5.3.1 Gambaran Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Frekuensi Makan
Frekuensi makan merupakan jumlah kegiatan makan utama yang dilakukan SPG dalam satu hari. Frekuensi makan baik apabila SPG memiliki
frekuensi makan 3 kali makan utama setiap hari dan frekuensi makan dinilai kurang baik apabila SPG memiliki frekuensi makan kurang dari 3 kali makan
utama setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan Tabel 4.5 79 SPG yang memiliki frekuensi makan baik dan terdapat 21 SPG yang memiliki frekuensi
makan kurang. Frekuensi makan merupakan intensitas makan dalam sehari. Bila frekuensi
makan sehari-hari kurang dari 3 kali sehari maka akan rentan untuk terkena penyakit gastritis. Hal ini disebabkan pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan
kosong, atau ditunda pengisiannya, maka asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung sehingga timbul rasa nyeri Ester, 2001.
Penelitian Rahma, dkk 2013 menunjukkan bahwa lebih banyak responden dengan frekuensi makan yang tidak tepatkurang 58,7 dibandingkan
dengan frekuensi makan yang tepatsesuai, ini disebabkan karena kebanyakan responden hanya makan makanan lengkap dua kali yaitu siang dan malam,
padahal frekuensi yang tepat adalah makan makanan yang lengkap sebanyak tiga kali sehari sedangkan untuk makanan selingan, beberapa responden tidak dapat
memenuhi makanan selingan minimal tiga kali sehari karena alasan ekonomi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawaddah Rahmah, dkk 2012
menyebutkan bahwa frekuensi makan yang tidak tepat merupakan salah satu faktor resiko terjadinya gastritis. Risiko kejadian gastritis untuk responden dengan
Universitas Sumatera Utara
frekuensi makan yang tidak tepat yaitu makan kurang dari tiga kali dalam sehari, berisiko 2,33 kali lebih besar menderita gastritis dibandingkan dengan frekuensi
makan yang tepat. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan
mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika umumnya lambung kosong antara 3-4 jam, maka
jadwal makan ini pun harus menyesuaikan dengan waktu kosongnya lambung tersebut Oktavani, 2011.
Faktor lain yang menyebabkan frekuensi makan yang kurang cenderung rentan mengalami gastritis disebabkan frekuensi makan yang kurang membuat
jumlah asupan makanan yang masuk kedalam lambung juga berkurang sehingga pengosongan lambung terjadi lebih cepat dan asam lambung pun meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan Tabel 4.23 bahwa sebagian besar SPG yang mengalami keluhan gejala gastritis telah memiliki frekuensi makan yang
baik yaitu 82,8. Hal ini dapat terjadi disebabkan SPG tetap makan tiga kali sehari tetapi tidak tepat waktu, makanan selingan sangat jarang dikonsumsi
dengan alasan pekerjaan yang tidak memungkinkan SPG untuk makan makanan selingan disela-sela waktu makan terlebih lagi SPG sering mengonsumsi makanan
yang dapat memicu timbulnya keluhan gejala gastritis seperti makanan pedas, berminyak, bersantan dan bergas.
5.3.2 Gambaran Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Jadwal Makan