No. Jenis Bahan
Makanan Boleh Diberikan
Tidak Boleh Diberikan
6. Buah-bauhan.
Pepaya, pisang rebus, sawo, jeruk garut, sari
buah. Buah yang banyak
mengandung serat, dan menimbulakn gas
misalnya : jambu, nenas, durian,
nangka dan buah yang dikeringkan.
7. Bumbu-bumbu.
Gula, garam, vitsin, kunyit, kunci, serasi,
salam, lengkuas, jahe dan bawang
Cabai, merica, cuka, dan bumbu
bumbu yang merangsang.
2.4 Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres dengan Timbulnya Keluhan Gastritis
Terjadinya gastritis disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur terdiri dari jadwal, frekuensi, jenis dan asupan makanan yang tidak tepat. Penelitian yang
dilakukan Mawaddah Rahmah,dkk 2012 dengan judul faktor risiko kejadian gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa menunjukkan
bahwa pola makan jenis makanan dan frekuensi makan merupakan faktor risiko kejadian gastritis. Faktor lain yang juga menjadi risko gastritis adalah kebiasaan
meminum kopi, merokok, penggunaan obat anti inflamasi non steroid, dan riwayat gastritis keluarga. Makan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks
isi lambung, pada akhirnya kekuatan dinding lambung menurun, dan tidak jarang kondisi seperti ini dapat menimbulkan luka pada lambung.
Frekuensi dan jadwal makan yang tidak tepat juga menjadi faktor risiko terjadinya gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda
pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga
Universitas Sumatera Utara
timbul rasa nyeri. Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 3-4 jam sesudah makan biasanya
kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila
seseorang telat makan maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa
nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam
lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat
menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar.
Jenis makanan yang dikonsumsi turut berperan dalam tejadinya gastritis. Konsumsi makanan pedas, berlemakminyak, santan, bergas, kopi, teh, alkohol
dapat memicu peningkatan asam lambung. Produksi HCL yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga
timbul rasa nyeri pada epigastrum. Gesekan akan lebih parah bila lambung dalam keadaan kosong akibat makan yang tidak teratur, pada akhirnya akan
menyebabkan perdarahan pada lambung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola
makan dengan kejadian gastritis. Penelitian yang dilakukan oleh Wati Oktaviani 2008 yang meneliti hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada
mahasiswa S1 keperawatan program A FIKES UPN Veteran Jakarta tahun 2008 menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara frekuensi makan, jenis
Universitas Sumatera Utara
makanan dan pola makan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Sri Hartati, Wasisto Utomo, dan Jumain 2014 yang meniliti hubungan pola makan dengan resiko
gastritis pada mahasiswa yang menjalani sistem KBK. Dari penelitian tersebut ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan pola makan dengan resiko gastritis
pada mahasiswa yang menjalani sistem KBK. Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga
lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari pencegahan dan penatalaksanaan gastritis.
Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan.
Selain pola makan, tingkat stres individu juga merupakan faktor pendukung terjadinya gastritis. Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang
dilakukan oleh Mareyke Saroinsong, Henry Palandeng, dan Hendro Bidjuni 2014 yang meneliti hubungan stres dengan kejadian gastritis pada remaja kelas
XI IPA di SMA Negeri 9 Manado, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara stres dengan kejadian gastritis pada remaja kelas XI IPA di SMA
Negeri 9 Manado. Selain iu penelitian lain yang dilakukan oleh Nur Rahma, Yusran Haskas, Akuilina Semana 2013 yang meneliti hubungan antara pola
makan dan stres dengan kejadian penyakit gastritis pada pasien di Rumah Sakit Umum Massenrempulu Enrekang, menunjukkan terdapat hubungan antara pola
makan dan stres dengan kejadian gastritis di Rumah Sakit Umum Massenrenpulu Enrekang.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konsep