untuk memperoleh data penelitian telah divalidasi dan diujicobakan yang hasilnya menunjukkan bahwa instrumen tersebut layak untuk digunakan
sebagai instrumen pengambilan data. Usaha yang dapat dilakukan agar terdapat pengaruh yang signifikan antara
gaya belajar reflektif terhadap kemandirian belajar siswa, yaitu dengan meningkatkan konsentrasi dan kecermatan ketika guru sedang memberikan
materi pembelajaran. Hal ini akan membuat siswa lebih siap dan lebih cermat dalam mengerjakan tugas ataupun ujian yang diberikan guru. Hasil analisis data
yang telah diperoleh dapat diuraikan bahwa terdapat pengaruh antara gaya belajar reflektif terhadap kemandirian belajar. Pengaruh tersebut dapat dilihat
dari nilai koefisien determinasi yaitu 0,188 atau sebesar 18,8. Jadi, semakin baik gaya belajar reflektif siswa maka semakin baik pula kemandirian belajar
siswa dalam proses pembelajaran.
6. Pengaruh Kreativitas Terhadap Kemandirian Belajar