3.6 Metode Analisis Data
Setelah data terkumpulkan maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Penulisan diklasifikasikan sesuai isi atau materi data tersebut dan
dianalisis untuk menyederhanakan dan menginterpretasikan data secara spesifik dalam rangka menjawab keseluruhan pertanyaan penelitian.
Langkah-langkah analisis dalam penelitian ini sebagai berikut : 1.
Data yang sudah ada dipilah terlebih dahulu mana yang berkaitan tentang etika pergaulan pemuda-pemudi Melayu. Kemudian berdasarkan data yang
sudah dikumpulkan maka penulis mendeskripsikan tentang bagaimana etika pergaulan pemuda-pemudi Melayu dalam Tarian Serampang XII.
2. Selanjutnya penulis memilah data mana yang sesuai dengan nilai-nilai
estetika dalam Tarian Serampang XII. Setelah itu maka penulis dapat mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai estetika yang terkandung dalam
Tarian Serampang XII. 3.
Langkah terakhir dalam rangka menjawab pertanyaan dalam rumusan permasalahan maka penulis memilah data pula mengenai sikap masyarakat
Melayu terhadap Tarian Serampang XII. Maka meelalui data yang terkumpul penulis dapat mendeskripsikan bagaimana sikap masyarakat
Melayu terhadap Tari Serampang XII.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Etika Pergaulan Pemuda-Pemudi Melayu dalam Tarian Serampang
XII
Jika dikaji secara budaya, maka apa yang akan dikomunikasikan oleh Sauti dalam Serampang XII adalah bagaimana sistem nilai dan norma pernikahan
termasuk pergaulan antara pemuda dan pemudi yang selanjutnya akan membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah dalam konteks
budaya melayu. Rujukan utamanya adalah Islam dan aplikasi yang khas Melayu, seperti merisik, peminangan, hantaran, mengantar beranding, berbagai hempang,
mandi berdimbar dan lainnya. Islam adalah agama yang penuh dengan kesederhanaan, tidak
membenarkan manusia terlalu bebas sebagaimana yang dilakukan oleh aliran materialisme dan menolak penekanan kepada hak-hak fitrah manusia. Perkawinan
dalam Islam adalah satu-satunya jalan melahirkan manusia berakhlak yang dapat memberi jalan kepuasan kepada hasrat cinta kasih dan seksual, tanpa
membahayakan masyarakat, ia merupakan tanah yang subur secara alamiah dan bersih bagi menemukan seorang lelaki dengan perempuan yang memberikan
ketenangan jiwa dan perasaan. Islam menggalakkan perkawinan dan memberi berbagai kelebihan dari
segi pahala dan lainnya kepada mereka yang berkawin. Setiap perintah Allah
Universitas Sumatera Utara
kepada hamba-Nya di dalam setiap aktivitas, pasti tersimpan banyak hikmah dan kebaikan.
Bagaimanapun, Guru Sauti telah melakukan sublimasi nilai-nilai Islam dan Melayu dalam karya tarinya Serampang XII. Masyarakat Melayu memiliki
adat-istiadat kawin yang rumit dan sangat panjang, dasarnya adalah ajaran-ajaran agama Islam. Hal-hal ini kemudian diaplikasikannya ke dalam Tarian Serampang
XII. Lebih jauh lagi, orang Melayu dalam menentukan jodoh harus juga
mengetahui atau mengenal pasangannya, yang secara adat telah diatur dengan sistem kesopanan Melayu. Saling mengenal antara pasangan ini misalnya
dilakukan dalam masa panen padi, dalam masa perayaan pernikahan, dan lainnya. Memang di dalam ajaran Islam tidak dibenarkan berpacaran, tetapi mengenal
calon suami atau istri tentu saja diperbolehkan, dan dilandasi pula oleh adat. Ini yang tampak ingin dikemukakan oleh Guru Sauti. Tari berpasangan antara jenis
kelamin ini juga mengadopsi nilai-nilai Islam, seperti dalam gerak, busana, tidak bersentuhan, dengan menggunakan sapu tangan di ragam terakhir, dan hal-hal
lain. Lebih lanjut lagi penulis membahas Etika Pergaulan Pemuda-Pemudi Melayu ini dalam deskripsi gerak dari ragam 1 satu sampai ragam 12 dua belas:
4.1.1 Etika dalam Ragam Satu
Ragam satu, disebut juga dengan ragam tari permulaan atau pertemuan pertama.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Hitungan beat tari keseluruhannya dua kali delapan. Pada ragam ini penari
saling berhadapan. Pada hitungan satu keduanya berpusing di tempat ke arah kanan sebesar sudut siku-siku 90
, penari menggunakan teknik goncek kaki kanan, ditambah dengan kecak pinggang, dan posisi kepala tunduk. Kemudian
pada hitungan dua dan tiga, penari masih melakukan gerak dengan teknik goncek. Pada hitungan empat gerakan ditahan, mata melakukan teknik kerling ke depan.
Selanjutnya pada hitungan lima penari melakukan pusing badan ke kanan sebesar sudut siku-siku, dan menerapkan teknik goncek kaki kiri, sementara tangan dalam
posisi kecak pinggang dan kepala tunduk. Selanjutnya, pada hitungan enam sampai tujuh, penari melakukan gerakan goncek. Hitungan delapan gerakan
ditahan dan mata melakukan kerling ke arah depan. Siklus berikutnya, pada hitungan satu sampai delapan sama dengan siklus
awal di atas. Pada hitungan delapan posisinya adalah kedua penari saling mengerling.
Universitas Sumatera Utara
Ragam satu, tari permulaan, yang dilukiskan oleh Guru Sauti dalam sebait pantun berikut ini.
Sedang melayang pandangan mata, Terpaut pandangan pada juita,
Menggetar sukma berdebar cita, Terbayang-bayang di ruang mata.
Ragam satu tari Serampang XII diberi tajuk tari permulaan. Maknanya adalah tercermin dalam sebait pantun tersebut. Pantun ini adalah masuk ke dalam
kategori pantun empat rangkap dalam sastra tradisi Melayu. Rima sajak yang digunakan adalah rata a-a-a-a. Keseluruhannya menggunakan enam belas kata,
berupa kata dasar, kata ulang, kata depan, verbal, keterangan, dan lainnya. Terdiri dari 41 suku kata.
Secara semiotik, pantun ini dengan eksplisit menyatakan bahwa sedang terjadi perasaan cinta, seseorang kepada pautan hatinya. Cinta ini dimulai dari
pandangan mata, sehingga terpaut kepada juwita. Selanjutnya cinta ini menggetarkan sukma, dan terus terbayang sang pujaan hati. Untuk lebih
menegaskan keadaan jatuh cinta pada pandangan pertama ini, Sauti dalam sampirannya langsung menggunakan sampiran pada dua larik penggal pertama.
Pantun ini secara umum adalah menjelaskan terjadinya awal kali proses jatuh cinta, sebagai anugrah Tuhan kepada manusia.
4.1.2 Etika dalam Ragam Dua
Ragam dua, disebut juga ragam tari berjalan, artinya cinta meresap. Setelah kedua sejoli bertemu dan bertatap muka, maka kedua insan ini pun saling
jatuh cinta dari pandangan pertama. Namun keduanya masih sama-sama malu- malu untuk mengungkapkan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Secara keseluruhan, ragam dua ini hitungannya adalah empat kali delapan.
Ragam ini dibagi ke dalam dua bagian tari. Pada bagian pertama, yaitu langkah berjalan diawali dengan gerak kaki kanan pada saat hitungan satu dan tangan
gerak melenggang. Pandangan mata penari wanita adalah kearah tangan yang di atas. Di sisi lain, penari laki-laki melakukan lirik ke arah penari pasangan
perempuan. Seterusnya yang dilakukan penari adalah lintasan serong sebesar 30 ke arah kanan, oleh karena itu kedua penari berselisih dengan keberadaan masing-
masing di kirinya. Gerakan ini dilakukan dari hitungan satu, dua, tiga, empat, lima, enam, sampai tujuh saja. Pada hitungan kedelapan, kaki menutup silang di
belakang tumit kaki kanan. Seterusnya hitungan satu, dua, tiga, empat, lima enam, dan tujuh kedua penari mundur dengan teknik meniti batang. Pada hitungan
kedelapan kedua kaki merapat kembali di tempat.
Universitas Sumatera Utara
Untuk bagian keduanya, gerakan kedua penari adalah sama dengan bagian pertama, namun arah penari adalah berlawanan. Pada hitungan satu, dua, tiga,
empat, lima, enam, tujuh, dan delapan berikutnya sama dengan yang pertama tadi, namun lintasannya di lantai tari adalah 30
ke kiri depan, sehingga kedua penari berselisih dengan pasangannya di kanan masing-masing. Gerakan majunya
hitungan satu, dua, tiga, empat, lima, enam dan tujuh. Sewaktu hitungan delapan kaki kiri menutup silang di belakang tumit kanan. Salanjutnya, kedua penari
melakukan gerak mundur dengan teknik titi batang, sama dengan gerakan satu sampai delapan yang pertama. Pandangan mata kedua penari adalah sama dengan
gerakan bagian pertama. Ragam kedua, tari berjalan, cinta meresap, yang digambarkan dalam
pantun berikut ini. Dari mana datangnya lintah,
Dari atap turun ke padi, Dari mana datangnya cinta,
Dari mata turun ke hati. Pantun di atas, dengan sangat jelas menggunakan empat baris dalam satu
bait. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran atau pembayang, dan baris ketiga serta keempat adalah isi atau maksud pantun. Pantun ini menggunakan
persajakan binari a-b-a-b. Menggunakan gaya bahasa repetisi terutama perulangan kata “Dari” di awal keempat barisnya. Pantun ini menggunakan 18
kata, baik kata dasar maupun kata depan. Keseluruhannya menggunakan 36 suku kata.
Secara umum pantun tersebut menjelaskan tentang asal-usul cinta, yaitu dari mata turun ke hati. Dari matalah secara fisik manusia tertarik kepada
pasangannya. Dimensi penglihatan ini kemudian diinternalisasikan ke dalam hati
Universitas Sumatera Utara
berupa perasaan senang, cinta, rindu, bahagia dan lainnya. Pantun ini adalah pantun yang paling popular dalam kebudayaan Melayu dalam menggambarkan
asal-usul cinta. Namun di sini, Guru Sauti menciptakan sampiran sedikit berbeda dengan yang biasa terdapat dalam tradisi lisan Melayu, yaitu Dari mana
datangnya lintah, Dari sawah turun ke kali.
4.1.3 Etika dalam Ragam Tiga Ragam tiga, disebut juga ragam tari pusing yang artinya memendam cinta.
Gambar 4.3 Keseluruhan beat tari adalah empat kali delapan. Dalam menarikan ragam
ini, kaki digerakkan dengan menggunakan teknik langkah celatuk. Di sisi lain, tangan kedua penari adalah menggunakan gerak mendayung ketika gerak maju.
Pada saat gerakan tubuh mundur, tangan penari lelaki menggunakan teknik kecak pinggang. Tangan kanan penari perempuan menggunakan teknik tersipu malu.
Menurut siklus hitungannya, kaki kanan maju serong kiri sebesar 45 setengah
Universitas Sumatera Utara
siku-siku sampai ke garis tengah antara kedua penari ini, pada hitungan: satu, dua, tiga, dan empat. Seterusnya, pada hitungan kelima, penari berbelok ke arah
kanan, sejajar garis tengah, mengisi hitungan enam, tujuh, dan delapan. Pada hitungan ini kedua penari berselisih dengan pasangannya di sisi kiri masing-
masing. Dalam siklus berikutnya pada hitungan satu, dua, tiga, dan empat kedua penari berputar membentuk lingkaran kecil ke kanan. Seterusnya, pada hitungan
lima, enam, tujuh, dan delapan keduanya menyeberangi garis tengah membuat lintasan garis lengkung setengah lingkaran 180
. Kemudian hitungan satu sampai delapan berikutnya kedua penari mundur mengulangi garis edar maju
lebih cepat ritmenya sehingga membentuk sudut 270 . Kemudian pada hitungan
satu sampai delapan maju membuat garis edar 270 lingkaran besar dan kembali
ke posisi semula. Ragam ketiga, tari pusing tari, memendam cinta, dilukiskan dalam sebait
pantun sebagai berikut. Cinta terpendam kala melanda,
Langit yang cerah kelihatan kelam, Bumi serasa sebesar talam,
Perasaan jiwa timbul tenggelam. Pada pantun di atas, hampir sama dengan bait pertama, sampirannya juga
langsung seperti isi, bukan sampiran sebagaimana umumnya pantun biasa. Bait ini terdiri dari 17 kata, baik kata dasar maupun kata berimbuhan, kesemuanya
dibangun oleh 43 suku kata. Pantun ini menggunakan persajakan rata. Makna yang ingin disampaikan Guru Sauti pada pantun ini adalah
terjadinya proses cinta yang terpendam, atau sedang memendam rasa cinta. Akibatnya dalam diri orang yang memendam cinta itu adalah berbanding terbalik
dengan lingkungannya, yang digambarkan dalam Langit yang cerah kelihatan
Universitas Sumatera Utara
kelam, Bumi serasa sebesar talam. Jiwa orang yang sedang memendam rasa cinta ini adalah terguncang seperti timbul dan tenggelam.
4.1.4 Etika dalam Ragam Empat
Ragam empat, disebut juga ragam tari gila artinya menggila mabuk kepayang.
Gambar 4.4 Ragam keempat ini kuantitas hitungannya adalah empat kali delapan.
Penari melakukan gerakan kaki langkah berjalan bersilang, tangan penari lelaki kecak pinggang, penari wanita tangan kanan menggunakan teknik tersipu malu,
sementara tangan kirinya melakukan gerak singsing. Keduanya saling maju ke depan. Pada hitungan satu, kaki kanan ditempatkan di depan kaki kiri sambil lutut
ditekuk dan badan berputar ke arah kiri sebesar 90 . Kemudian pada hitungan dua,
kaki kiri melakukan gerak jinjit di belakang kaki kanan. Pada hitungan tiga, kaki
Universitas Sumatera Utara
kanan diletakkan menapak sambil diputar ke arah kanan sebesar 180 . Kemudian
pada hitungan empat kaki kiri diletakkan di sisi kaki kanan sambil melakukan gerak jinjit. Pada hitungan lima kaki kanan disilangkan di belakang kaki kiri
sambil lutut ditekukkan. Pada hitungan enam, kaki kiri diletakkan sambil berputar ke arah kiri sebesar 90
. Pada hitungan tujuh, kaki kanan diangkat dan diputar ke arah kiri sebesar 180
, sehingga arah badan penari berbalik. Pada hitungan delapan kaki kiri diletakkan di sisi kaki kanan sambil berjinjit. Pada posisi ini
kedua penari saling berhadapan persis di garis tengah. Kemudian pada hitungan satu kaki kanan diletakkan bersilang di depan
kaki kiri sambil lutut ditekukkan. Kemudian pada hitungan dua, kaki kiri diletakkan di belakang kaki kanan. Pada hitungan tiga, kaki kanan diletakkan dan
diangkat sambil berputar ke arah kanan sebesar 180 . Pada hitungan empat,
kembali kaki kiri diletakkan di sisi kaki kanan sambil berjinjit. Pada saat ini badan telah berputar kembali menghadap ke arah berlawanan. Hitungan lima kaki kanan
diletakkan menyilang di belakang kaki kiri, sambil lutut ditekukkan. Hitungan enam, kaki kiri diangkat dan diputar kea rah kiri sebesar 90
. Kemudian hitungan tujuh kaki kanan diangkat dan diputar ke arah kiri sebesar 135
. Pada hitungan delapan kaki kiri diletakkan di sisi kaki kanan, saat ini posisi badan telah berubah
arah sehingga saling berhadapan dengan pasangan, dan posisinya saling bertukar tempat. Gerakan berikutnya sama dengan gerakan dua kali delapan yang pertama
sehingga akhirnya berada dalam posisi semula. Ragam keempat, tari gila, menggila mabuk kepayang. Ragam ini
dijelaskan oleh Guru Sauti melalui perumpamaan ibarat sebagai berikut. Alangkah perihnya perasaan pungguk,
Menderita dendam berahi,
Universitas Sumatera Utara
Tersangkut kasih terpatri sayang, Gelisah menanti dan menunggu,
Entah hampa entah berisi, Entah pun hanya mabuk seorang.
Kata pungguk dalam umpama di atas adalah merujuk kepada orang yang sedang mabuk kepayang karena memendam cinta. Biasanya dalam tradisi sastra
Melayu pungguk ini selalu disertai dengan merindukan bulan. Saat ini seorang yang sedang memendam cinta tersebut dalam keadaan gelisah menanti apakah
cintanya akan diterima ataukah ditolak sang pujaan hati.
4.1.5 Etika dalam Ragam Lima
Ragam lima, disebut ragam tari berjalan bersifat, maksudnya adalah berbagai isyarat tanda cinta.
Gambar 4.5
Universitas Sumatera Utara
Ragam kelima ini, jumlah hitungan tari adalah empat kali delapan. Pada bagian pertama adalah gerak kaki langkah berjalan, dan tangan gerak melenggang
pada saat kedua penari maju. Pada saat mundur penari lelaki kecak pinggang, perempuan gerakan tangan kanan dengan teknik tersipu malu, tangan kiri
singsing. Pada bagian kedua digunakan langkah celatuk dan tangan mendayung. Pada bagian pertama hitungan satu dimulai dengan kaki kanan melakukan
langkah berjalan dan tangan melenggang maju serong 45 ke depan kanan sampai
hitungan empat kaki kiri diputar ke arah kiri sebesar 45 , sehingga badan berputar
sejajar dengan garis tengah. Pada hitungan lima, enam, tujuh, maju melintasi pasangan di sisi kanan masing-masing penari. Pada hitungan delapan, kaki kiri
diputar kea rah kiri sebesar 90 . Selanjutnya pada hitungan satu kaki kanan juga
diputar ke arah kiri 90 , sehingga akhirnya posisi badan berbalik arah. Pada
hitungan dua dan tiga penari berjalan maju, dan hitungan empat kaki kiri diputar ke arah kiri 90
. Pada hitungan lima kaki kanan diputar ke kiri 180 . Penari
perempuan pada hitungan enam, tujuh, dan delapan, tetap maju, sedangkan penari lelaki pada hitungan enam kembali kaki kiri diputar ke kiri sebesar 90
dan pada hitungan tujuh, kaki kanan diputar arah 180
. Pada hitungan delapan posisi penari lelaki dan perempuan sejajar dan arah hadap yang sama. Kemudian hitungan satu,
dua, tiga, dan empat berikutnya mundur bersam dengan langkah celatuk dan tangan kecak pinggang untuk penari lelaki dan penari perempuan tangan kanan
tersipu malu, dan tangan kirinya singsing. Ketika di akhir hitungan empat, penari perempuan berputar ke arah kanan sebesar 180
sehingga penari lelaki dan perempuan mundur dengan arah yang berlawanan pada hitungan lima enam, tujuh
dan delapan. Kemudian dilanjutkan pada hitungan satu sampai delapan
Universitas Sumatera Utara
berikutnya, maju dengan garis edar tari membentuk huruf S kembali ke tempat. Gerak kaki langkah celatuk dan tangan mendayung. Pada hitungan lima kepala
ditolehkan ke kanan dan mata mengerling pasangan baru berbalik badan. Ragam kelima, tari berjalan bersifat, berbagai-bagai isyarat tanda cinta.
Kalau bertemu pandangan, Pandangan lubuk hati cedera mata,
Ditunjukkan tanda dan isyarat, Yang mengandung kias dan makna.
Adakah terasa gerangan, Perasaan rindu mengandung cinta,
Cinta suci mengandung hasrat, Sedang berkobar dalam hati.
Ragam kelima ini, dijelaskan oleh Guru Sauti, seorang yang jatuh cinta tadi sedang menjajaki bahasa-bahasa isyarat dari orang yang ingin dikasihinya.
4.1.6 Etika dalam Ragam Enam
Ragam enam, disebut ragam tari goncek artinya ada balasan isyarat.
Gambar 4.6
Universitas Sumatera Utara
Ragam enam ini beat tarinya adalah empat kali delapan. Ragam ini terdiri dari dua bagian. Pada bagian pertama penari melakukan gerak goncek, yang
dimulai dengan kaki kanan pada hitungan satu sampai empat goncek kaki kanan, kepala dalam keadaan tunduk pada hitungan satu, dua, dan tiga. Pada hitungan
empat, kepala penari lelaki tegak dan mata mengerling ke arah pasangan. Di sisi lain, penari perempuan tetap tunduk, tetapi mata mengerling ke depan ke arah
pasangannya. Tangan kecak pinggang bagi penari lelaki, dan wanita dengan tangan kanan tersipu malu, tangan kiri singsing. Kemudian pada hitungan lima
sampai delapan goncek kaki kiri, pada pergantian goncek kaki kanan dan kiri, maka penari melonjak sambil tukar kaki. Sikap kepala tunduk, namun pada
hitungan delapan penari lelaki kepala dalam posisi tegak dan mengerling ke depan kea rah pasangan. Penari perempuan tetap tunduk dan mata mengerling ke depan
ke arah pasangannya. Bagian pertama ini diulang lagi sehingga dua kali delapan hitungan.
Bagian kedua ragam enam ini, merupakan kombinasi antara lonjak dan goncek. Hitungan satu, dua, tiga dan empat, lonjak kaki kanan kepala dalam
keadaan tunduk. Kemudian hitungan lima, enam, tujuh delapan, goncek kaki kiri, posisi kepala juga tunduk, pada hitungan delapan kepala penari lelaki tegak, mata
mengerling ke arah pasangan. Penari perempuan mengerling ke depan ke arah penari lelaki, sambil tetap merunduk. Gerakan-gerakan ini diulang kembali
sehingga seluruhnya dua kali delapan hitungan. Seterusnya, ragam keenam, tari goncek, balasan isyarat dijelaskan oleh
Guru Sauti sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Ada tampak berbalas Tetapi….. benarkah gerangan?
Hanya tertebak oleh arif bijaksana Ragu-ragu dan kurang jelas
Tak dapat hati menetapkan Terpikir-pikir apakah artinya
Penjelasan seperti di atas, mengandung arti bahwa sebenarnya ada tanda- tanda tentang balasan cinta. Namun balasan itu masih secara implisit saja,
belumlah secara jelas dan tegas diungkapkan sang pujaan hati. Dalam hal ini respons asmara tersebut masih tersamar, penuh keraguan, dan masih terus
dipikirkan.
4.1.7 Etika dalam Ragam Tujuh
Ragam tujuh, disebut ragam tari sebelah kaki kiri atau kanan, artinya menduga.
Gambar 4.7
Universitas Sumatera Utara
Keseluruhan beat ragam tari ini adalah empat kali delapan. Pada bagian pertama, badan bertumpu pada kaki kiri. Gerak kaki menggunakan teknik lonjak
sampai maju ke depan sampai ke garis tengah sampai bertemu dengan pasangannya. Tangan menggunakan teknik kecak pinggang untuk penari lelaki
dan penari perempuan menggunakan teknik tersipu malu untuk tangan kanan dan singsing untuk tangan kiri. Pada hitungan satu kaki kaki kanan manumit dan
menjauh dari kaki kiri, melompat ke depan. Pada hitungan dua kaki kanan jinjit ke depan, kaki kiri melompat ke depan. Pada hitungan tiga kaki kanan kembali
manumit menjauh dari kaki kiri, dan kaki kiri melompat ke depan. Kemudian pada hitungan empat kaki kiri tempat di tempat, sementara itu kaki kanan
menyilang di depan kaki kiri. Seterusnya, pada hitungan kelima kaki kiri tetap di tempat dan kaki kanan manumit menjauh. Pada hitungan enam kaki kiri di tempat,
kaki kanan jinjit di samping kanan sejajar dengan kaki kiri. Pada hitungan tujuh kaki kiri tetap di tempat, kaki kanan manumit menjauh. Hitungan delapan kaki
kiri di tempat, kaki kanan menyilang di depan kaki kiri. Pada hitungan satu sampai delapan berikutnya, penari mundur dengan teknik langkah celatuk, yang
dimulai dengan kaki kanan, tangan menggunakan teknik gerak mendayung.Pada hitungan delapan tumpuan badan dipindahkan ke kaki kanan untuk ancang-ancang
gerakan lonjak dengan kaki kiri pada bagian berikutnya ragam ini. Seterusnya bagian kedua sama dengan yang pertama, namun posisi kaki
berlawanan, badan bertumpu pada kaki kanan. Pada hitungan satu kaki kiri manumit menjauh dari kaki kanan, sedangkan kaki kanan melompat ke depan.
Pada hitungan kedua kaki kanan melompat ke depan, kaki kiri jinjit sambil menyilang di depan kaki kanan. Pada hitungan tiga kembali kaki kanan melompat
Universitas Sumatera Utara
ke depan dan kaki kiri manumit menjauh dari kaki kanan. Pada hitungan empat kaki kanan di tempat, kaki kiri jinjit dan menyilang di depan kaki kanan. Pada
hitungan lima kaki kanan tetap di tempat, kaki kiri manumit menjauh dari kaki kanan. Hitungan enam kaki kanan di tempat, kaki kiri jinjit di samping kiri kaki
kanan. Hitungan tujuh kaki kanan tetap di tempat, kaki kiri manumit dan menjauh dari kaki kanan. Pada hitungan delapan, kaki kiri diletakkan di depan kaki kanan.
Pada saat bersamaan, berat badan ditumpukan pada kaki kiri dan kaki kanan diangkat sedikit.Seterusnya hitungan satu sampai delapan mundur dengan
menggunakan teknik langkah celatuk, kembali di tempat semula dimulai dengan kaki kanan dan teknik tangan gerak mendayung.
Selanjutnya ragam ketujuh, tari sebelah kaki kirikanan, menduga, dideskripsikan melalui ibarat oleh Guru Sauti sebagai berikut.
Dalam lautan dapat diduga, Tinggi gunung dapat diukur,
Dalam hati? Meskipun bayang dalam dua tengah tiga
Tidak hanya duduk terpekur Sebelum diketahui jawab yang pasti.
Masih meneruskan pembacaan kepada isyarat yang tampak, pada proses ini, seorang yang jatuh cinta tadi masih terus menduga-duga. Ia membandingkan
dugaan cintanya yang begitu dalam ini kepada seorang yang dicintainya sejak pandangan pertama. Dalam lautan dapat diduga, tingginya gunung boleh diukur,
panjangnya tali bisa ditebak, tetapi dalam hati sang kekasih siapa yang tahu. Walaupun bayang-bayang itu telah berada dalam taraf dua pertiga 75 persen,
namun belum dalam tahap yang penuh dan pasti. Sang Pemuda pun masih melakukan berbagai cara untuk memastikan bahwa cintanya tidak bertepuk
Universitas Sumatera Utara
sebelah tangan. Di dalam hati masih terus bertanya-tanya apakah sang pujaan hati merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Apakah dia juga merasakan hal yang
sama. Sang pemuda pun akan segera mendapatkan jawabannya segera.
4.1.8 Etika dalam Ragam Delapan
Ragam delapan, disebut ragam tari langkah tiga langkah melonjak, artinya masih belum percaya. Walaupun pada ragam sebelumnya sudah
diperkirakan cintanya berkisar dua pertiga, namun masih belum pasti.
Gambar 4.8 Pada bagian pertama, langkah kaki tiga dengan tangan kecak pinggang
bagi penari lelaki dan tangan kanan teknik tersipu malu oleh penari perempuan, sementara tangan kirinya singsing. Pada hitungan satu kaki kanan diletakkan
menyilang di depan kaki kiri dengan arah badan diputar sebesar 45 ke kiri dan
Universitas Sumatera Utara
lutut agak ditekuk. Di lain sisi, kaki kiri agak diangkat sehingga tidak mencecah lantai. Pada hitungan dua, kaki kiri manumit, dan diletakkan di belakang kaki
kanan. Seterusnya hitungan tiga kaki kanan diangkat dan diputer ke kanan sebesar 90
dan arah badan juga diputar. Pada hitungan empat kaki kiri diangkat dan tapak kaki tergantung di depan betis kaki kanan agak diberi tenaga pada tapak kaki kiri,
sehingga menimbulkan sentakan, di lain sisi tumit kaki kanan digeserkan ke kiri, sehingga pinggul bergerak. Hitungan lima kaki kiri diletakkan menapak di depan
kaki kanan dengan lutut agak ditekuk, di lain sisi kaki kanan agak diangkat sehingga tidak menapak lantai. Pada hitungan enam kaki kanan manumit, dan
diletakkan di belakang kaki kiri. Pada hitungan tujuh kaki kiri diangkat dan diputar sebesar 90
ke kiri kemudian menapak. Pada hitungan delapan kaki kanan diangkat dan tapak kaki tergantung di depan betis kaki kiri, agak diberi tenaga
pada tapak kaki, sehingga agak menyentak, pada saat yang sama tumit kaki kiri agak digeser ke kanan sehingga pinggul bergerak.
Berikutnya, pada hitungan satu kaki kanan diletakkan di depan kaki kiri dengan lutut tegak agak ditekuk, sementara kaki kiri agak diangkat sehingga tidak
menapak lantai. Pada hitungan dua kaki kiri manumit dan diletakkan di belakang kaki kanan. Pada hitungan tiga, kaki kanan melangkah ke depan satu langkah.
Pada hitungan empat, kaki kiri diangkat dan telapak kaki kiri digantung di depan betis kaki kanan, diberi tenaga pada tapak kaki sehingga menyentak bersamaan
dengan itu tumit kaki kanan digeser sedikit ke kiri sehingga pinggul bergerak. Bagian kedua gerakan mundur dengan teknik meniti batang.Tangan tetap
kecak pinggang bagi penari lelaki dan tangan kanan tersipu malu, tangan kiri singsing bagi penari perempuan. Pada hitungan lima kaki kiri jinjit dan diletakkan
Universitas Sumatera Utara
dibelakang tumit kaki kanan. Pada hitungan enam kaki kanan jinjit dan diletakkan di belakang tumit kaki kiri.Pada hitungan tujuh kaki kiri jinjit dan diletakkan di
belakang tumit kaki kanan kemudian menapak dan berat badan dipindahkan ke kaki kiri. Pada hitungan delapan, kaki kiri manumit dan kaki kanan diangkat
sehingga telapak kaki kanan tergantung di depan betis kaki kiri, diberi tenaga pada tapak kaki, sehingga menyentak. Pada saat yang sama tumit kaki kiri digeser
sedikit ke kanan sehingga pinggul bergerak, arah badan berputar setengah lingkaran, sehingga badan berbalik arah. Hitungan satu sampai delapan
berikutnya, sam dengan satu sampai delapan yang pertama, namun arahnya berlawanan.
Pada bagian
ketiga, dengan
langkah celatuk
dan tangan
mendayung.Hitungan satu sampai delapan bergerak membentuk lintasan atau garis edar seperti huruf S besar, kembali ke tempat.Pada hitungan keempat kepala
menoleh ke belakang dan mata mengerling pasangan. Selanjutnya ragam kedelapan, tari langkah tiga melonjak maju dan
mundur, masih belum percaya. Keadaan ini diuraikan dengan puitis oleh Guru Sauti.
Dengan perantaraan angin lalu, Baik dikatakan getaran jiwa,
Agar diri tidak kecewa? Cinta pungguk cinta suci,
Terbit dari hati yang tulus ikhlas. Datang tidak dengan karena,
Meresap bagai gula dengan air, Tak dapat dipisah dan diulas,
Hanya dengan kehendak Rabbana.
Dalam fase ini dijelaskan bahwa orang yang sedang jatuh cinta tersebut, menyatakan cintanya melalui angin lalu. Namun ulasan ini, bisa pula berarti ia
Universitas Sumatera Utara
telah mengemukakan perasaan cintanya pada kekasih yang dirindukannya selama ini. Hal tersebut dilakukan agar diri tidak kecewa. Cintanya adalah cinta yang
suci, ikhlas, bak gula dan air. Cintanya menyatu kuat, dan hanya dapat dipisah oleh kehendak Tuhan saja.
4.1.9 Etika dalam Ragam Sembilan
Ragam Sembilan, disebut ragam tari melonjak artinya sudah ada jawaban.
Gambar 4.9 Pada bagian pertama, gerak kaki teknik lonjak tangan kanan penari lelaki
kecak pinggang dan tangan kanan perempuan tersipu malu dan tangan kiri teknik singsing. Pada hitungan satu tumpuan badan berada di kaki kiri, kemudian
digerakkan selangkah ke depan, kaki kanan digantung dan diayunkan menjauhi
Universitas Sumatera Utara
kaki kiri dan manumit di depan kanan. Pada hitungan dua kembali kaki kiri dilangkahkan ke depan mendekati pasangan dan kaki kiri diayun menyilang di
depan kaki kanan dan dan diletakkan jinjit di samping kaki kiri. Pada hitungan tiga kembali kaki kiri dilangkahkan dan pada posisi berhadapan langsung dengan
penari pasangannya, kaki kanan diangkat dan diletakkan manumit di depan kanan. Pada hitungan empat kaki kiri melompat dan tumpuan badan dipindahkan ke kaki
kanan yang dilangkahkan serong setengah siku-siku ke depan kanan dan letak kaki diputar sebesar sudut siku-siku ke kiri, pada saat yang sama kaki kiri ditarik
kesamping kaki kanan tetap dalam keadaan tergantung. Hitungan lima kaki kanan langkah di tempat, kaki kiri diayunkan dan ditempatkan menjauh ke depan kiri
dengan manumit. Hitungan enam kaki kanan lompat di tempat kaki kiri ditarik menyilang di depan kaki kanan dan diletakkan jinjit di sisi kanan kaki kanan. Pada
hitungan tujuh kembali kaki kanan lompat di tempat dan kaki kiri diayunkan menjauh dan diletakkan manumit di depan kiri. Pada hitungan delapan kaki kanan
dilompatkan dan kaki kiri dilangkahkan setengah siku-siku serong kanan sambil memindahkan tumpuan badan ke kaki kiri dan arah kaki kiri diputar ke kiri
sebesar sudut siku-siku, sehingga arah hadap badan juga berputar sebesar sudut siku-siku, di sisi lain kaki kanan ditarik dan tetap tergantung di sisi kanan kaki
kiri. Pada hitungan satu kaki kiri lompat di tempat, kaki kanan diayunkan
menjauh dan diletakkan manumit di depan kanan. Pada hitungan dua kaki kiri lompat di tempat, bersamaan dengan itu kaki kanan diayunkan dan diletakkan
menyilang di depan kaki kiri dan diletakkan jinjit di sisi kiri kaki kiri. Pada hitungan tiga, kaki kiri melompat di tempat, kaki kanan diayunkan menjauh dan
Universitas Sumatera Utara
diletakkan manumit di depan kanan. Pada hitungan empat, kembali kaki kiri dilompatkan bersamaan dengan itu kaki kanan dilangkahkan serong setengah
siku-siku sambil memindahkan berat badan ke kaki kanan dan arah kaki kanan juga diputar sebesar sudut siku-siku ke kiri, sehingga arah badan juga berputar
sebesar sudut siku-siku. Pada hitungan lima kembali kaki kanan lompat di tempat, kaki kiri diayunkan dan diletakkan menjauh ke depan kiri dengan posisi manumit.
Pada hitungan enam kaki kanan lompat di tempat, kaki kiri diayunkan menyilang di depan kaki kanan dan diletakkan jinjit di sisi kanan kaki kanan. Pada hitungan
tujuh kaki kanan lompat di tempat bersamaan itu kaki kiri diayunkan menjauh dan diletakkan manumit di depan kiri. Pada hitungan delapan lompat di tempat,
namun badan diputar setengah lingkaran ke kanan sehingga berbalik badan, saling membelakangi pasangan, tumpuan badan dipindahkan ke kaki kiri, kaki kanan
tetap tergantung di sisi kanan kaki kiri. Pada hitungan satu kembali kaki kiri lompat di tempat dan kaki kanan
diayunkan menjauh diletakkan manumit di depan kanan. Pada hitungan dua kaki kiri lompat di tempat, kaki kanan diayunkan menyilang di depan kaki kiri dan
diletakkan di sisi kiri kaki kiri. Pada hitungan tiga kaki kiri lompat di tempat dan kaki kanan diayunkan menjauh kemudiandiletakkan manumit di depan kanan.
Pada hitungan empat lompat di tempat sambil badan berputar setengah lingkaran kea rah kanan sehingga berbalik badan kembali berhadapan dengan pasangan,
tumpuan badan dipindahkan ke kaki kanan, kaki kiri tetap digantung di sisi kiri kaki kanan. Pada hitungan lima, kaki kanan lompat di tempat, kaki kiri diayun
menjauh dan diletakkan manumit di depan kiri. Hitungan enam kaki kanan lompat di tempat dan kaki kiri diayun menyilang di depan kaki kanan kemudian
Universitas Sumatera Utara
diletakkan jinjit di sisi kanan kaki kanan. Pada hitungan tujuh kaki kanan lompat ditempat, kaki kiri diayunkan menjauh dan diletakkan manumit di depan kiri.
Pada hitungan kedelapan kaki kiri ditarik ke sisi kaki kanan, tumpuan badan dipindahkan ke kaki kiri.
Pada bagian ketiga, gerakan kaki langkah celatuk dan tangan menggunakan gerakan mendayung.Pada hitungan satu sampai delapan, kembali
ke tempat dengan garis edar berbentuk huruf S besar.Pada hitungan empat kepala menoleh ke belakang dan mata melirik pasangan.
Selanjutnya ragam kesembilan yaitu ragam tari melonjak atau meloncat- loncat yang berarti cinta sudah berbalas jawaban. Pada fase ini yaitu ragam
kesembilan telah ada jawaban dari sang kekasih, dengan ekspresi gerak lonjakan. Syukur……
Kiranya tidak bertepuk sebelah tangan, Tidak hanya seorang berangan-angan,
Sang Lungguh nama pendeta, Bersuci bersih baru sembahyang,
Jika sungguh menaruh cinta, Niscaya kasih dibalas sayang.
Uraian di atas dibagi dalam dua bentuk. Tiga baris pertama adalah penjelasan, dan empat baris berikutnya adalah pantun. Pada saat ini cinta telah
mendapat jawaban, tidak berteepuk sebelah tangan. Bagaikan gayung bersambut, pucuk dicinta ulam pun tiba. Deskripsi ini ditutup dengan Jika sungguh menaruh
cinta, Niscaya kasih dibalas sayang. Dengan demikian ketika cinta berbalas, maka kebahagiaan lahir dan bathin lah yang ia terima.
4.1.10 Etika dalam Ragam Sepuluh
Ragam sepuluh, disebut ragam tari datang-mendatangi, artinya terjadi pinang-meminang. Karena cinta sudah berbalas maka sang pemuda pun mengajak
Universitas Sumatera Utara
sanak saudara untuk meminang sang pujaan hati. Begitu juga sebaliknya sang kekasih pun dengan senang hati menerima pinangan sang Pemuda.
Gambar 4.10 Pada bahagian pertama gerakan kaki langkah celatuk dan tangan
mendayung. Pada hitungan satu sampai delapan penari perempuan langkah di tempat. Penari lelaki maju mendekati penari perempuan. Pada hitungan delapan,
penari perempuan memutar badan kea rah kiri dan penari lelaki ke arah kanan. Pada hitungan satu sampai empat keduanya sama-sama maju. Pada hitungan
empat, keduanya berputar kanan sebesar setengah lingkaran, sehingga berbalik arah. Pada hitungan lima sampai delapan keduanya maju bersama-sama. Selepas
itu hitungan satu sampai empat, keduanya mundur dengan langkah celatuk dan tangan lelaki kecak pingang, penari perempuan tangan kanan memakai teknik
tersipu malu, dan tangan kiri singsing. Pada hitungan empat berputar sebesar setengah lingkaran, penari lelaki kea rah kanan dan penari perempuan kea rah kiri.
Universitas Sumatera Utara
Pada hitungan lima sampai delapan keduanya sama-sama bergerak mundur. Selanjutnya hitungan satu sampai delapa, kedua penari berjalan menuju ke tempat
semula, dengan menggunakan langkah celatuk dan tangan mendayung garis edar berbentuk S besar untuk penari lelaki dan s kecil untuk penari perempuan.
Bahagian kedua ragam ini, adalah inversi balikan bahagian pertama. Gerakan langkah celatuk dan tangan mendayung. Pada hitungan satu sampai
delapan penari lelaki langkah di tempat, wanita maju mendekati penari lelaki.Pada hitungan delapan penari perempuan memutar badan belok kanan dan penari lelaki
belok kiri. Berikutnya, hitungan satu sampai empat keduanya bersama-sama maju. Pada hitungan empat berputar kanan sebesar siku-siku sehingga berbalik arah.
Pada hitungan lima sampai delapan sama-sama maju. Kemudian sama-sama mundur dengan langkah celatuk dan tangan penari lelaki kecak pinggang, penari
perempuan tangan kanan tersipu malu dan tangan kiri singsing, pada hitungan satu sampai empat. Pada hitungan empat berputar kanan sebesar setengah lingkaran
sehingga berbalik arah. Pada hitungan lima sampai delapan keduanya sama-sama mundur. Berikutnya satu sampai delapan masing-masing berjalan kembali ke
tempat dengan langkah celatuk dan tangan mendayung. Garis edarnya berbentuk huruf S untuk penari perempuan dan huruf S kecil untuk penari lelaki.
Seterusnya ketika cinta sudah berbalas, maka dilanjut dengan ragam kesepuluh, tari datang-mendatangi, pinang-meminang, dan dideskripsikan dengan
kata-kata oleh Guru Sauti sebagai berikut. Dari pada kasih seorang,
Lebih baik kasih banyak, Elok dicurah dan dipaparkan,
Kepada ibu dan bapa, Menurut adat dan lembaga,
Yang tak kering di panas, tak lekang di hujan.
Universitas Sumatera Utara
Setelah dirisek dan dirisik, Dilaksanakan upacara pinang meminang,
Gayung bersambut kata berjawab, Ibu dan bapak semua sedia,
Kaum kerabat semua setuju, Diselenggarakan akad nikah,
Menurut adat dan agama, Saat baik dan sempurna,
Menyelenggarakan hari langsungnya.
Uraian di atas menggambarkan tentang adat pinang-meminang, dan yang penting dalam konteks budaya Melayu adalah, perkawinan merupakan perpaduan
persaudaraan antara dua kerabat besar, yaitu keluarga lelaki dan perempuan. Pada fase ini diselenggarakan merisik, kemudian walimatul ursy nikah kawin menurut
Islam, menentukan hari baik, dan lain-lainnya. Dalam kebudayaan Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara, upacara nikah
kawin ini memiliki berbagai tahapan. Prosesnya adalah sebagai berikut. Biasanya dimulai dari merisik, yaitu bertanya secara informal pihak calon mempelai laki-
laki kepada kedua orang tua calon mempelai wanita. Setelah itu dilakukan kegiatan merisik resmi, yaitu dihantarnya utusan pihak lelaki untuk menanyakan
seputar keberadaan calon mempelai wanita. Utusan ini disebut dengan telangkai. Selanjutnya dilakukan acara peminangan berupa ikat janji dan tukar tanda.
Selepas itu adalah kenduri jamu sukut. Diteruskan dengan acara menghantar bunga sirih. Kemudian diteruskan pula dengan upacara berinai inai kecil atau
curi dan inai besar. Seterusnya adalah akad nikah secara Islami, seterusnya bersanding ditingkahi dengan acara hempang batang, hempang pintu, hempang
kipas, dan persembahan budaya. Diteruskan dengan mandi berdimbar. Selanjutnya adalah meminjam pengantin. Setelah itu silaturahmi kedua mempelai
ke rumah-rumah kerabat terdekat. Tentu di sini kedua sejoli merasa sangat
Universitas Sumatera Utara
bahagia karena cinta sudah dipersatukan secara adat lembaga, budaya serta agama. Seluruh sanak famili pun sudah terlibat secara langsung.
4.1.11 Etika dalam Ragam Sebelas
Ragam sebelas, disebut ragam tari rupa-rupa, artinya menghantar pengantin.
Gambar 4.11 Pada bahagian pertama, hitungan satu sampai delapan langkah berjalan
bersilang kaki.Tangan penari lelaki kecak pinggang dan penari perempuan tangan kanan tersipu malu, tangan kiri singsing. Pada hitungan satu kaki kanan
diletakkan di depan kaki kiri sambil lutut ditekuk dan badan berputar ke arah kiri sebesar sudut siku-siku. Pada hitungan dua kaki kiri jinjit dibelakang kaki
kanan.Pada hitungan tiga kaki kanan diletakkan menapak sambil diputar ke arah
Universitas Sumatera Utara
kanan sebesar setengah lingkaran.Pada hitungan empat kaki kiri diletakkan di sisi kaki kanan sambil berjinjit. Pada hitungan lima kaki kanan disilangkan di
belakang kaki kiri sambil lutut ditekukkan. Pada hitungan enam kaki kiri diletakkan sambil berputar ke arah kiri sebesar sudut siku-siku.Pada hitungan
tujuh kaki kanan diangkat dan diputar ke arah kiri setengah lingkaran, sehingga arah badan berbalik.Pada hitungan delapan kaki kiri diletakkan di sisi kaki kanan
sambil berjinjit.Kedua penari saling berhadapan tepat di garis tengah.Kemudian keduanya berpindah tempat dengan gerakan kaki langkah celatuk dan tangan
mendayung membuat garis edar huruf S. Pada bahagian kedua hitungan satu sampai delapan sama dengan yang
terdapat dalam ragam delapan. Langkah kaki tiga dengan tangan kecak pinggang untuk penari lelaki dan tangan tersipu malu, kiri singsing untuk penari
perempuan. Pada hitungan satu, kaki kanan diletakkan menyilang di depan kaki kiri dengan arah badan diputar setengah siku-siku ke kiri dan lutut agak ditekuk,
sementara kaki kiri agak diangkat sehingga tidak menyentuh lantai. Pada hitungan dua kaki kiri manumit dan diletakkan di belakang kaki kanan. Pada hitungan tiga
kaki kanan diangkat dan diputar ke kanan sebsar sudut siku-siku, sehingga arah badan juga berputar. Pada hitungan empat kaki kiri diangkat dan tapak kaki
tergantung di depan betis kaki kanan, agak diberi tenaga pada tapak kaki kiri, sehingga kelihatan agak menyentak. Sementara tumit kaki kanan digeser sedikit
ke kiri, sehingga pinggul bergerak. Pada hitungan lima kaki kiri diletakkan menapak di depan kaki kanan dengan lutut agak ditekuk, sementara kaki kanan
agak diangkat sehingga tidak mencecah lantai. Hitungan enam kaki kanan manumit dan diletakkan di belakang kaki kiri,. Pada hitungan tujuh kaki kiri
Universitas Sumatera Utara
diangkat dan diputar sebesar sudut siku-siku kearah kiri kemudian diletakkan menapak, di sisi lain kaki kanan diangkat dan tapak kaki tergantung di depan betis
kaki kiri agak diberi tenaga pada tapak kaki, sehingga agak menyentak pada saat yang sama tumit kaki kiri agak digeser ke kanan sehingga pinggul bergerak.
Kemudian berpindah tempat dengan gerakan kaki langkah berjalan dan tangan mencabut sapu tangan.Pada hitungan delapan sapu tangan telah terjepit diantara
jemari penari dan direntangkan tegang, garis edar berbentuk huruf S. Dilanjutkan dengan ragam kesebelas, tari rupa-rupa jalan, menghantar
pengantin. Alangkah meriahnya upacar perayaan langsung.
Riuh rendahnya bunyi-bunyian, Diriakan oleh handai taulan sanak keluarga
Orang tua-tua terkemuka, Kedua pengantin duduk bersanding, di atas pelamin,
Ditepung tawari oleh ahlil bait dan dusanak
Ragam kesebelas ini, merupakan ekspresi dari pertemuan kasih mesra antara lelaki dan perempuan dalam institusi perkawinan yang salah satu
lambangnya adalah pelaminan.Yang jelas keduanya saat ini pastilah bahagia, dan kebahagiaan itu adalah berkat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal ini dapat
digambarkan dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita adalah pesta perkawinan, di mana sanak family kaum kerabat berkumpul di rumah hajatan untuk member
selamat kepada pengantin baru yang telah melangsungkan pernikahan. Selain itu institusi perkawinan dalam konteks budaya Melayu adalah untuk
memperoleh keturunan anak, yang tentu saja berbakti kepada agama, bangsa dan Negara. Kedua sejoli sudah sah di mata hukum maupun agama. Mereka sekarang
adalah seorang suami dan seorang istri yang sebentar lagi akan menjadi seorang
Universitas Sumatera Utara
ayah maupun seorang ibu. Inilah puncak perjalanan cinta yang mereka jalani dari tahap ke tahap, dimulai dari pertemuan pertama, cinta meresap, memendam cinta,
mengungkapkan, cinta sampai akhirnya duduk bersanding di pelaminan.
4.1.12 Etika dalam Ragam Dua Belas
Ragam dua belas, ragam tari sapu tangan artinya pertemuan kasih mesra.
Gambar 4.12 Pada bahagian pertama, langkah berjalan dan tangan menjepit sapu tangan,
kedua penari merentangkan sapu tangan diayunkan sambil badan berputar mendekati pasangan.Penari lelaki dimulai dengan kaki kanan dan berputar dari
sisi kiri ke kanan menuju garis tengah mendekati pasangan, penari perempuan memulai gerak dengan kaki kiri dan berputar dari sisi kanan ke kiri menuju garis
tengah mendekati pasangan.Hitungan satu sampai enam adalah gerakan berputar saling mendekati.Pada hitungan enam, penari permpuan merentangkan sapu
Universitas Sumatera Utara
tangannya untuk memberikan kesempatan kepada penari lelaki menyilangkan sapu tangan pula.Pada hitungan tujuh sampai delapan penari perempuan berjalan
di tempat dan penari lelaki melepaskan pegangan tangan kiri pada sapu tangan dan memasukkan ujung sapu tangan yang terlepas dan menyilangkannya ke sapu
tangan penari perempuan kemudian tangan kiri mengambil kembali ujung sapu tangan pada hitungan delapan kedua sapu tangan telah tersilang.
Pada bahagian kedua berjalan bersama-sama dengan saputangan saling terikat. Penari lelaki melangkah dimulai pada hitungan satu dengan kaki kanan
dan penari perempuan dengan kaki kiri. Pada hitungan satu sampai empat ke arah belakang dan hitungan lima sampai delapan berbalik ke arah depan.
Pada bahagian ketiga gerakan kaki langkah celatuk penari lelaki memulai gerakan dengan kaki kanan dan penari perempuan memulai dengan kaki kiri.
Penari lelaki badan berputar ke kanan dan perempuan ke kiri, dengan sapu tangan yang terkait dan tangan direntangkan. Hitungan satu dan dua sapu tangan di
bawah, hitungan tiga dan empat ke atas, lima dan enam sapu tangan di bawah, hitungan tujuh dan delapan di atas. Kemudian berbalik arah ke depan. Hitungan
satu dan dua sapu tangan di bawah, tiga dan empat di atas, lima dan enam di bawah, tujuh dan delapan di atas, dan hitungan satu berikutnya kedua penari
sama-sma merendahkan badan dan sapu tangan disilangkan ke depan. Diakhiri dengan ragam kedua belas, tari sapu tangan, pertemuan
kasih.Dideskripsikan oleh Guru Sauti sebagai berikut. Mari kita berdo’a,
Berbahagialah pengantin baru, Mengecap nikmat percintaan,
Universitas Sumatera Utara
Semoga beroleh anak yang saleh, Taat pada agama,
Berbakti kepada ibu bapa, Bangsa dan tanah air.
Ragam penutup ini adalah berupa do’a semoga pengantin baru berbahagia, mengecap nikmat percintaan.
4.2 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Tarian Serampang XII
Tarian Serampang XII, dalam konteks mengkomuni-kasikan makna- makna, lebih menekankan aspek komunikasi nonverbal dibandingkan verbalnya.
Tarian ini sepenuhnya mengkomunikasikan makna-makna melalui gerak, berupa motif-motif teknik gerak yang berakar dari konsep-konsep tari dalam budaya
Melayu, seperti: goncek, titi batang, berjalan di tempat, singsing, tersipu malu, dan lain-lainnya. Motif-motif gerak ini kemudian disusun menjadi kelompok
frase-frase tari atau yang dalam istilah tarian Melayu disebut dengan ragam. Ragam-ragam ini kemudian menyusun bangunan tarian secara keseluruhan, yang
keseluruhannya berjumlah dua belas ragam. Satu ragam dengan ragam lainnya saling terkait dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Pemisahan atau
penghilangan satu atau sebahagian ragam, akan menyebabkan penghilangan makna utuh dari rarian ini. Karena ibarat sebuah cerita, ragam satu mengisahkan
pertemuan pertama, kemudian ragam kedua cinta meresap, dan seterusnya sampai
kepada pengungkapan perasaan dan diakhiri pernikahan. 4.2.1 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Gerak
Komunikasi bukan lisan dalam tarian Melayu umumnya dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik seluruh anggota badan. Gerak-garak ini sebahagiannya
ada yang merupakan peniruan dari alam hewan dan tumbuhan, ada pula yang
Universitas Sumatera Utara
mengekspresikan kejadian alam, dan gerak alamiah manusia di dunia ini. Gerak- gerik tari Melayu, secara etnosains mencakup bahagian: a kepala, b tangan, c
kaki, d pinggul, dan e tubuh secara umum. Di dalam gerak-gerik tari ini terkandung makna-makna perlambangan yang memiliki nilai estetika tersendiri.
4.2.1.1 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Gerak-gerik Kepala: 1.
Toleh
Toleh yaitu kepala ditolehkan dan mata melihat ke arah tangan yang berada di atas. Untuk penari lelaki, kedua tangan dengan teknik genggam
diayunkan disisi kanan dan kiri tubuh ke arah depan atas dan ke bawah agak ke belakang, tetapi tidak terlalu menjauh dan badan seperti gerakan perempuan. Pada
saat tangan berada di depan tinggi tangan sejajar dengan pinggang, namun sedikit lebih tinggi dari wanita. Tangan yang satunya ke bawah agak ke belakang di sisi
tubuh.Kepala ditolehkan dan mata melihat ke arah tangan yang berada di atas.Adapun pesan yang diungkapkan dalam gerak toleh adalah, dalam hidup kita
mestilah melihat lingkungan dan manusia di sekeliling kita.Belajar dari keadaan mereka yang aneka warna, ada yang miskin, ada yang kaya, ada yang berusia
panjang ada yang berusia pendek, ada yang pintar dan cerdik, ada pula yang bodoh namun setiap manusia punya kelebihan.Semua itu makhluk Allah, kita
wajib menjalankan hubungan sosial, sebagai habblumminannas kita kepada semua makhluk.
2. Kepala Tegak
Posisi kepala lurus pandangan mata rata ke arah depan, disertai dengan pandangan mata dengan pasti kepada yang dipandang. Pesan komunikasi yang
dibangun oleh gerak ini adalah dalam memegang prinsip harus teguh.
Universitas Sumatera Utara
3. Tunduk
Kepala ditundukkan membentuk sudut sekitar setengah siku-siku 45 ke
bawah. Gerak ini memiliki pesan sebagai ekspresi merenung atau malu- malu.Setiap insane perlu merenungi dirinya sebagai bahagian yang tidak
terpisahkan dari alam raya ini, sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia dan semua makhluk didunia ini.
4. Dongak
Kepala ditengadahkan ke arah atas sebesar setengah siku-siku. Gerak inimengandung pesan seorang itu bersyukur atas anugrah Allah kepada seluruh
makhluk-Nya. Gerak ini mencerminkan bahwa di atas manusia ada langit, dan di atas segalanya adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.Manusia adalah makhluk
sementara Tuhan adalah Khalik, yang menciptakan manusia dan semua makhluk dengan segala kehendak-Nya.
5. Tilik
Tilik yaitu kepala diputar ke kanan atau ke kiri dari setengah siku-siku sampai satu siku-siku penuh. Komunikasai yang ingin disampaikan adalah
perlunya melihat, mengkaji, merenungkan, dan menjadi bahagian yang terintegrasi dengan sekeliling kita. Dalam makna lebih jauh lagi setiap manusia
mestilah menjadi makhluk yang memiliki kesalehan sosial di samping kesalehan ritual, peduli kepada semuanya.
6. Teleng
Kepala diarahkan ke sisi kiri atau kanan tubuh sebesar sudut setengah siku-siku. Pesan komunikasi yang ingin disampaikan adalah perlunya
Universitas Sumatera Utara
menimbang-nimbang apa yang akan diperbuat, jangan sesal kemudian tidak berguna. Memutuskan sebuah permasalahan sosial dan budaya perlu difikirkan
matang-matang, walau dianjurkan tidak lambat. Manusia dianugrahi pikiran yang menjadi dasar perkembangan kebudayaannya. Untuk itu kita harus berfikir cepat,
cermat dan tepat.
7. Angguk-angguk
Gerak kepala ditunduk-tundukkan. Gerakan ini memiliki arti sebagai tanda persetujuan atau mengiyakan suatu keadaan atau sebagai keputusan sosial. Bisa
juga dimaknakan sebagai menimbang-nimbang masalah untuk diputuskan.
4.2.1.2 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Gerak-gerik Mata: 1.
Tatap
Mata melihat seperti biasa ke arah depan atau ke arah pasangan penari. Ini adalah ekspresi memandang orang secara alamiah dan penuh kepastian,
kesopanan, keakraban komunikasi, jujur, rendah hati, dan tidak sombong. Tatapan makna juga penuh arti tergantung cara dan konteks tatapnya.
2. Kerling
Kerling yaitu mata melihat dengan kepala menunduk, ke depan atau menyerong ke kanan kiri depan. Ini adalah ekspresi bercanda atau menggoda.
Bahwa sebagai manusia perlu berkomunikasi seperti ini dalam konteks sosialnya dan dalam situasi tertentu.
3. Lirik
Universitas Sumatera Utara
Mata melihat dengan sudut mata, baik ke kiri dan ke kanan, maupun jauh ke belakang kiri atau kanan. Ini adalah ekspresi pandang yang tidak langsung
menatap tetapi melirik, curi-curi pandang. Lebih jauh dalam konteks hubungan manusia dengan pasangannya bisa diartikan dari curi mata kepada curi hati. Dari
lirik ini lah awalnya dua sejoli mencuru-curi pandang dan selanjutnya menaruh hati. Setelah lirik barulah kemudian berani untuk bertatap muka. Lirik ini juga
bisa kita aplikasikan untuk kehidupan sehari-hari apabila kita ingin melihat seseorang namun kita masih malu untuk melihatnya secara langsung.
4.2.1.3 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Gerak-gerik Tangan: 1.
Lentik
Jari-jemari tangan dilentikkan selentik-lentiknya maksimum sehingga melengkung ke arah atas. Semakin lentik semakin bagus. Gerakan ini menirukan
peristiwa alam yaitu bagaikan daun pohon nyiur kelambir, kelapa menyentuh permukaan air laut, yang mengandung pesan begitu indahnya alam ciptaan Allah.
2. Genggam
Gerakan berupa tiga jemari yang dikepalkan, tetapi hanya jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis saja yang merapat ke telapak tangan, sedangkan induk jari
dan kelingking hanya dibengkokkan tetapi tidak sampai merapatke telapak tangan. Gerak ini biasa dilakukan oleh penari lelaki, yang melambangkan keperkasaan
dan kegagahan lelaki untuk melindungi perempuan.Dalam budaya Melayu dinyatakan pula genggam tak sudah yang pesannya berarti, hidup mesti memiliki
pedoman yang dipegang selama hidup. Pedoman itu adalah agama Allah, yaitu Islam, untuk keselamatan dunia dan akhirat.
3. Jumput
Universitas Sumatera Utara
Jumput yaitu jari telunjuk dan ibu jari saling merapat sedangkan ketiga jari lainnya saling menjauh sehingga tidak rapat. Adapun pesan komunikasi yang
dibangun oleh gerak ini adalah sebagai seorang insane mestilah pandai memilih apa yang sepadan dengan diri kita masing-masing, seperti menjumput benang di
dalam tepung, menjumput putik bunga dan lainnya.
4. Jendit
Jendit yaitu ibu jari merapat ke belakang jari tengah, ketiga jari lainnya hanya dibengkokkan dan tidak bertemu serta tidak merapat. Makna komunikasi
yang disampaikan adalah seperti halnya jumput, namun jendit ini dipandang memiliki nilai estetika tersendiri baik dari segi perlakuan oleh penarinya maupun
oleh orang yang melihatnya.
5. Kecak Pinggang
Kedua tangan dengan teknik genggam, yang kiri persis diletakkan di pinggang, siku tangan menjauh dari sisi badan ke sisi kiri membentuk segitiga,
sementara tangan kanan dengan teknik genggam pula diletakkan di pinggang di sisi kiri depan badan berdekatan dengan genggam tangan kiri. Adapun pesan
komunikasi bukan lisan yang dibangun oleh gerak-gerik ini adalah sikap tanggung jawab, berani dan tak gentar dengan ujian dan cobaan hidup.
6. Tersipu Malu
Tersipu malu yaitu tangan kanan dengan teknik jumput memegang kerah baju sebelah kanan dibawah leher, seolah-olah menutup bagian dada yang terbuka
karena malu kelihatan. Gerak ini lazim dilakukan oleh penari perempuan. Adapun
Universitas Sumatera Utara
pesan yang dibangun adalah sikap malu-malu, dan menjaga marwah diri terutama perempuan, yang sifatnya menunggu “godaan” lelaki pujaan hatinya, bukan
sebaliknya. Wanita Melayu mestilah menjaga tata susila dan kesopanan yang dipandu oleh ajaran agama.
7. Singsing
Tangan kiri dengan teknik jumput memegang kain pada paha di atas lutut kaki dan kemudian menariknya ke atas dengan siku ditarik ke luar menjauhi
badan membentuk segitiga, lengan atas membentuk sudut setengah siku-siku 45 dengan tubuh. Demikian pula sebaliknya jika singsing menggunakan tangan
kanan. Pesan komunikasi yang dibangun oleh gerak singsing ini adalah dalam hidup kita mestilah bekerja keras. Singsingkan lengan baju untuk boleh bekerja
selaras dengan bidang pekerjaan masing-masing. Gerakan ini mengekspresikan bahwa orang Melayu orang yang rajin, tidak bermalas-malasan, untuk menghidupi
diri sendiri dan keluarga.
8. Melenggang
Untuk wanita kedua tangan dengan jemari teknik jumput diayunkan di sisi kanan kiri tubuh ke arah depan dan ke belakang seperti layaknya orang
melenggang. Pada saat tangan berada di depan jemari ke arah bawah dengan pergelangan tangan di atas, tenaga diberikan dipergelangan tangan. Tinggi tangan
sejajar dengan pinggang, tetapi patah di siku. Tangan yang sedang berada di belakang menjauh ke arah luar belakang dengan jemari melentik ke arah depan.
Garis edar pergelangan tangan membentuk garis lengkung yang tidak memotong garis tubuh. Pesan yang dibangun dari gerak melenggang ini adalah setiap orang
Melayu mestilah sadar bahwa hidup ini harus dijalani dengan cara semula jadi
Universitas Sumatera Utara
yaitu dengan cara melenggang. Hidup ini telah digariskan Tuhan bagi setiap orang. Oleh karena itu menjadi kewajiban baginya untuk menjalankan hidup itu.
9. Jepit Sapu Tangan
Untuk penari perempuan, jemari lentik, ujung sapu tangan dijepitkan di antara tiga jari telunjuk, tengah dan manis. Jari tengah di sebelah bawah dan jari
telunjuk serta manis di sebelah atas, dan ibu jari turut memegang sapu tangan dari bawah jari telunjuk. Kedua tangan merentangkan sapu tangan. Untuk penari
lelaki, ibu jari dan telunjuk menjepit ujung sapu tangan dan jari tengah serta jari manis ikut bersama jari telunjuk. Kedua tangan merentangkan sapu tangan
sehingga merentang tegang. Pesan komunikasi lisan yang hendak dikemukakan oleh gerak jepit sapu tangan ini adalah lambang kasih sayang. Oleh karena itu,
jepit terus kasih sayang itu secara abadi.
10. Jentik
Menjentikkan induk jari dan jari tengah tangan. Gerakan ini mengkomunikasikan pesan non verbal kepada orang lain. Gerak ini adalah indeks
dari suatu yang ingin disampaikan oleh seseorang, bisa jadi perlu diperhatikan, adanya sebuah peristiwa alam, sosial, dan budaya yang memerlukan perhatian kita
4.2.1.4 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Gerak-gerik Kaki: 1.
Menapak
Menapak yaitu telapak kaki sepenuhnya merapat di lantai, kecuali ujung jari yang diberi tenaga sehingga terangkat dari lantai. Pesan komunikasi bukan
lisan yang dibangun oleh gerak menapak ini adalah pastikan diri dalam menapaki hidup yang telah diatur takdirnya oleh Allah. Jangan lupakan bumi tempat
berpijak, kita bukan hidup di atas angkasa.
Universitas Sumatera Utara
2. Jinjit
Hanya ujung jari kaki saja yang cecah ke lantai, sedangkan tumit kaki dan telapak kaki tidak cecah ke lantai. Artinya adalah bahwa hanya dengan bertumpu
pada ujung jari kedua kaki, kita bisa berdiri menjaga keseimbangan badan. Pesannya adalah dengan jinjit kepala tentu akan lebih tinggi disbanding berdiri
biasa menapak, sehingga tangan boleh menjangkau benda-benda yang berada pada posisi lebih tinggi. Walaupun tinggi jangan sombong terhadap yang lebih
rendah. Karena yang lebih rendah di mata kita dan kita pandang sebelah mata belum tentu rendah juga di mata sang pencipta yaitu Allah SWT. Karena di mata
Allah tinggi rendah seseorang dilihat dari amal perbuatannya.
3. Langkah Berjalan
Langkah berjalan yaitu dengan teknik menapak, bergantian kaki kiri dan kanan diangkat setinggi betis bagi lelaki dan di atas mata kaki bagi perempuan.
Pada saat kaki kanan diangkat, maka kaki kiri agak ditekuk lututnya sehingga posisi badan merendah. Demikian pula sebaliknya. Adapun pesan komunikasi
bukan lisan yang ingin dibangun oleh gerak tari ini adalah mengingatkan bahwa manusia hidup mengisi hari-harinya dengan berjalan. Hidup ini pun berjalan yang
mengikuti ruang dan waktu. Oleh karena itu berjalanlah sesuai dengan arahan Tuhan, mengerjakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yang
dilarang-Nya.Setiap langkah ada sisi pahala dan dosa, tergantung niat dari dalam diri kita masing-masing.
4. Langkah Celatuk
Teknik yang dilakukan adalah posisi kaki jinjit, bergantian ujung jari kanan, kiri, kanan mencecah lantai, kemudian tumit kiri dilanjutkan dengan ujung
Universitas Sumatera Utara
jari kiri, kanan, kiri, mencecah lantai kemudian tumit kaki kanan. Pesan yang ingin dikomunikasikan gerak ini adalah bahwa dalam menggerakkan kaki, saling
bergantian secara estetika sangatlah diperlukan, seperti halnya dalam menjalani kehidupan kadangkala susah, kadang senang, hidup bagaikan roda pedati yang
berputar, kadang di atas, kadangkala di bawah. Untuk itu perlu mensyukuri nikmat Allah selalu.
5. Goncek
Teknik yang dilakukan, posisi kaki menapak, salah satu kaki digerakkan dengan menumit kemudian jinjit dan kembali menumit. Pesan yang ingin
disampaikan gerak goncek ini adalah hampir sama dengan langkah celatuk yaitu saling bergantian antara manumit dan jinjit. Jagalah keseimbangan dalam hidup
ini, walau hanya dengan bekal tumpuan yang terbatas. Kita tidak boleh sombong apabila sedang berada di atas, karena suatu saat kita juga akan jatuh, dan kita tidak
boleh menyerah dan putus asa bila berada di bawah karena hidup berputar.
6. Lonjak
Lonjak yaitu hampir sama dengan gerakan goncek, namun posisi kaki yang tadinya salah satu tetap menapak, maka pada lonjak pergantian gerak
dilakukan dengan melompat, sehingga pada suatu saat tidak ada kaki yang cecah ke lantai. Adapun pesan yang ingin disampaikan komunikasi bukan lisan gerak ini
adalah pencerminan kebahagiaan, kesenangan, kegembiraan, dalam berbagai konteks sosial dan budaya.
7. Langkah Menyilang
Posisi awal kaki menapak, pada hitungan pertama kaki kanan disilangkan ke depan kaki kiri sambil lutut ditekukkan. Selanjutnya pada hitungan kedua kaki
Universitas Sumatera Utara
kiri jinjit di belakang kaki kanan, hitungan tiga kaki kanan menapak, hitungan empat kaki kiri diletakkan ke sisi kaki kanan sambil berjinjit.Pada hitungan
kelima kaki kanan disilangkan di belakang kaki kiri sambil lutut ditekuk, hitungan enam kaki kiri dilangkahkan sedikit memutar ke kiri, hitungan tujuh ketika kanan
dilangkahkan menapak, hitungan delapan kaki kiri diletakkan ke sisi kaki kanan sambil jinjit. Pesan komunikasi yang ingin diekspresikan oleh gerak ini adalah
dalam menjalani hidup kita perlu menyeimbangkan segala perbuatan agar tercapai apa yang dicita-citakan, yaitu bahagia dunia dan akhirat.
8. Langkah Tiga
Posisi awal kaki menapak, hitungan satu kaki kanan dilangkahkan menyilang di depan kaki kiri sambil lutut ditekuk, hitungan dua kaki kiri
disilangkan jinjit di belakang kaki kanan, hitungan tiga kaki kanan manumit, hitungan empat kaki kiri diangkat menggantung sebetis kaki kanan, sementara
kaki kanan bergeser menumit agak ke kiri, ada aksen pada tapak kaki kiri sehingga tapak kaki kiri bergerak. Pada hitungan kelima kaki kiri pula diletakkan
menyilang di depan kaki kanan. Kemudian hitungan enam, kaki kanan diletakkan menyilang di belakang kaki kiri, hitungan ketujuh kaki kiri manumit, hitungan
delapan kaki kanan diangkat menggantung sebetis kaki kiri, sementara kaki kiri bergeser menumit ke kanan. Pesan komunikasi yang disampaikan adalah sama
dengan gerak langkah menyilang. Dalam menjalani hidup kita perlu menyeimbangkan segala perbuatan agar tercapai apa yang dicita-citakan, yaitu
bahagia di dunia dan di akhirat.
9. Titi Batang
Universitas Sumatera Utara
Titi batang yaitu langkah berjalan mundur, kaki kanan jinjit dan diletakkan di belakang tumit kaki kiri. Kemudian kaki kiri jinjit dan diletakkan dibelakang
tumit kaki kanan dan seterusnya, sehingga membentuk garis baik lurus maupun melengkung. Pesan komunikasi budaya yang ingin disampaikan gerak ini adalah
dalam menjalani hidup di dunia ini perlu juga kehati-hatian, jangan terpengaruh terhadap godaan di dunia, dan tentukan jalan hidup secara pasti.
10. Jingkat
Jingkat yaitu gerakan telapak bagian ujung jari kaki dicecahkan di lantai. Gerakan ini memiliki makna bahwa manusia memiliki makna bahwa manusia
memerlukan sentuhan terhadap bumi tempat berpijak, jagalah kelestariannya. Demikian deskripsi singkat tentang beberapa teknik gerak tari dalam
Serampang XII. Setiap gerak memiliki pesan yang langsung bisa ditafsir oleh komunikannya yaitu penonton. Pada dasarnya, gerak-gerik tari Serampang XII
seperti diurai di atas, adalah gerak yang telah diberi gaya, sebagai cara ungkap seniman tari Serampang XII dalam mewujudkan ide estetikanya.
4.2.2 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Busana 4.2.2.1 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Busana Wanita
Busana Tarian Serampang XII, menurut adat Melayu menggunakan busana tradisi Melayu. Busana wanita biasanya dipilih satu dari dua jenisnya,
yaitu kebaya panjang atau baju kurung. Konsep budaya Melayu, pada dasarnya baju kurung. Hal ini memiliki makna dikurung oleh syarak hukum Islam. Bahwa
pakaian dalam kebudayaan Melayu adalah mencerminkan apa yang diajarkan Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa pakaian itu pada dasarnya adalah menutup aurat
Universitas Sumatera Utara
orang yang memakainya. Aurat ini bagi perempuan adalah menutupi sebahagian besar tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan, sementara untuk lelaki aurat
yang dimaksud adalah menutup badan, sampai ke batas lutut. Pada prinsipnya setiap bangsa di dunia ini memiliki jenis pakaiannya
sendiri, namun secara universal adalah untuk menutupi aurat berdasarkan budaya dan agama yang mereka anut. Dalam kebudayaan Melayu, pakaian menurut
syarak ini, adalah tidak tipis, tidak ketat, tidak terbuka. Itulah yang menjadi inti dari ajaran adat Melayu dalam tata busana pakaian, apakah itu pakaian sehari-hari,
pakaian pesta, pakaian pergaulan antara bangsa, pakaian nasional, dan pakaian adat Melayu.
Kemudian apabila kita mengkaji warna pakaian yang dipakai oleh orang Melayu umumnya dan penari serampang XII khususnya adalah pakaian berwarna
kuning ataupun hijau. Warna kuning dipercaya sebagai perlambangan keagungan, sedangkan warana hijau biasanya dimaknai sebagai warna yang melambangkan
keIslaman, karena Nabi Muhammad menyukai warna tersebut.
4.2.2.2 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Busana Pria
Busana tari pria, terutama untuk tari Serampang XII adalah menggunakan busana tradisi Melayu yang terdiri dari kopiah songkok, baju gunting China atau
gaya baju Melayu kecak musang, kain samping, celana. Sama dengan busana tari perempuan, khusus penari lelaki Serampang XII, biasanya menggunakan property
sapu tangan yang diselipkan di kantong bajunya, untuk digunakan pada ragam terakhir.
Universitas Sumatera Utara
Hampir sama dengan busana pada wanita, adapun tujuan busana penari pria memakai baju kecak musang yaitu agar menutupi aurat. Adapun aurat pria
yaitu dari pusat sampai lutut. Selanjutnya kain samping selain digunakan agar terlihat lebih sopan juga memiliki makna yang lain yaitu sebagai penanda apakah
pria tersebut masih lajang ataukah sudah menikah. Apabila kain dipakai sampai bawah lutut berarti pria tersebut sudah menikah, namun sebaliknya jika di atas
lutut maka pria tersebut masih lajang atau belum menikah. Sedangkan pemakaian songkok atau dalam Islam sering disebut peci, yaitu sebagai simbol ke-Islaman
dan identitas jati diri masyarakat Melayu. Jika dikaji dari warna busana yang dipakai, sebenarnya bebas ingin
memakai busana pakaian berwarna apa saja. Namun sudah menjadi tradisi sejak zaman dahulu bahwasannya orang Melayu itu identik dengan wara kuning dan
hijau. Seperti yang sudah dijelaskan pada busana wanita di atas warna-warna tersebut memiliki makna-makna tersendiri, yaitu waran kuning melambangkan
keagungan dan kewibawaan khusus bagi raja-raja dan juga bisa kita tarik pada mengagungkan ke-Esaan Tuhan, serta warna hijau melambangkan keIslaman.
4.2.2.3 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Properti Busana
Busana ini didukung pula oleh properti lainnya seperti pada wanita yaitu sanggul, anting, kancing, cincin, gelang, sarung, dan lain-lainnya sesuai
kebutuhan, kemampuan ekonomis, estetika penampilan dan lain-lainnya. Untuk tari serampang XII ditambah satu properti lagi yaitu tari sapu tangan yang
diselipkan pada bagian ujung atas kancing baju. Sapu tangan ini nantinya akan digunakan pada ragam terakhir.
Universitas Sumatera Utara
Adapun makna dan fungsi dari properti-properti tersebut adalah sebagai hiasan untuk memperindah penampilan penari, khususnya penari wanita. Namun
berbeda dengan properti sapu tangan, karena sapu tangan digunakan sebagai simbol ikatan pernikahan pada gerakan ragam dua belas.
Gambar 4.13
4.2.3 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Musik
Seni Serampang XII, selain tarinya yang begitu menjadi fenomenal secara kultural, musik pengiringnya juga memiliki struktur dan cirri-
ciri sebagai “garda dep
an” seni budaya Melayu, khususnya Sumatera Utara. Ciri-ciri utamanya adalah aspek garapan yang memperlihatkan akulturasi yang menarik antara unsur-
unsur dalam yang menjadi inovasi seniman Melayu, dan unsur-unsur luar yang
Universitas Sumatera Utara
diadopsi dan menjadi identitas masyarakt Melayu. Misalnya ada unsur musik Timur Tengah dan juga Eropa dalam melodi dan rentaknya. Perpaduan unsur
musik dari Negara-negara tersebutlah yang mempengaruhi musik tari serampang XII ini. Selain itu juga dimasukkan unsur musik asli.
4.2.3.1 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Rentak
Dalam konteks pertunjukannya, gaya umum rentak musik Serampang XII adalah seperti yang dijabarkan berikut ini.
1. Rentak Lagu Dua Joget
Rentak yang menjadi dasarnya adalah rentak lagu dua joget, bertanda birama 68, yang diadopsi dari rentak branyo Portugis, namun selain rentaknya
yang umum, dalam seni Serampang XII rentak asas ini dikembangkan pula dalam rentak pukulan balik, artinya dalam 68 itu jatuhnya gong pertama diubah menjadi
pukulan dang cal, begitu juga dengan penggunaan break music mengikuti break tari. Rentak lagu dua ini mengandung pesan bahwa Tarian Serampang XII adalah
tarian pergaulan yang memiliki ragam lincah dan riang.Sangat tepat menggambarkan tari pergaulan antara pemuda dan pemudi Melayu.Musiknya
ceria, membuat orang yang menarikannya menjadi ikut bahagia dengan melonjak- lonjak.
2. Tempo
Tempo yang dipergunakan biasanya disesuaikan dengan keinginan penari, namun biasanya berkisar antara 110 sampai 120 setiap not 38 dalam birama 68
ini, dengan demikian dalam musik Melayu, tempo ini dapat dikategorikan cepat.
Universitas Sumatera Utara
Tempo cepat ini juga maknany hamper sama dengan makna rentak lagu dua yang menggambarkan keriangan antara dua orang insan yang sedang bermadu kasih.
3. Bunyi Gong
Bunyi gong atau tawak-tawak jatuh pada setiap pukulan gong di not pertama dan keempat dalam ritme tripel.Bunyi gong ini bermakna batasan-
batasan, juga tuntunan. Karena bunyi gong itu tetap dan selalu ada diantara bunyi accordion dan pukulan gendang.Ini menandakan bahwasannya di dalam bergaul
harus ada batasan-batasan.
4. Rentak Dasar Gendang
Pemain gendang induk membawa pola ritme atau rentak dasar, tanpa meningkahi dengan ritme-ritme peningkah. Sama halnya seperti manusia yang
menyukai lawan jenis pasti ada alas an dan dasar-dasar mengapa dia bias suka. Hal ini digambarkan di dalam rentak dasar gendang.
5. Rentak Peningkahan
Pemain gendang anak atau peningkah memainkan ritme-ritme meningkah atau mewarnai pola ritme gedung induk.Rentak peningkahan ini bermakna
bumbu-bumbu di dalam percintaan. Tentunya di dalam menjalani suatu hubungan pasti ada pasang surut.Terkadang senang, terkadang sedih, terkadang
marah, gembira, dan sebagainya.
6. Masuknya Ensambel
Secara ensambel yang masuk paling dahulu gendang, setelah dua atau tiga, gong baru masuk melodi frase pertama, baru masuk melodi-melodi pengiring
tiap-tiap ragam tari, dengan frase dan motif-motif tertentu. Makna dari masuknya
Universitas Sumatera Utara
ensambel ini seperti dalam percintaan juga, mula-mula bertemu dan curi pandang, setelah itu berkenalan, dan menjalin kasih sampai seterusnya menikah.
Pola ritme yang mendasari musik Serampang XII adalah pola ritme atau rentak lagu dua. Rentak lagu dua adalah pola ritme yang sangat popular di
tengah-tengah masyarakat Melayu, bahkan di seluruh Indonesia dan Dunia Melayu. Tarian yang diiringi oleh pola ritme ini sangat lincah dan riang,
menunjukkan sifat tari pergaulan. Pola ritme ini didengar tanpa memperhatikan kegiatan ritmis yang terjadi di dalamnya seolah-olah pola ritme ini sangat
sederhana.Akan tetapi bila diperhatikan lebih cermat ternyata ritme ini sangat rumit, terutama bila membicarakan jenis meternya. Hal ini sering menghasilkan
pendapat yang berbeda-beda.
4.2.3.2 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Melodi
Salah satu unsur komunikasi dalam konteks lagu dari tari adalah melalui rangkaian nada-nada yang terjalin secara estetik dan budaya. Dalam budaya
Melayu, melodi yang dibunyikan telah menghantar para pendengarnya untuk menafsirkan peristiwa apa dan dalam konteks apa yang terjadi dalam seni.
Melodi sangat memegang peran utama dalam pertunjukan Serampang XII, karena jalinan antara ragam tari juga mengikuti jalinan melodi. Tanpa adanya
hubungan komunikasi ini, tidak akan berjalan semestinya. Struktur melodi Serampang XII memiliki hubungan siklus yang sama
dengan tari. Adapun deskripsi untuk setiap melodi pengiring tari Serampang XII ini adalah sebagai berikut.
1. Melodi Awal Masuk
Universitas Sumatera Utara
Untuk melodi awal masuk terdiri dari ulangan-ulangan sekuens motif a-g-f dalam masing-masing not seperdelapan dan sekuens dua motif f-g-a di bahagian
akhir, jumlah seluruhnya enam birama. Melodi ini cenderung ringan yang bermakna mulai masuk tarian, atau dengan kata lain awal kisah.
2. Melodi Iringan Ragam Satu
Untuk melodi iringan ragam tari satu dimulai dari nada a-g-f dalam durasi seperdelapan, kemudian diteruskan dengan menggunakan nada a durasi
seperdelapan diteruskan dengan nada f durasi seperenam belas dan kembali nada f dengan durasi seperdelapan kemudian dilanjutkan dengan dua nada harmoni dari
d menuju g dengan durasi seperenam belas, yang kesemuanya mengisi tiga perdelapan kedua dalam birama 68, durasi enam perdelapan seperti ini diulang
sampai empat birama. Makna dari melodi iringan ragam satu ini tentu saja pertemuan pertama
3. Melodi Iringan Ragam Dua
Untuk melodi iringan ragam tari kedua sebagai lanjutan ragam pertama, melodi akordion dimulai dari nada a durasi seperdelapan, diteruskan nada e durasi
seperdelapan, kemudian nada g dan a masing-masing durasi seperenam belas. Untuk tiga perdelapan kedua diisi oleh nada f,e, dan f masing-masing durasi
seperenam belas. Selanjutnya tiga perdelapan berikutnya diisi oleh nada a, gis, a, e, gis, dan a yang masing-masing berdurasi seperenam belas. Tiga perdelapan
berikutnyasama dengan tiga perdelapan kedua birama pertama. Birama kedua ini diulang kembali sebanyak dua kali.Seterusnya nada cenderung turun repetitive
dimulai nada cis, d, e, f, d, f masing-masing durasi not seperenam belas, pada tiga perdelapan pertama dilanjutkan nada e seperdelapan ditambah nada g, f, e, d
Universitas Sumatera Utara
masing-masing seperenam belas dan birama ini diulang sebanyak empat kali. Makna dari melodi iringan ragam dua ini adalah cinta meresap.
4. Melodi Iringan Ragam Tiga
Kemudian untuk iringan ragam tari tiga pada birama pertama sama dengan birama terakhir iringan ragam kedua, kemudian setelah birama kedua maka
muncul nada c, b, c, masing-masing seperenam belas, kemudian dilanjut nada g sebagai nada terendah komposisi ini berdurasi lima perenam belas, dilanjut ke
nada a, b, c, d, masing-masing seperenam belas. Birama ketiga diisi oleh nada e seperdelapan ditambah nada seperenam belas, nada a seperdelapan, nada g
seperenam belas untuk 38 pertama.Tiga perdelapan kedua diisi nada ais, a, f, a, g, e masing-masing seperenam belas. Birama keempat terjadi rangkaian nada yang
turun jatuh yaitu dari seperdelapan kemudian e seperenam belas, dan jatuh ke g rendah berdurasi tiga perenam belas.Disambung oleh nada c, d, e dan d masing-
masing seperenam belas. Birama kelima adalah ulangan birama ketiga.Birama enam terdiri dari nada e, d, dan cis masing-masing seperdelapan, ditambah nada e
seperdelapan, istirahat seperdelapan dan luncuran nada harmonik dari d sampai d oktafnya pada durasi seperdelapan. Birama ketujuh langsung naik satu oktaf lebih
yaitu nada e sebesar tiga perdelapan, istirahat seperenambelas, lanjut ke nada e, d, e, d masing-masing seperenambelas, Birama kedelapan terdiri dari nada dis
seperempat ditambah nada e seperdelapan kemudian istirahat tiga perenambelas turun ke bawah nada e, a, gis masing-masing seperenambelas. Makna dari melodi
iringan ragam tiga ini menggambarkan memendam cinta.
5. Melodi Iringan Ragam Empat
Universitas Sumatera Utara
Untuk melodi iringan ragam tari empat, birama pertama dimulai dari nada b seperdelapan, gis seperenam belas, a seperdelapan, f seperenambelas untuk 38
pertama, selanjutnya nada e seperdelapan, nada e seperenam belas, a seperdelapan, dan g seperenam belas. Pada birama kedua terdiri kumpulan nada
38 birama pertama ditambah nada e seperenam belas istirahat seperenam belas, dan luncuran nada harmonic d ke d’ dalam durasi seperempat. Birama ketiga
langsung menuju ke oktaf yaitu nada e’ seperempat, nada dis seperenam belas, nada e seperenam belas, kemudian nada e seperenam belas, kemudian nada e
seperempat, dilanjut ke nada dis seperenam belas dan nada c seperenam belas. Birama empat dis seperempat, e seperdelapan, istirahat seperdelapan, e seperenam
belas, a seperdelapan, dang is seperenam belas. Birama lima, enam, tujuh, dan delapan diisi nada yang sama, yaitu nada b seperdelapan, gis seperenam belas, a
seperdelapan, f seperenam belas, e seperdelapan, e seperenam belas, a seperdelapan, dan g seperenam belas. Makna melodi iringan ragam empat ini
tentu saja mabuk kepayang.
6. Melodi Iringan Ragam Lima
Untuk melodi iringan ragam tari lima dimulai nada b seperdelapan, kemudian a, g, fis, dan a masing-masing seperenam belas, dilanjutkan g
seperdelapan, a, g, fis a masing-masing seperenam belas, kemudian diulang di di birama kedua. Birama ketiga diisi oleh nada g seperdelapan, g, f, e, g masing-
masing seperenam belas, diulang pada birama empat. Pada birama kelima dimulai dari nada f seperdelapan, e, f, d, e masing-masing seperenam belas,
dilanjut ke cis, d, e, f, d, g masing-masing seperenam belas, diulang pada birama enam dan tujuh. Birama delapan terdiri dari 38 pertama birama tujuh ditambah
Universitas Sumatera Utara
nada e seperenam belas, tanda isitirahat seperenam belas dan luncuran nada harmonik d ke a dalam durasi seperempat. Makna melodi iringan ragam lima ini
adalah berbagi isyarat tanda cinta.
7. Melodi Iringan Ragam Enam
Melodi enam terdiri dari bentuk melodi dan akord untuk menegaskan aksentuasi tari yang break dalam beberapa ketukan. Dimulai dari nada d, a, fis
masing-masing seperdelapan, ke akord d minor seperdelapan, istirahat seperdelapan, nada a dan f masing-masing seperenam belas, birama ini kemudian
diulang pada birama dua, tiga dan empat. Birama lima terdiri dari 38 pertama birama empat ditambah nada cis, d, f, a, f masing-masing seperenam belas. Tiga
perdelapan kedua ini diulang sebagai 38 pertama birama enam, ditambah nada d seperdelapan, istirahat seperdelapan, nada a dan f masing-masing seperenam
belas, birama enam diulang sama dengan biram tujuh. Birama delapan terdiri dari nada d seperdelapan, istirahat seperdelapan luncuran nada d ke g seperdelapan
dan nada d tiga perdelapan. Makna dari melodi iringan ragam enam adalah balasan isyarat.
8. Melodi Iringan Ragam Tujuh
Melodi iringan tari ragam tujuh diisi oleh nada sambungan g, e, fis, g, f, a masing-masing seperenam belas, diteruskan kepada nadan g, e, f, g, f, a masing-
masing seperenam belas, yang diulang pada birama dua.Birama tiga diisi nada g seperdelapan, g, f, e, g seperenam belas untuk tiga perdelapan pertama dan
diulang pada tiga perdelapan kedua.Birama tiga ini diulang pada birama empat. Birama lima diisi oleh nada f seperdelapan, e, f, d, e masing-masing seperenam
Universitas Sumatera Utara
belas lanjut dengan cis, d, e, f, d, a masing-masing seperenambelas. Birama lima ini diulang sama pada birama enam dan tujuh. Kemudian birama delapan diisi
oleh nada f seperdelapan, g, f, e, dan d masing-masing seperenam belas ditambah dengan nada c seperdelapan, a seperenam belas, fis seperdelapan, dan a
seperenam belas.Makna melodi iringan ragam tujuh ini adalah menduga.
9. Melodi Iringan Ragam Delapan
Untuk melodi iringan ragam tari delapan dimulai dari nada b seperdelapan nada a seperenam belas, fis seperdelapan, a seperenam belas, dilanjutkan nada e
seperdelapan, f seperenam belas, g seperdelapan, dan b seperenam belas.Birama kedua terdiri dari nada a seperdelapan, g seperenam belas, fis seperdelapan, e
seperenam belas, d seperdelapan, a seperenam belas, f seperdelapan dan a seperenam belas.Birama satu diulang oleh birama tiga, limka dan tujuh.
Sementara birama dua diulang oleh birama empat, enam dan delapan, namun untuk birama delapan 38 keduanya diisi nada d seperdelapan dan dua nada
harmonis d dan f pada durasi seperdelapan dan istirahat seperdelapan.Makna melodi iringan ragam delapan adalah masih belum percaya kalau si dia mencintai
kita.
10. Melodi Iringan Ragam Sembilan
Untuk melodi iringan ragam tari Sembilan adalah berupa pengulangan pasangan dua-dua nada harmonik c-e, d-f, a-c, dengan durasi seperenam belasan
dan diselingi istirahat seperenam belas, namun di birama enam, tujuh dan delapan sudah kembali ke bentuk jalinan melodi. Makna melodi iringan ragam sembilan
adalah jawaban yang diekspresikan dengan melodi riang gembira dan gerakan melonjak.
Universitas Sumatera Utara
11. Melodi Iringan Ragam Sepuluh
Melodi iringan ragam tari sepuluh terdiri dari enam belas birama, di mana delapan birama pertama secara umum adalah pengulangan melodi iringan ragam
tiga dan delapan biram kedua adalah pengulangan melodi iringan ragam tari keempat. Makna melodi iringan ragam sepuluh adalah pinang-meminang. Karena
sudah mendapat jawaban pasti dari sang pujaan hati maka terjadilah pinang- meminang.
12. Melodi Iringan Ragam Sebelas
Melodi iringan ragam tari sebelas adalah bentuk pengulangan brama lima pada irigan ragam tari dua, sebanyak lima setengah birama ditambah dengan nada
f seperenam belas, luncuran nada d ke g seperenam belas, nada a dan g seperdelapan masing-masingnya, birama tujuh terdiri dari nada ais, a, g, a masing-
masing seperdelapan ditambah f tiga perenam belas dan e seperenam belas, birama delapan terdiri dari nada g, f, e masing-masing seperdelapan, dan
diteruskan oleh nada f, pasangan luncuran d-g masing-masing seperenam belas, a dan g masing-masing seperdelapan. Makna melodi iringan ragam sebelas adalah
menghantar pengantin.
13. Melodi Iringan Ragam Terakhir
Melodi iringan ragam terakhir, ragam dua belas adalah ulangan ragam tujuh dan delapan melodi iringan tari ragam sebelas, sampai empat birama,
ditambah birama lima terdiri dari nada g, g, a, f masing-masing seperenam belas, g seperdelapan, ditambah e, cis, e, seperenam belas, a seperdelapan, dan a
seperenam belas. Birama tujuh pengulangan 38 pertama birama enam ditambah nada e, e, f, d, c, e masing-masing seperenam belas. Birama delapan diisi oleh
Universitas Sumatera Utara
nada cis seperempat, d seperdelapan, pasangan nada e-g dan d-f masing-masing seperdelapan dan diselingi istirahat seperdelapan, diakhiri biram Sembilan dengan
dua pasang nad e-g dengan durasi 68. Makna dari melodi iringan ragam kedua belas atau terakhir pertemuan kasih.
4.3 Sikap Masyarakat Melayu terhadap Tari Serampang XII
Kesenian adalah bagian dari kebudayaan, termasuk di dalamnya seni tari yaitu tari Serampang XII.Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat.Bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.Dalam hal ini yaitu
masyarakat Melayu yang memiliki tari Serampang XII sebagai salah satu hasil kebudayaan yang sampai saat ini menjadi kebanggaan karena Serampang XII
telah terkenal di mana-mana dan secara tidak langsung juga mengenalkan identitas masyarakat Melayu itu sendiri.
Masyarakat Melayu yang juga sebagai makhluk sosial dan berbudaya melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam
konteks ini fungsi tari Serampang XII sangat mendukung keberadaan kegiatan masyarakat Melayu tersebut. Serampang XII ada dan berkembang dalam
kebudayaan Melayu karena kebutuhan masyarakat Melayu akan kesenian. Selain itu Serampang XII juga merupakan bagian dari struktur sosial masyarakat
Melayu. Kesenian Melayu ini merupakan salah satu bagian aktivitas yang bisa menyumbang kepada keseluruhan aktivitas, yang pada akhirnya akan berfungsi
bagi kelangsungan kehidupan budaya masyarakat Melayu.
Universitas Sumatera Utara
Banyak cara yang dilakukan masyarakat Melayu dalam menyikapi tari Serampang XII ini. Di antaranya adalah digunakan dalam pertunjukan yang
mengandalkan pada bisnis seni. Di Sumatera Utara khususnya di Medan banyak sekali sanggar-sanggar seni antara lain Sangri Certa Cermin Teater, Nusindo,
Semenda, dan lain-lainnya. Dalam kegiatan ini, motif dan tujuan ekonomi begitu menonjol.
Seterusnya Tari Serampang XII biasa digunakan oleh masyarakat Melayu untuk memeriahkan berbagai kegiatan sosial, seperti untuk menghibur acara-acara
yang berciri budaya Melayu, seperti: memeriahkan acara perkawinan, menyambut tetamu, memeriahkan acara hiburan untuk organisasi-organisasi sosial, mengisi
berbagai acara di televisi, perlombaan Serampang XII di berbagai tempat, mengenalkan pariwisata Indonesia, pertunjukan budaya di negeri-negeri rumpun
Melayu dan dunia internasional, mengisi festival atau pesta budaya Melayu, dan masih banyak lagi yang lainnya. Lebih jauh lagi, Tari Serampang XII selalu
dipertunjukkan sebagai mewakili budaya tari nasional Indonesia, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.Begitu dahsyatnya masyarakat Melayu menyikapi
tari Serampang XII ini yang bukan hanya merupakan warisan budaya Melayu itu sendiri namun sudah menjadi warisan budaya Nasional.
Sejak diciptakan oleh O.K. Adram dan digubah oleh Guru Sauti sekitar tahun 1930-an, Serampang XII dipandang sebagai sesuatu hasil kebudayaan yang
turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain oleh masyarakat Melayu. Masyarakat Melayu sangat gembira dan mendukung dengan adanya tari
Serampang XII ini karena di dalamnya mengandung keseluruhan pengertian nilai
Universitas Sumatera Utara
sosial, norma sosial, etika, religius, nilai estetika dan lain-lain, ditambah lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas masyarakat
Melayu.Di sini Masyarakat Melayu mengajak generasi muda sekarang untuk melihat bagaimana etika pergaulan pemuda-pemudi Melayu di dalam tari
Serampang XII agar dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupan, karena hal ini merupakan ciri khas bangsa bukan sebaliknya yang mengikuti pergaulan bebas
dari budaya Asing.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan