Etika dalam Ragam Lima

Tersangkut kasih terpatri sayang, Gelisah menanti dan menunggu, Entah hampa entah berisi, Entah pun hanya mabuk seorang. Kata pungguk dalam umpama di atas adalah merujuk kepada orang yang sedang mabuk kepayang karena memendam cinta. Biasanya dalam tradisi sastra Melayu pungguk ini selalu disertai dengan merindukan bulan. Saat ini seorang yang sedang memendam cinta tersebut dalam keadaan gelisah menanti apakah cintanya akan diterima ataukah ditolak sang pujaan hati.

4.1.5 Etika dalam Ragam Lima

Ragam lima, disebut ragam tari berjalan bersifat, maksudnya adalah berbagai isyarat tanda cinta. Gambar 4.5 Universitas Sumatera Utara Ragam kelima ini, jumlah hitungan tari adalah empat kali delapan. Pada bagian pertama adalah gerak kaki langkah berjalan, dan tangan gerak melenggang pada saat kedua penari maju. Pada saat mundur penari lelaki kecak pinggang, perempuan gerakan tangan kanan dengan teknik tersipu malu, tangan kiri singsing. Pada bagian kedua digunakan langkah celatuk dan tangan mendayung. Pada bagian pertama hitungan satu dimulai dengan kaki kanan melakukan langkah berjalan dan tangan melenggang maju serong 45 ke depan kanan sampai hitungan empat kaki kiri diputar ke arah kiri sebesar 45 , sehingga badan berputar sejajar dengan garis tengah. Pada hitungan lima, enam, tujuh, maju melintasi pasangan di sisi kanan masing-masing penari. Pada hitungan delapan, kaki kiri diputar kea rah kiri sebesar 90 . Selanjutnya pada hitungan satu kaki kanan juga diputar ke arah kiri 90 , sehingga akhirnya posisi badan berbalik arah. Pada hitungan dua dan tiga penari berjalan maju, dan hitungan empat kaki kiri diputar ke arah kiri 90 . Pada hitungan lima kaki kanan diputar ke kiri 180 . Penari perempuan pada hitungan enam, tujuh, dan delapan, tetap maju, sedangkan penari lelaki pada hitungan enam kembali kaki kiri diputar ke kiri sebesar 90 dan pada hitungan tujuh, kaki kanan diputar arah 180 . Pada hitungan delapan posisi penari lelaki dan perempuan sejajar dan arah hadap yang sama. Kemudian hitungan satu, dua, tiga, dan empat berikutnya mundur bersam dengan langkah celatuk dan tangan kecak pinggang untuk penari lelaki dan penari perempuan tangan kanan tersipu malu, dan tangan kirinya singsing. Ketika di akhir hitungan empat, penari perempuan berputar ke arah kanan sebesar 180 sehingga penari lelaki dan perempuan mundur dengan arah yang berlawanan pada hitungan lima enam, tujuh dan delapan. Kemudian dilanjutkan pada hitungan satu sampai delapan Universitas Sumatera Utara berikutnya, maju dengan garis edar tari membentuk huruf S kembali ke tempat. Gerak kaki langkah celatuk dan tangan mendayung. Pada hitungan lima kepala ditolehkan ke kanan dan mata mengerling pasangan baru berbalik badan. Ragam kelima, tari berjalan bersifat, berbagai-bagai isyarat tanda cinta. Kalau bertemu pandangan, Pandangan lubuk hati cedera mata, Ditunjukkan tanda dan isyarat, Yang mengandung kias dan makna. Adakah terasa gerangan, Perasaan rindu mengandung cinta, Cinta suci mengandung hasrat, Sedang berkobar dalam hati. Ragam kelima ini, dijelaskan oleh Guru Sauti, seorang yang jatuh cinta tadi sedang menjajaki bahasa-bahasa isyarat dari orang yang ingin dikasihinya.

4.1.6 Etika dalam Ragam Enam