48 2
Siswa yang pandai berargumen akan terkesan aktif, sehingga siswa lain terlihat diam dan pasif.
3 Tidak  semua  topik  debat  dapat  dikaitkan  dengan  mata  pelajaran
siswa di sekolah. 4
Perataan siswa dalam kelompok yang terkadang tidak heterogen. 5
Memerlukan waktu yang lama
C. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama
1. Perkembangan Kognitif Siswa SMP
Ditinjau dari tahap perkembangan kognitif menurut Piaget C. Asri Budiningsih,  2005:  37-40,  anak  pada  masa  SMP  sudah  mencapai  tahap
operasional  formal  yaitu  antara  usia  1112  tahun  hingga  18  tahun.  Ciri pokok pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis
dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Keating  Syamsu  Yusuf,  2014:  195-196  menambahkan  beberapa
hal pokok yang berkaitan dengan perkembangan berpikir anak dalam tahap operasional formal, yaitu sebagai berikut:
a. Pola berpikirnya berkaitan dengan dunia kemungkinan, sudah mampu
menggunakan  abstraksi-abstraksi  dan  dapat  membedakan  antara  yang nyata dan konkret dengan yang abstrak dan mungkin
b. Muncul  kemampuan  menalar  secara  ilmiah  melalui  kemampuannya
dalam menguji hipotesis
49 c.
Dapat  memikirkan tentang masa depan dengan  membuat  perencanaan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya
d. Menyadari  tentang  aktivitas  kognitif  dan  mekanisme  yang  membuat
proses  kognitif  itu  efisien  dan  tidak  efisien,  serta  menghabiskan waktunya  untuk  mempertimbangkan  pengaturan  kognitif  internal
tentang bagaimana dan apa yang harus dipikirkannya. Dengan demikian, introspeksi diri menjadi bagian kehidupannya sehari-hari
e. Memungkinkan terbukanya topik-topik baru, dan ekspansi perluasan
berpikir.  Ruang  lingkup  berpikirnya  semakin  meluas,  bisa  meliputi aspek agama, keadilan, moralitas, dan identitas.
Karakteristik  siswa  SMP  mulai  berubah  dan  sudah  berbeda dibanding  ketika masih  menginjak bangku  sekolah  dasar. Perubahan pola
pikir  akan  sangat  terlihat,  dari  anak-anak  menjadi  remaja.  Perubahan  ini juga akan diikuti oleh perubahan pada aspek lain, seperti emosi, fisik, sosial,
dan lain-lain. Perubahan emosi anak pada tahap ini sangat tinggi, anak akan mudah  marah  atau  emosional,  sangat  sensitif  terhadap  berbagai  peristiwa
atau situasi sosial. Orang tua di rumah dan guru di sekolah harus bersikap bijaksana  ketika  anak  mengalami  perubahan-perubahan  tersebut.  Jangan
membuat  anak  merasa  terkekang  dan  terbebani.  Anak  akan  merasakan kebebasan secara psikologis jika orang tua dan guru memberi kesempatan
kepadanya  untuk  mengungkapkan  pikiran  atau  perasaannya  Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2012: 37
50 Oleh  karena  itu,  anak  memerlukan  pendidikan  atau  bimbingan
dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya agar menuju kearah yang positif,  seperti  1  penggunaan  metode  mengajar  yang  mendorong  anak
untuk  aktif  bertanya,  berani  mengemukakan  gagasan,  atau  mampu mengujicobakan suatu materi; dan 2 melakukan dialog, diskusi, atau
brain storming
tentang masalah-masalah sosial,  atau berbagai  aspek kehidupan, seperti  agama,  etika  pergaulan,  politik,  lingkungan  hidup,  bahayanya
minuman  keras  dan  obat  terlarang,  dan  masalah-masalah  yang  terjadi  di sekitarnya Syamsu Yusuf, 2014: 196.
2. Kemampuan Bertanya di Sekolah Menengah Pertama