kondisi seperti ini menimbulkan luka pada dinding lambung dan menyebabkan penyakit gastritis Misnadiarly, 2009.
Penelitian yang dilakukan oleh Mawaddah Rahmah, dkk 2012 menunjukkan bahwa jenis makanan merupakan faktor risiko kejadian gastritis
dengan nilai OR = 2,42 CI 95 LL=1,17 UL=5,02. Risiko kejadian gastritis untuk responden yang sering mengonsumsi jenis makanan berisiko antara lain
jenis makanan yang mengandung gas, makanan yang pedas, dan makanan bersantan berisiko 2,42 kali menderita gastritis dibandingkan dengan yang tidak
sering mengonsumsi jenis makanan berisiko. Seringnya konsumsi jenis makanan berisiko disebabkan SPG tidak
memiliki pilihan makanan lain untuk dikonsumsi karena makanan mayoritas makanan yang dijajakan di lingkungan kerja SPG adalah makanan yang digoreng,
pedas, dan bersantan. Selain itu, keinginan yang besar untuk mengonsumsi beberapa jenis makanan yang berisiko tidak dapat diindahkan, sehingga jenis
makanan-makanan tersebut masih sering dikonsumsi oleh SPG.
5.3.4 Gambaran Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Asupan Makanan
Asupan makanan diukur dengan metode recall 24 jam dimana akan dihitung jumlah asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang dikonsumsi
SPG dalam satu hari. Data yang diperoleh akan dibandingkan dengan angka kecukupan gizi AKG harian menurut Permenkes RI nomor 75 tahun 2013
selanjutnya dikategorikan menjadi asupan gizi lebih, baik, dan kurang. Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup guna
menunjang proses pertumbuhan dan melakukan aktivitas sehari-hari. Fungsi
Universitas Sumatera Utara
energi bagi tubuh adalah untuk mempertahankan proses kerja tubuh dan menjalankan aktivitas fisik setiap hari Suryani,2002. Berdasarkan hasil
penelitian Tabel 4.15 sebagian besar SPG memiliki asupan energi yang kurang 80 AKG yakni sebanyak 69,1. Selain asupan energi yang kurang, SPG juga
memiliki asupan karbohidrat yang kurang 80AKG dengan total 88,9 Tabel 4.16.
Hasil penelitian yang menunjukkan SPG yang memiliki asupan energi dan karbohidrat yang kurang. Hal ini cenderung menunjukkan porsi makan SPG yang
sedikit. Alasan SPG makan dengan porsi sedikit adalah ingin menjaga berat badan dan menghindari kegemukan mengingat tuntutan pekerjaan mereka sebagai SPG
membuat mereka harus selalu berpenampilan menarik ditambah waktu kerja yang tidak fleksibel membuat para SPG tidak bisa mengonsumsi makanan selingan di
sela-sela jam makan. Porsi makan yang sedikit dan jarak waktu makan yang lebih dari 4-5 jam membuat lambung kosong dalam waktu yang lama sehingga dapat
membuat peradangan pada dinding lambung. Berdasarkan hasil penelitian Tabel 4.25 menunjukkan bahwa sebagian
besar SPG yang memiliki asupan energi yang kurang mengalami keluhan gejala gastritis yaitu sebanyak 83,9. Demikian pula dengan hasil penelitian pada
Tabel 4.26 menunjukkan sebagian besar SPG yang memiliki asupan karbohidrat yang kurang juga mengalami keluhan gastritis yakni sebanyak 86,1.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Minggu 2014 yang meneliti gambaran pola makan terhadap kejadian gastrtis pada biarawati yang
menyatakan porsi makan dapat mempengaruhi terjadinya gastiritis. Penelitian
Universitas Sumatera Utara
juga dilakukan oleh Sulastri,dkk 2012, yang menyatakan jumlah makanan mempengaruhi frekuensi kekambuhan gastritis. Jumlah makan yang kurang
membuat seseorang lebih sering mengalami kekambuhan gastritis. Asupan protein SPG terbilang cukup baik Tabel 4.17 yakni hampir
semua SPG memiliki asupan protein yang lebih dengan total 91,4. Protein mempunyai fungsi yang penting dalam tubuh seperti menyediakan bahan-bahan
yang penting peranannya untuk pertumbuhan, memelihara jaringan tubuh, mengatur keseimbangan air, pembentukan anti bodi dan memberikan tenaga jika
kebutuhannya tidak dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak Almatsier,2003. Asupan potein yang baik pada SPG disebabkan SPG mengonsumsi bahan-
bahan sumber protein dengan jumlah yang sesuai seperti ikan, ayam, telur, tahu dan tempe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar SPG memiliki
asupan protein yang lebih mengalami keluhan gastritis 86,5. Hal ini didukung oleh pernyataan Moehyi 1987 yang menyatakan bahwa bahan makan dengan
kandungan protein tinggi cenderung merangsang reaksi seksresi asam lambung. Asupan protein yang berlebih inilah yang dapat menjadi salah satu faktor yang
berperan terhdap timbulnya keluhan gejala gastritis pada SPG. Konsumsi lemak sebaiknya dibatasi guna mencegah timbulnya gastritis.
Asupan lemak harian individu biasanya didapatkan melalui konsumsi makanan tinggi lemak, makanan yang digoreng, dan makanan yang bersantan. Makanan-
makanan tersebut sering sekali dikonsumsi oleh masyarakat padahal lemakminyak yang berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak di
Universitas Sumatera Utara
ulu hati, dan muntah karena tekanan dan gas dalam lambung meningkat Yusuf, 2015
.
Asupan lemak Tabel 4.18 sebagian besar SPG cukup baik 80-110 AKG dengan total 39,5. Namun terdapat pula 25,9 SPG yang memiliki
asupan lemak yang berlebih hal ini disebabkan mayoritas SPG sering mengonsumsi lauk dengan cara digoreng setiap harinya. Walaupun sebagian besar
SPG memiliki asupan lemak yang baik. Namun berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar SPG yang memiliki asupan lemak yang baik juga
mengalami keluhan gastritis yakni sebanyak 90,6.
5.4 Gambaran Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Tingkat Stres