Objek Penelitian IMPLEMENTASI PROGRAM ANTIBULLYING DI SD TUMBUH 2 YOGYAKARTA.

74 membuat siswa menjadi enggan atau berpikir ulang untuk melakukan bullying yang secara tidak langsung dapat menekan perilaku bullying di sekolah. Hasil wawancara di atas, diperkuat hasil observasi yang dilakukan peneliti pada Rabu, 12 Agustus 2015. Tampak ada ABK yang sedang asyik makan siang dengan siswa lain. Hal ini berarti siswa-siswi SD Tumbuh 2 Yogyakarta sudah dapat membaur dengan segala keberagaman yang ada di sekolah tersebut dan tidak menjadikannya sebagai alasan untuk mengejek, menghina, atau menyakiti siswa lain. Pemahaman siswa akan isi atau pesan poster ini tidak lepas dari cara penyajian dan proses produksi poster. Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahasa poster yang sederhana akan mempermudah siswa dalam pemahamannya. Terlebih jika poster merupakan hasil karya siswa maka dapat dipastikan siswa juga memahami isi poster yang dibuatnya. Pemahaman terhadap isi atau pesan poster terbukti dengan siswa dapat menjelaskan maksud isi poster. Dengan pemahaman tersebut, harapannya siswa menjadi lebih bertanggung jawab dalam pengimplementasian program antibullying. Hasil wawancara di atas didukung hasil observasi pada Senin, 10 Agustus 2015. Terlihat siswa yang memperhatikan poster sikap positif terhadap keberagaman tampak dapat bermain dengan akrab dengan temannya saat istirahat dan makan siang. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa siswa memahami isi poster yang ada di sekolah. 75 Pemahaman siswa akan isi atau pesan poster berawal dari ketertarikan siswa terhadap poster. Ketertarikan tersebut dapat tercermin dari tindakan yang dilakukan siswa. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui siswa SD Tumbuh 2 Yogyakarta cukup tertarik terhadap poster yang ada di sekolah. Ketertarikannya ini terlihat dari tindakannya yang mau melihat-lihat, membaca, dan mau membersihkan poster-poster. Ketertarikan siswa terhadap poster, terutama terlihat pada siswa baru. Saat peneliti melakukan observasi pada Senin, 10 Agustus 2015 terdapat beberapa siswa baru tampak memperhatikan poster yang ada di koridor sekolah. Pemahaman akan isi atau pesan poster juga didukung oleh letak pemasangan poster karena berawal dari tempat pemasangan poster, isi atau pesan poster dapat tersampaikan dengan baik atau tidaknya. Poster sebaiknya dipasang di tempat yang strategis yang dapat dilihat orang setiap harinya sehingga isi atau pesan poster dapat tersampaikan kepada orang-orang yang melewatinya. Diketahui dari hasil wawancara, poster di SD Tumbuh 2 Yogyakarta dipasang di beberapa tempat yaitu diantaranya kantin, koridor, perpustakaan, dekat tangga, dan dekat taman. Lebih lanjut, berdasarkan hasil pengamatannya peneliti mengetahui poster di SD Tumbuh 2 Yogyakarta dipasang di koridor utama sekolah, di dekat tangga sekolah, perpustakaan, kantin, dan dinding dekat taman sekolah tempat bermain anak. Adapun poster yang sudah diletakkan di tempat yang strategis meliputi poster yang 76 dipasang di koridor utama sekolah, di dekat tangga sekolah, kantin, dan dinding dekat taman sekolah yang merupakan area banyak dilewati oleh warga sekolah setiap harinya. Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa poster tentang bullying berisi sikap-sikap dalam bersosialisasi yang baik, diantaranya yaitu poster yang berisi beberapa foto ajaran sikap positif terhadap keberagaman dan poster yang berjudul “Gallery I’am a Good Friend” berisi beberapa enam ajaran tentang cara berteman yang baik. Manfaat dari poster, khususnya poster tentang bullying yaitu membuat siswa paham cara bersikap dan bersosialisasi dengan baik yang didukung pembiasaan-pembiasaan baik dari sekolah membuat siswa menjadi enggan atau berpikir ulang untuk melakukan bullying sehingga secara tidak langsung menekan perilaku bullying di sekolah. Ketertarikan siswa dengan poster yang ada di sekolah dapat dilihat dari dari tindakannya yang mau melihat-lihat, membaca, dan mau membersihkan poster-poster. Ketertarikan siswa terhadap poster, terutama terlihat pada siswa baru. Sementara pemahaman anak akan isi atau pesan poster selain karena bahasa poster yang sederhana sehingga mempermudah siswa dalam pemahamannya juga dipengaruhi oleh letak pemasangan poster. Pemasangan poster di SD Tumbuh 2 Yogyakarta sudah dipasang di tempat-tempat yang strategis yaitu banyak dilewati oleh warga sekolah setiap harinya, seperti di koridor 77 utama sekolah, di dekat tangga sekolah, kantin, dan dinding dekat taman sekolah. b. Pembentukan Dewan Pengawas Pembentukan dewan pengawas dapat memberi sinyal bahwa warga sekolah proaktif dalam mengatasi perilaku bullying karena keterlibatannya dalam pelaksanaannya. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui anggota dewan pengawas di SD Tumbuh 2 Yogyakarta bernama staff on duty yang melibatkan guru, kepala sekolah, dan staf seperti security, petugas kantin, dan admin sekolah dalam pelaksanaannya. Selanjutnya, dari hasil wawancara juga diketahui keikutsertaan warga sekolah yaitu kepala sekolah, guru, dan staf dalam dewan pengawas ini karena tidak lain menjadi dewan pengawas adalah kewajiban bagi kepala sekolah, guru, dan staf selama mengabdi di SD Tumbuh 2 Yogyakarta. Hal tersebut diperkuat hasil observasi yang menunjukkan dalam pelaksanaannya sehari-hari seluruh anggota dewan pengawas memiliki tugas yang sama yaitu berkeliling ke area- area sekolah untuk mengawasi aktivitas anak. Namun dalam evaluasi kegiatannya dipimpin oleh kepala sekolah. Pembentukan dewan pengawas tentunya memiliki tujuan yang melibatkan peran anggota dewan pengawas. Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan peran dewan pengawas dalam pencegahan bullying di sekolah yaitu mengawasi aktivitas anak supaya tidak melakukan aktivitas yang membahayakan ataupun tidak baik dengan cara 78 berkeliling ke area-area sekolah. Hasil observasi pada Selasa, 11 Agutus 2015 menunjukkan siswa menjadi lebih berusaha menjaga sikapnya di sekolah. Tampak siswa yang sedang mengejek nama orang tua temannya, setelah melihat ada guru yang akan lewat siswa tersebut lalu diam. Adanya dewan pengawas di sekolah yang mengawasi aktivitas anak ketika di sekolah harapannya dapat membawa hal positif terhadap perilaku bullying di sekolah melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh dewan pengawas. Dari hasil wawancara diketahui, kegiatan yang diadakan dewan pengawas untuk mengatasi bullying yaitu berkeliling mengawasi aktivitas anak dan melakukan pencatatan akan masalah- masalah yang ditimbulkan siswa kelasnya masing-masing. Guru akan menegur, menasihati, ataupun memberikan peringatan ketika menjumpai siswanya melakukan hal yang tidak baik atau berbahaya. Lebih lanjut, kepala sekolah mengungkapkan jika terjadi masalah, penanganan masalah pertama dilakukan oleh guru kelas yang juga merupakan anggota dewan pengawas dengan cara berdiskusi dengan siswa dan pemanggilan orang tua ke sekolah apabila membutuhkan penanganan lebih lanjut. Hasil wawancara di atas, semakin diperkuat dengan hasil observasi yang diperoleh pada Kamis, 13 Agustus 2015. Saat akan pelaksanaan solat dhuhur beberapa siswa tampak antri di toilet mushola sebelum melakukan wudhu. Ada siswa yang agak lama menggunakan kamar 79 mandi dan seorang siswa yang mengantri mencibir siswa yang keluar kamar mandi “Huu, lemot banget sih”. Seorang admin sekolah yang kebetulan akan wudhu menegur, “Sabar kalau antri, bisa jadi temenmu tadi baru sakit perut. Kalau terburu bisa di kamar mandi lain.” Hasil observasi yang lain yaitu pada Selasa, 18 Agustus 2015 tampak guru memperingatkan siswa yang bermain di taman untuk berhenti mendorong temannya, “Aldo sudah ayo tidak boleh begitu, mainnya yang baik.” Adapun berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan target atau sasaran utama dewan pengawas yaitu aktivitas-aktivitas siswa dan area-area lingkungan sekolah seperti kantin, taman, koridor-koridor, dan halaman sekolah. Hal tersebut terbukti selama peneliti melakukan observasi, guru berkeliling ke area koridor, taman, kantin, dan mushola untuk mengamati aktivitas siswa. Di area-area tersebutlah jugalah kemungkinan terjadi bullying karena aktivitas siswa seharinya juga banyak berada di tempat tersebut. Guru juga kadang ikut makan siang bersama di kantin sekaligus mengamati aktivitas siswanya. Sesekali kepala sekolah juga tampak pernah berkeliling ke kantin dan koridor. Security mengawasi anak-anak yang bermain di halaman dekat parkiran. Agar memberikan hasil positif pada target atau sasaran di atas, dewan pengawas memberikan perlakuan dan strategi khusus dalam pelaksanaannya. Dari hasil wawancara kepala sekolah dan guru, dapat 80 disimpulkan strategi yang digunakan dewan pengawas agar bullying dapat teratasi yaitu melakukan pengawasan setiap hari dan guru dituntut untuk dapat memahami karakter masing-masing siswa. Selanjutnya, dengan memberikan perhatian dan pemahaman karakter masing-masing siswa dewan pengawas dapat mendeteksi kasus-kasus bullying yang akan muncul. Hal tersebut didukung dengan hasil observasi yang diperoleh peneliti pada Rabu, 12 Agustus 2015 yaitu saat istirahat dan jam akan masuk kelas ada siswa kelas 1 yang belum selesai makan dan kesulitan menata kembali bekal makanannya. Sementara teman-temannya justru menggoda, lalu meninggalkan dan mulai masuk kelas. Guru segera menghampiri siswa dan membantu merapikan bekal. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru, lebih lanjut juga diketahui dengan dilaksanakannya pengawasan setiap hari terhadap aktivitas siswa oleh dewan pengawas ini dapat menjadikan kebiasaan yang baik bagi siswa, yaitu untuk lebih membiasakan anak untuk lebih mengontrol tingkah laku dan ucapannya agar tidak menyakiti orang lain ataupun merugikan dirinya sendiri sehingga secara tidak langsung membawa hal positif terhadap perilaku bullying di sekolah. Agar dewan pengawas membawa hasil yang lebih positif dan memiliki kinerja yang lebih baik maka perlu dilakukan evaluasi pelaksanaannya. Evaluasi dewan pengawas di SD Tumbuh 2 Yogyakarta dilakukan saat rapat guru. Evaluasi dipimpin 81 oleh kepala sekolah. Dalam evaluasi guru melaporkan hasil pencacatan masalah yang dilakukan siswa kelasnya masing-masing dan dilakukan diskusi bersama untuk solusi terhadap masalah-masalah yang sekiranya perlu tindakan lebih lanjut. Begitu pula saat rapat guru pada Kamis, 13 Agustus 2015, tampak guru saling menyampaikan hasil dari pengamatan aktivitas dan pencatatan masalah-masalah yang dilakukan siswa dari kelas masing-masing. Masalah tersebut diantaranya berupa ucapan yang suka mengejek dan kurang dapat berbahasa sopan dengan orang yang lebih tua. Adapun dalam tingkah laku, siswa masih kurang dapat mengendalikan diri ataupun sportif ketika bermain, terdapat beberapa anak yang suka berjalan ke luar kelas tanpa memakai alas sepatu, dan memakai seragam kurang rapi. Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan dewan pengawas di SD Tumbuh 2 Yogyakarta bernama staff on duty yang melibatkan kepala sekolah, guru, dan staf seperti security, petugas kantin, dan admin sekolah dalam pelaksanaannya. Menjadi dewan pengawas merupakan sebuah kewajiban bagi kepala sekolah, guru, dan staf selama mengabdi di SD Tumbuh 2 Yogyakarta. Dewan pengawas bertugas mengawasi aktivitas anak di luar kelas dengan cara berkeliling ke area-area sekolah pada saat jam-jam istirahat ataupun makan siang untuk memastikan anak tidak melakukan perilaku yang tidak baik ataupun berbahaya. Selain berkeliling mengawasi aktivitas anak; menegur, menasihati, ataupun memberikan peringatan ketika 82 menjumpai siswanya melakukan hal yang tidak baik atau berbahaya; dewan pengawas guru juga melakukan pencatatan akan masalah- masalah yang terjadi selama seminggu dari siswa kelasnya masing- masing. Adapun target atau sasaran dewan pengawas yaitu aktivitas- aktivitas siswa dan area-area lingkungan sekolah. Strategi yang digunakan dewan pengawas agar bullying dapat teratasi yaitu melakukan pengawasan setiap hari dan guru dituntut untuk dapat memahami karakter masing-masing siswa. Dengan strategi yang digunakan, dewan pengawas dapat mendeteksi secara dini kasus-kasus bullying yang akan muncul dan membawa hal positif terhadap perilaku bullying di sekolah karena siswa berusaha lebih menjaga perilaku ataupun ucapannya agar tidak menyakiti orang lain ataupun merugikan dirinya sendiri. Dalam evaluasi guru melaporkan hasil pencacatan masalah yang dilakukan siswa kelasnya masing-masing dan dilakukan diskusi bersama untuk solusi terhadap masalah-masalah yang sekiranya perlu tindakan lebih lanjut. c. Pertemuan dan Pelatihan untuk Keluarga Orang tua merupakan bagian pensukses dari program antibullying. Maka dari itu diperlukan andil orang tua dalam program salah satunya melalui pertemuan dan pelatihan untuk keluarga. Dari hasil wawancara, diketahui terdapat beberapa pertemuan untuk keluarga dalam kaitannya program antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta. Pertemuan tersebut diantaranya yaitu parents meeting, parents 83 seminar, dan parents counseling. Waktu pelaksanaan setiap pertemuannya berbeda-beda. Parents seminar dilaksanakan satu kali setiap semester, parents meeting dilaksanakan minimal satu kali setiap semester, dan parents counseling dapat dilaksanakan setiap orang tua membutuhkan konsultasi dengan guru yaitu pada hari aktif sekolah Senin sampai Jumat. Hasil wawancara tentang waktu pelaksanaan pertemuan untuk keluarga di atas, didukung dengan hasil observasi yang diperoleh peneliti. Pada Senin, 10 Agustus 2015, tampak ada orang tua siswa pindahan yang menanyakan masalah pembayaran SPP kepada admin sekolah dan menanyakan perkembangan anaknya di sekolah kepada guru kelas. Hal ini tidak lain merupakan contoh parents counseling yang dapat dilaksanakan sewaktu-waktu orang tua membutuhkan. Hasil observasi selanjutnya yaitu pada Selasa, 11 Agustus 2015 dilaksanakan parents seminar di aula sekolah untuk pengenalan program-program sekolah, termasuk diantaranya program antibullying yang diterapkan oleh sekolah, aturan-aturan sekolah, dan pengenalan sekolah lebih lanjut. Parents seminar dimulai dari pukul 09.00-11.00 WIB. Keikutsertaan orang tua dalam pertemuan, yaitu dalam parents seminar dan parents meeting dengan cara diundang. Namun, keikutsertaan orang tua mengikuti pertemuan untuk keluarga bukan hanya memenuhi undangan dari sekolah semata, tetapi juga kebutuhan 84 orang tua untuk mengikuti perkembangan informasi tentang anaknya. Salah satunya dalam parents counseling, orang tua melakukan konsultasi karena kesadaran dan kebutuhan akan informasi anaknya. Dalam pertemuan pun tidak hanya orang tua yang ikut serta, tetapi juga ada pihak-pihak ataupun orang-orang lain yang ikut berpartisipasi. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui pertemuan untuk keluarga diikuti oleh kepala sekolah, guru, orang tua, dan narasumber ahli ketika diperlukan. Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi yang diperoleh peneliti pada parents seminar yang dilaksanakan pada Selasa, 11 Agustus 2015. Parents seminar tersebut diikuti oleh kepala sekolah, guru, dan orang tua siswa. Pihak-pihak dan orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam pertemuan keluarga harapannya dapat berperan aktif dan memberikan sumbangsih-sumbangsihnya demi kemajuan dan perubahan program menjadi lebih baik. Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan sumbangsih orang-orang yang ikut serta dalam pertemuan untuk keluarga meliputi diantaranya kepala sekolah dan guru sebagai narasumber dan penentu keputusan, orang tua sebagai penerima info dan memberikan saran serta masukannya kepada sekolah, narasumber ahli sebagai narasumber yang menguasai bidangnya. Sumbangsih orang-orang dalam pertemuan, tidak lepas dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama pertemuan berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan kegiatan yang 85 dilakukan dalam pertemuan untuk keluarga meliputi diantaranya penyampaian materi, sosialisasi program-program sekolah termasuk diantara program antibullying, dan diskusi guru dengan orang tua. Hal tersebut sama halnya ketika parents seminar pada Selasa, 11 Agustus 2015 terdapat sosialisasi bullying dan program antibullying, share guru kepada orang tua tentang proses pembelajaran di sekolah. Selain kegiatan yang cukup variatif yang telah disebutkan di atas, materi yang disampaikan dalam pertemuan untuk keluarga pun juga tidak kalah variatifnya. Diketahui dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru, orang tua siswa, dan siswa materi yang disampaikan dalam pertemuan untuk keluarga bermacam-macam meliputi program- program sekolah termasuk di antaranya program antibullying yang diterapkan sekolah, topik-topik yang berkaitan dengan siswa. Topik- topik yang berkaitan dengan siswa tersebut contohnya penggunaan gadget dan media sosial yang bijaksana, pelecehan anak, segala hal tentang bullying dan penanganannya. Begitu pula pada parents seminar Selasa, 11 Agustus 2015 lalu, dalam pertemuan disampaikan informasi tentang bullying yang meliputi pengertian bullying, jenis bullying, faktor bullying, bahaya bullying, tindakan penanganan bullying, dan program antibullying yang dilaksanakan sekolah. Selain itu disampaikan pula informasi lain di luar bullying seperti aturan- aturan sekolah dan pengenalan sekolah lebih lanjut. 86 Penyampaian materi dalam pertemuan untuk keluarga tidak lepas berhubungan dengan orang-orang yang ikut serta di dalamnya yaitu orang tua, guru, kepala sekolah, dan narasumber ahli. Orang-orang tersebutlah yang juga dapat berperan sebagai narasumber dalam pertemuan untuk keluarga. Dalam parents seminar yang dilaksanakan Selasa, 11 Agustus 2015 guru selaku pihak penting dalam pelaksanaan program antibullying di sekolah menjadi narasumber dalam pertemuan. Penyampaian materi dalam pertemuan untuk keluarga dilakukan dengan menggunakan powerpoint yang kemudian dijelaskan oleh narasumber. Demi kesuksesan dan sosialisasi program antibullying, sekolah selain mengadakan kerjasama dengan orang-orang yang ikut serta dalam pertemuan untuk keluarga juga mengadakan kerjasama- kerjasama dengan pihak yang sekiranya dapat mendukung kesuksesan program. Berdasarkan hasil wawancara, dalam sosialisasi program yang merupakan kegiatan dalam pertemuan untuk keluarga SD Tumbuh 2 Yogyakarta mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak yang dapat mensukseskan program antibullying yaitu diantaranya dengan orang tua, Jogja TV, Star FM, dan Radio Anak Jogja. Bentuk ataupun isi kerjasama tersebut meliputi kerjasama dengan orang tua agar tindakan orang tua di rumah dapat selaras dengan yang dilaksanakan di sekolah dengan cara orang tua tidak melakukan kekerasan di rumah, lebih memperhatikan anaknya, tidak menghukum 87 anak secara berlebihan, lebih memperhatikan perubahan diri pada anak, dan mendidik tidak terlalu permisif ataupun otoriter. Kerjasama dengan Jogja TV, Star FM, dan Radio Anak Jogja yaitu sebagai media partner untuk sosialisasi program ke masyarakat luas. Hasil wawancara terkait kerjasama yang dilakukan sekolah tersebut, didukung hasil observasi pada Selasa, 11 Agustus 2014 saat parents seminar. Dalam pertemuan sekolah mengajak orang tua untuk mensukseskan program antibullying di sekolah dengan menghimbau orang tua untuk tidak melakukan kekerasan di rumah dan meningkatkan perhatian pada anak. Guru juga menjelaskan keberagaman yang ada di SD Tumbuh 2 agar ke depan orang tua lebih memahami keadaan yang ada di sekolah. Adapun suatu aktivitas atau kegiatan perlu diadakan suatu evaluasi agar pelaksanaan selanjutnya menjadi lebih baik. Dari hasil wawancara kepala sekolah dan guru, pelaksanaan evaluasi pertemuan untuk keluarga dilaksanakan pada saat rapat guru. Demikian juga saat rapat guru Kamis, 13 Agustus 2015. Para guru diminta pendapatnya oleh kepala sekolah mengenai kekurangan pada saat parents seminar pada hari Selasa lalu. Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan ada tiga macam pertemuan untuk keluarga orang tua di sekolah yang ada kaitannya dengan program antibullying, yaitu parents meeting, parents seminar, dan parents counseling. Waktu pelaksanaan dari tiap pertemuan 88 tersebut berbeda-beda. Parents seminar dilaksanakan satu kali setiap semester, parents meeting dilaksanakan minimal satu kali setiap semester, dan parents counseling dapat dilaksanakan setiap orang tua membutuhkan konsultasi dengan guru yaitu pada hari aktif sekolah Senin sampai Jumat. Keikutsertaan orang tua dalam pertemuan untuk keluarga karena memenuhi undangan dari sekolah dan juga kebutuhan orang tua untuk mengikuti perkembangan informasi tentang anaknya. Dalam pertemuan tidak hanya ada orang tua, tetapi juga ada pihak- pihak ataupun orang-orang lain yang ikut berpartisipasi seperti guru, kepala sekolah, dan narasumber ahli yang masing-masing memberikan sumbangsihnya dalam pertemuan. Sumbangsih tersebut diantaranya kepala sekolah dan guru sebagai narasumber dan penentu keputusan, orang tua sebagai penerima info dan memberikan saran serta masukannya kepada sekolah, narasumber ahli sebagai narasumber yang menguasai bidangnya. Sumbangsih orang-orang yang ikut serta dalam pertemuan, tidak lepas dari kegiatan yang ada dalam pertemuan untuk keluarga yaitu diantaranya penyampaian materi, sosialisasi program-program sekolah termasuk diantara program antibullying, dan diskusi guru dengan orang tua. Selain kegiatan yang cukup variatif yang telah disebutkan di atas, materi yang disampaikan dalam pertemuan untuk keluarga pun juga tidak kalah variatifnya. Materi yang disampaikan dalam pertemuan untuk keluarga bermacam-macam meliputi program- 89 program sekolah termasuk di antaranya program antibullying yang diterapkan sekolah, topik-topik yang berkaitan dengan siswa. Penyampaian materi dalam pertemuan untuk keluarga dilakukan dengan menggunakan powerpoint yang kemudian dijelaskan oleh narasumber. Demi kesuksesan program, sekolah selain mengadakan kerjasama dengan orang-orang yang ikut serta dalam pertemuan untuk keluarga juga mengadakan kerjasama-kerjasama dengan pihak yang sekiranya dapat mendukung kesuksesan program. Kerjasama tersebut diantaranya meliputi kerjasama dengan orang tua supaya dapat bertindak selaras dengan apa yang dibina di sekolah dengan cara orang tua tidak boleh melakukan kekerasan, menghukum anak terlalu berlebihan, mendidik dengan tidak terlalu permisif ataupun otoriter, dan supaya lebih memperhatikan anaknya agar cepat mengetahui perubahan pada anak. Sementara kerjasama dengan radio dan televisi merupakan media partner dalam mensosialisasikan program antibullying agar dikenal masyarakat luas. Pelaksanaan evaluasi pelatihan dan perteman untuk keluarga dilakukan saat rapat guru. d. Penggunaan Kurikulum Penggunaan kurikulum menyediakan kesempatan eksplorasi nilai- nilai antibullying atau upaya-upaya mengatasi bullying dalam pelaksanaan keseharian di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui adanya program antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta 90 adalah kebijakan sekolah sendiri. Berdirinya program antibullying yang berasal dari kebijakan sekolah, menyesuaikan dengan visi dan misi sekolah yang mengangkat inklusi dan multikultur. Selain menyesuaikan dengan visi dan misi sekolah, berdirinya program antibullying juga melibatkan orang tua dalam penyusunan program. Dilibatkannya orang tua dalam penyusunan program secara tidak langsung menunjukkan bahwa adanya suatu program adalah kebijakan sekolah karena proses penyusunannya yang tidak kaku alias fleksibel. Terbentuknya program antibullying tidak terjadi begitu saja. Namun melewati beberapa langkah atau tahapan sehingga terbentuk suatu rancangan program yang siap dijalankan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru, dapat disimpulkan proses awal berdirinya program antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta berawal dari laporan perilaku siswa dan suasana sekolah yang kurang nyaman yang kemudian ditampung dalam beberapa kali rapat guru, pelaksanaan workshop ‘Perilaku Anak’ untuk menggali masalah siswa lebih lanjut, perancangan program, sosialisasi program ke dewan guru dan komite sekolah, dan sosialisasi ke orang tua. Hasil wawancara tersebut, didukung hasil observasi yang terjadi pada 11 Agustus 2015 saat parents seminar dilakukan sosialisasi program-program sekolah, termasuk program antibullying kepada orang tua siswa. Dalam sosialisasi tersebut dijelaskan pula kegiatan- kegiatan dan asal mula berdirinya program. Program merupakan 91 kebijakan sekolah yang didirikan menyesuaikan dengan visi dan misi sekolah yang mengangkat tentang inklusi dan multikultur. Program juga merupakan tindak lanjut laporan siswa, laporan orang tua, dan suasana sekolah yang gaduh serta kurang nyaman. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru, juga diketahui bahwa berawal dari laporan siswa, laporan orang tua, dan suasana sekolah yang gaduh serta kurang nyaman maka kemudian disusunlah program antibullying yang disesuaikan dengan visi dan misi sekolah. Hal inilah yang menjadi dasar berdirinya program antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta. Dasar berdirinya program antibullying tersebut selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk ajaran-ajaran dalam program antibullying sehingga dapat membawa perubahan yang baik pada suasana atau iklim di sekolah. Dapat disimpulkan dari hasil wawancara bahwa isi atau muatan program antibullying yaitu diantaranya ajaran cinta damai, toleransi, peduli, menghargai perbedaan dan keberagaman, serta berteman yang baik. Sesuai dengan hasil wawancara, ajaran-ajaran tersebut agar lebih tertanam dan mengkarakter di diri siswa maka diterapkan dalam ke dalam berbagai kegiatan dan pembiasaan bagi siswa untuk bersikap baik. Kegiatan yang masih aktif diantaranya yaitu staff on duty, morning carpet, pertemuan-pertemuan orang tua, dan duta perdamaian. 92 Kegiatan-kegiatan dan pembiasaan bagi siswa untuk bersikap baik tersebut terlihat selama peneliti melakukan penelitian. Kegiatan- kegiatan tersebut diantaranya morning carpet, yaitu waktu luang di awal pembelajaran yang berkisar 15 sampai 30 menit untuk membahas kejadian yang terjadi di dalam kelas atau yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa ataupun pembahasan topik tertentu. Dalam morning carpet, guru akan menunjukkan nilai-nilai yang dapat dipetik dari cerita yang siswa sampaikan ataupun guru membantu siswa mencari solusi atas cerita atau masalah yang siswa sampaikan. Pada morning carpet di kelas 1 hari Jumat, 14 Agustus 2015, setelah guru menyampaikan topik tentang bagaimana berlaku ramah terhadap orang lain, ada siswa yang mau menyebutkan contoh sikap berlaku ramah terhadap orang lain. Kemudian juga ada siswa yang menceritakan pengalamannya tentang meminta maaf kepada orang lain. Pada morning carpet Kamis, 20 Agustus 2015 di kelas 4 dijelaskan tentang penggunaan gadget dan media sosial secara bijaksana. Ada siswa yang bercerita bahwa ia diejek temannya di facebook karena foto yang diuploadnya. Guru menasihati agar siswa tidak perlu membalas. Guru memberitahu siswa bahwa perilaku seperti itu tidak benar dan tidak boleh dicontoh karena perilaku seperti itu bisa masuk dalam kekerasan di dunia maya cyberbullying dan bisa dikenai hukuman. 93 Kemudian ada juga duta perdamaian yang merupakan sebuah tim kerja yang terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai semangat perdamaian yang tinggi. Tim ini ditugaskan untuk menjaga semangat perdamaian diantara teman-temannya melalui kegiatan yang mereka adakan, seperti lomba poster contohnya. Terlihat beberapa poster antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta merupakan hasil karya siswa ketika mengikuti lomba poster yang diadakan duta perdamaian. Selanjutnya, pertemuan untuk orang tua yaitu sebuah forum dimana guru dan orang tua bertemu untuk sosialisasi, pengenalan, diskusi, pembahasan suatu topik tertentu, ataupun konsultasi perseorangan dengan guru atau staf terkait keadaan atau masalah siswa. Parents consul yang dapat dilakukan setiap harinya jika orang tua membutuhkan sesuatu yang hendak dikonsultasikan dengan guru. Pada Senin, 10 Agustus 2015 tampak ada orang tua siswa pindahan yang menanyakan masalah pembayaran SPP kepada admin sekolah dan menanyakan perkembangan anaknya di sekolah kepada guru kelas. Dalam parents seminar yang dilaksanakan Selasa, 11 Agustus 2015 disampaikan sosialisasi tentang program-program sekolah, termasuk program antibullying yang diterapkan sekolah, aturan-aturan sekolah, pengenalan sekolah lebih lanjut, dan topik bullying itu sendiri. Staff on duty adalah bapak ibu guru, kepala sekolah, dan karyawan serta staf yang bertugas untuk mengawasi aktivitas siswa pada saat jam-jam istirahat dan makan siang agar tidak melakukan aktivitas yang 94 tidak baik atau berbahaya. Staff on duty dilaksanakan setiap hari dengan berkeliling ke area-area sekolah, seperti kantin, koridor, dan taman sekolah. Saat akan pelaksanaan solat dhuhur pada Kamis, 13 Agustus 2015 beberapa siswa tampak antri di toilet mushola sebelum melakukan wudhu. Ada siswa yang agak lama menggunakan kamar mandi dan seorang siswa yang mengantri mencibir siswa yang keluar kamar mandi “Huu, lemot banget sih” dan seorang admin sekolah yang kebetulan akan wudhu menegur, “Sabar kalau antri, bisa jadi temenmu tadi baru sakit perut. Kalau terburu bisa di kamar mandi lain.” Kemudian pada Selasa, 18 Agustus 2015 tampak guru memperingatkan siswa yang bermain di taman untuk berhenti mendorong temannya, “Aldo sudah ayo tidak boleh begitu, mainnya yang baik.” Hasil observasi di atas juga tidak lain merupakan contoh pembiasaan bagi anak untuk bersikap baik yang dilakukan guru misalnya dengan menegur, menasihati, ataupun memberikan peringatan ketika menjumpai siswanya melakukan hal yang tidak baik atau berbahaya. Adapun berdasarkan hasil observasi peneliti, pengimplementasian kegiatan-kegiatan dan pembiasaan-pembiasaan bagi siswa untuk bersikap baik dalam program antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta tidak menggunakan buku acuan khusus. Hal ini sesuai dengan yang hasil wawancara yang menyatakan tidak ada buku petunjuk atau acuan khusus dalam pelaksanaan program antibullying. 95 Pelaksanaan program antibullying berdasarkan rancangan program yang telah disusun bersama. Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan penggunaan kurikulum menyediakan kesempatan eksplorasi nilai-nilai antibullying atau upaya-upaya mengatasi bullying dalam pelaksanaan keseharian di sekolah. Adanya program antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta merupakan kebijakan dari sekolah yang menyesuaikan dengan visi dan misi sekolah yang mengangkat inklusi dan multikultur. Hal ini terbukti dari keterlibatan orang tua orang tua dalam proses penyusunan ataupun sosialisasi programnya. Program antibullying merupakan tindak lanjut laporan tentang perilaku siswa yang berasal dari pengamatan guru, orang tua, siswa, dan suasana sekolah yang kurang nyaman. Hal tersebut inilah yang menjadi dasar berdirinya program antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta. Berawal dari dasar-dasar tersebut, selanjutnya dituangkan ke dalam ajaran-ajaran program antibullying sehingga dapat membawa perubahan yang lebih baik pada suasana atau iklim di sekolah. Isi atau muatan ajaran program antibullying yang diterapkan di SD Tumbuh 2 meliputi ajaran cinta damai, toleransi, peduli, menghargai perbedaan dan keberagaman, serta berteman yang baik. Ajaran-ajaran ini agar lebih tertanam dan mengkarakter di diri siswa diterapkan dalam ke dalam berbagai kegiatan dan pembiasaan bagi siswa untuk bersikap baik. Kegiatan-kegiatan yang masih aktif diantaranya staff on duty, morning carpet, pertemuan-pertemuan orang 96 tua, dan duta perdamaian. Sementara pembiasaan bagi siswa untuk bersikap baik dilakukan dengan cara menegur, menasihati, ataupun memberikan peringatan ketika menjumpai siswanya melakukan hal yang tidak baik atau berbahaya. Adapun pengimplementasian kegiatan-kegiatan dan pembiasaan-pembiasaan bagi siswa untuk bersikap baik dalam program antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta tidak menggunakan buku acuan khusus, hanya berdasar rancangan program yang telah disetujui bersama. e. Perbaikan Lingkungan Pelaksanaan perbaikan lingkungan dapat dilakukan dengan kegiatan yang dapat menciptakan suasana yang positif sehingga nilai- nilai keluhuran dapat terjaga dan siswa merasa aman di sekolah tersebut. Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan kegiatan yang dilakukan dalam kaitannya perbaikan lingkungan di SD Tumbuh 2 Yogyakarta yaitu penempelan kata atau kalimat-kalimat positif di area sekolah. Mading dulu juga pernah menjadi kegiatan dalam perbaikan lingkungan, hanya saja sekarang sudah tidak berjalan lagi. Hal ini diperkuat dengan hasil observasi yang diperoleh peneliti bahwa perbaikan lingkungan yang tampak dan berkaitan dengan antibullying hanya dilakukan dengan pemasangan kata-kata positif di sekolah. Perbaikan lingkungan tidak dilakukan begitu saja tanpa pertimbangan strategi dan target atau sasaran dalam pelaksanaannya. Perbaikan lingkungan dilakukan agar dalam pelaksanaannya dapat 97 memberikan hasil yang positif terhadap perilaku bullying. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru, dapat disimpulkan strategi yang digunakan dalam perbaikan lingkungan di SD Tumbuh 2 Yogyakarta yaitu bagaimana perbaikan lingkungan dapat membawa nilai positif ke warga sekolah, khususnya siswa. Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi diketahui perbaikan lingkungan dilakukan di tempat-tempat yang banyak untuk aktivitas warga sekolah setiap harinya namun kurang hidup suasananya, yaitu koridor dan taman sekolah. Hasil observasi di atas diperkuat dengan hasil wawancara bahwa yang mendasari area tertentu menjadi target atau sasaran perbaikan lingkungan yaitu area tersebut banyak digunakan untuk aktivitas orang setiap harinya namun belum maksimal pengelolaannya, maka dilakukan perbaikan lingkungan agar lebih indah dan hidup suasanya serta dapat membawa nilai-nilai yang positif ke warga sekolah, khususnya siswa. Adapun target atau sasaran perbaikan lingkungan di SD Tumbuh 2 Yogyakarta meliputi koridor dan taman sekolah. Perbaikan lingkungan dikatakan berhasil apabila membawa hasil positif. Perbaikan lingkungan dalam hal ini kaitannya dengan bullying, maka dapat dikatakan berhasil apabila memberikan hal yang positif terhadap perilaku bullying di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan hal positif dari perbaikan lingkungan terhadap perilaku bullying di sekolah yaitu siswa menjadi paham nilai-nilai 98 positif yang ditanamkan sehingga harapannya siswa melakukan hal yang positif pula. Hal tersebut diperkuat hasil observasi yang menunjukkan penempelan kata-kata positif secara tidak langsung berpengaruh ke perilaku siswa karena juga didukung dengan pembiasaan yang baik dari sekolah. Terlihat kegiatan pembelajaran dan keseharian di SD Tumbuh 2 Yogyakarta berjalan dengan baik, sekalipun SD Tumbuh 2 adalah sekolah inklusi dengan segala keberagaman yang ada. Agar perbaikan lingkungan membawa hasil yang lebih positif dan maksimal pelaksanaannya, maka diperlukan evaluasi yang akan lebih baik jika dilakukan secara berkala. Namun selama peneliti melakukan penelitian di SD Tumbuh 2 Yogyakarta tidak terlihat adanya evaluasi dari pelaksanaan perbaikan lingkungan. Kemudian dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru, diketahui bahwa evaluasi pelaksanaan perbaikan lingkungan di SD Tumbuh 2 Yogyakarta dilakukan dulu selepas kegiatan pada saat rapat guru. Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan pelaksanaan perbaikan lingkungan dilakukan dengan kegiatan yang dapat menciptakan suasana yang positif sehingga nilai-nilai keluhuran dapat terjaga dan siswa merasa aman di sekolah tersebut. Kegiatan yang dilakukan sekolah dalam rangka perbaikan lingkungan yang berkaitan dengan antibullying diantaranya yaitu penempelan kata atau kalimat- kalimat positif di area sekolah. Strategi yang digunakan dalam 99 pelaksanaan perbaikan lingkungan yaitu bagaimana perbaikan lingkungan dapat membawa nilai positif ke warga sekolah, khususnya siswa. Adapun target atau sasaran perbaikan lingkungan dilakukan di area tersebut banyak digunakan untuk aktivitas orang setiap harinya namun belum maksimal pengelolaannya, maka dilakukan perbaikan lingkungan agar lebih indah dan hidup suasanya serta dapat membawa nilai-nilai yang positif ke warga sekolah, khususnya siswa. Tempat tersebut juga merupakan tempat yang banyak untuk aktivitas warga sekolah setiap harinya namun kurang hidup suasananya, yaitu koridor dan taman sekolah. Perbaikan lingkungan di SD Tumbuh 2 Yogyakarta telah membawa hal positif, termasuk terhadap perilaku bullying di sekolah. Perbaikan lingkungan menjadikan siswa paham nilai-nilai positif yang ditanamkan sehingga harapannya siswa melakukan hal yang positif pula. Dengan pemahaman akan nilai-nilai positif, kemungkinan siswa untuk melakukan bullying pun juga semakin kecil. Evaluasi pelaksanaan perbaikan lingkungan dilakukan satu kali dulu waktu selepas kegiatan pada saat rapat guru. f. Circle Time Jika orang tua sebagai bagian pensukses dari program antibullying, ada pertemuan yang dapat digunakan sekolah sebagai mediator antara sekolah dan orang tua sehingga yang dilaksanakan di sekolah bisa sejalan dengan yang orang tua lakukan di rumah. Maka sudah 100 selayaknya siswa sebagai bagian penting dan juga fokus program antibullying, diadakan pula pertemuan yang dapat membantu siswa mensukseskan program antibullying. Di SD Tumbuh 2 Yogyakarta terdapat circle time yaitu semacam pertemuan antar siswa dimana siswa bisa bebas berdiskusi dan berefleksi tentang nilai-nilai atau aturan-aturan berperilaku. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa circle time di SD Tumbuh 2 Yogyakarta bernama morning carpet yang dilaksanakan sebelum pelajaran menyesuikan dengan hari yang ditentukan masing-masing kelas selama 15 sampai 30 menit sebelum pelajaran. Hasil wawancara diatas, didukung hasil observasi yang diperoleh bahwa morning carpet di kelas 1 dilaksanakan hari Jumat, di kelas 2 dilaksanakan hari Selasa, di kelas 3 dilaksanakan hari Rabu, dan di kelas 4 dilaksanakan hari Kamis. Dari hasil wawancara dan observasi di atas, dapat disimpulkan bahwa circle time yaitu dalam hal ini morning carpet di SD Tumbuh 2 Yogyakarta dilaksanakan pada hari Selasa sampai Jumat dengan hari pelaksanaan yang telah ditentukan kelas masing-masing. Adapun jadwal pelaksanaannya yaitu hari Selasa untuk kelas 2 dan kelas 5, hari Rabu untuk kelas 3 dan kelas 6, hari Kamis untuk kelas 4, dan hari Jumat untuk kelas multi prep 1 dan kelas 1. Circle time diikuti oleh siswa dan guru sebagai satu rangkaian kegiatan pembelajaran. Adapun guru dan siswa memiliki perannya 101 masing-masing dalam circle time. Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan dalam circle time guru berperan menyampaikan materi, membuat suasana kegiatan menjadi menyenangkan, memberikan feedback atas tanggapan dari siswa. Sementara siswa berperan sebagai audience, menanggapi materi yang disampaikan ataupun membagi pengalamannya dengan siswa lain. Hasil wawancara di atas, didukung dengan hasil observasi yang menunjukkan morning carpet diikuti oleh siswa dan guru. Pada morning carpet Selasa, 18 Agustus 2015 di kelas 2 guru mengajak siswa untuk melakukan gerakan senam yang sederhana sebelum memulai morning carpet agar siswa fokus dan tidak ramai lagi. Hal ini juga menunjukkan bahwa guru berperan membuat circle time menjadi lebih efektif dan menyenangkan. Peran guru dan siswa dalam circle time tidak terlepas dari kegiatan yang dilakukan dalam circle time. Terdapat berbagai kegiatan dalam circle time. Berdasarkan hasil observasi, secara garis besar rangkaian kegiatan dalam morning carpet meliputi diantaranya penyiapan pembukaan, penyampaian topik materi, diskusi tentang topik materi, share pengalaman atau masalah siswa, dan kesimpulan. Hal tersebut sejalan dengan kesimpulan hasil wawancara yang tentang kegiatan yang dilakukan dalam circle time yaitu pembukaan, penyampaian materi, dan diskusi. 102 Selain kegiatannya yang bermacam dalam circle time, materi dalam circle time pun bermacam pula yang harapannya dapat menambah pengetahuan dan memberikan nilai-nilai positif kepada siswa. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui materi yang disampaikan atau dibahas dalam circle time bermacam-macam, bisa tentang bullying ataupun topik lain. Materi yang pernah disampaikan dalam circle time contohnya toilet training, makanan 4 sehat 5 sempurna, sikap empati, cara berteman yang baik, pengunaan gadget dan sosmed yang bijaksana, global warming. Hasil observasi juga menunjukkan materi yang disampaikan dalam circle time bermacam-macam. Pada morning carpet Jumat, 14 Agustus 2015 di kelas 1 guru menyampaikan topik tentang bagaimana berlaku ramah terhadap orang lain, pada morning carpet Selasa, 18 Agustus 2015 di kelas 2 guru menyampaikan tentang sikap-sikap yang menunjukkan cinta tanah air, pada morning carpet Rabu, 19 Agustus 2015 di kelas 3 disampaikan materi tentang hidup disiplin, pada morning carpet Kamis, 20 Agustus 2015 di kelas 4 dijelaskan tentang penggunaan gadget dan media sosial secara bijaksana. Dari hasil wawancara dan observasi di atas dapat ditarik kesimpulan materi dalam circle time bermacam-macam, bisa meliputi tentang bullying ataupun topik-topik lain yang sedang hangat dan sekiranya bermanfaat bagi siswa. Materi tentang bullying berhubungan dengan aturan atau cara bersikap yang baik. Adapun materi akan 103 memberikan manfaat dan nilai positif ke siswa jika materi dapat dipahami siswa dengan baik. Untuk memperoleh pemahaman yang baik, diperlukan penyampaian materi yang baik dan menarik. Dari hasil wawancara, diketahui penyampaian materi dalam circle time dengan memakai powerpoint atau langsung dijelaskan oleh guru dengan melibatkan siswa dalam penyampaiannya. Hasil wawancara tentang cara penyampaian materi dalam circle time di atas, diperkuat dengan hasil observasi yaitu saat menyampaikan topik materi guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi tetapi juga melibatkan siswa dalam penyampaiannya dengan cara memanggil dan bertanya kepada siswa terkait materi agar siswa tetap fokus dan tidak ramai sendiri. Hal tersebut menunjukkan penyampaian materi dalam circle time disampaikan secara menarik, dalam hal ini tergantung dari kreativitas guru. Cara-cara penyampaian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan powerpoint yang kemudian dijelaskan oleh guru, pemutaran videofilm, dan siswa diajak brainstorming terkait materi yang disampaikan agar siswa tetap fokus dan tidak ramai sendiri. Cara penyampaian materi oleh guru dalam circle time, selain mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi juga mempengaruhi ketertarikan siswa terhadap materi. Ketertarikan siswa terhadap materi dapat ditunjukkan dengan beberapa sikap positif siswa terhadap materi. Ketertarikan tersebut tercermin dari sikap siswa yang mau menyimak, 104 mendengarkan, berdiskusi, menanggapi ataupun menceritakan pengalamannya terkait materi, dan juga memahami materi. Dari hasil wawancara, diketahui para siswa antusias atau tertarik terhadap materi yang disampaikan atau dibahas dalam circle time karena materi kontekstual dengan kehidupan siswa dan juga disampaikan secara santai dan menarik oleh guru. Ketertarikan siswa terhadap materi yang disampaikan atau dibahas dalam circle time juga diperoleh dari hasil observasi peneliti yaitu siswa mau menanggapi topik materi yang disampaikan; mau bercerita tentang kejadian yang terjadi di kelas, masalah atau pengalamannya; dan tidak membuat gaduh selama morning carpet berlangsung. Tampak pada morning carpet Jumat, 14 Agustus 2015 di kelas 1 setelah guru menyampaikan topik tentang bagaimana berlaku ramah terhadap orang lain, ada siswa yang mau menyebutkan contoh sikap berlaku ramah terhadap orang lain. Kemudian juga ada siswa yang menceritakan pengalamannya tentang meminta maaf kepada orang lain. Pada morning carpet Selasa, 18 Agustus 2015 di kelas 2 guru menyampaikan tentang sikap-sikap yang menunjukkan cinta tanah air. Tampak beberapa siswa menceritakan pengalamannya ketika mengikuti lomba 17 Agustus kemarin. Pada morning carpet Rabu, 19 Agustus 2015 di kelas 3 disampaikan materi tentang hidup disiplin. Pada sesi diskusi ada siswa yang bercerita pengalamannya ketika berangkat sekolah melihat kecelakaan motor. Pada morning carpet 105 Kamis, 20 Agustus 2015 di kelas 4 dijelaskan tentang penggunaan gadget dan media sosial secara bijaksana. Ada siswa yang bercerita bahwa ia diejek temannya di facebook karena foto yang diuploadnya. Ketertarikan siswa terhadap materi harapannya dapat memberikan nilai-nilai positif ke siswa dan memberikan hal positif terhadap perilaku bullying di sekolah. Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan hal positif dari adanya circle time terhadap perilaku bullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta yaitu berperan menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik pada diri anak dan sebagai sarana membantu penyelesaian masalah anak sehingga tidak ada masalah berkelanjutan di antara siswa. Dengan terselesaikannya masalah siswa dapat menghindarkan kemungkinan adanya perilaku dendam atau ingin membalas kepada siswa lain. Jika siswa dapat berperilaku baik dan mengatasi masalahnya maka secara langsung dapat menekan perilaku bullying. Adapun hasil observasi juga menunjukkan hal positif dari adanya circle time terhadap perilaku bullying di sekolah. Morning carpet membuat siswa menjadi mengerti akan sikap-sikap yang baik dalam hidup karena guru selalu menunjukkan nilai-nilai yang dapat dipetik dari topik materi atau cerita yang disampaikan siswa. Agar circle time berjalan semakin baik, perlu dilakukan evaluasi dari pelaksanaan circle time. Dari hasil wawancara kepala sekolah dan guru, diketahui evaluasi dari pelaksanaan kegiatan dalam circle time yaitu dilaksanakan saat rapat guru dengan melaporkan materi yang 106 disampaikan sehingga guru dapat saling bertukar materi untuk circle time selanjutnya. Begitu juga pada rapat guru Kamis, 13 Agustus 2015 dilakukan evaluasi dari morning carpet dengan cara guru melaporkan topik materi yang disampaikannya dalam morning carpet. Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan circle time yaitu semacam pertemuan antar siswa dimana siswa bisa bebas berdiskusi dan berefleksi tentang nilai-nilai atau aturan-aturan berperilaku. Circle time di SD Tumbuh 2 Yogyakarta bernama morning carpet yang dilaksanakan sebelum pelajaran selama 15-30 menit pada hari yang telah ditentukan masing-masing kelas, yaitu hari Selasa untuk kelas 2 dan kelas 5, hari Rabu untuk kelas 3 dan kelas 6, hari Kamis untuk kelas 4, dan hari Jumat untuk kelas multi prep 1 dan kelas 1. Circle time diikuti oleh siswa dan guru sebagai satu rangkaian kegiatan pembelajaran. Peran guru dalam circle time yaitu berperan menyampaikan materi, membuat suasana kegiatan menjadi menyenangkan, memberikan feedback atas tanggapan dari siswa. Sementara siswa berperan sebagai audience, menanggapi materi yang disampaikan ataupun membagi pengalamannya dengan siswa lain. Peran guru dan siswa dalam circle time tidak terlepas dari kegiatan yang dilakukan dalam circle time. Terdapat berbagai kegiatan dalam circle time. Secara garis besar rangkaian kegiatan dalam circle time meliputi diantaranya penyiapan pembukaan, penyampaian topik 107 materi, diskusi tentang topik materi, share pengalaman atau masalah siswa, dan kesimpulan. Selain kegiatannya yang bermacam, materi dalam circle time pun bermacam pula yang harapannya dapat menambah pengetahuan dan memberikan nilai-nilai positif kepada siswa. Materi dalam circle time bisa meliputi tentang bullying ataupun topik-topik lain yang sedang hangat dan sekiranya bermanfaat bagi siswa. Materi tersebut diantaranya toilet training, makanan 4 sehat 5 sempurna, sikap empati, cara berteman yang baik, pengunaan gadget dan sosmed yang bijaksana, global warming. Materi tentang bullying berhubungan dengan aturan atau cara bersikap yang baik. Cara penyampaian materi dalam circle time dilakukan semenarik mungkin, dalam hal ini tergantung dari kreativitas guru. Cara-cara penyampaian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan powerpoint yang kemudian dijelaskan oleh guru, pemutaran videofilm, dan siswa diajak brainstorming terkait materi yang disampaikan agar siswa tetap fokus dan tidak ramai sendiri. Ketertarikan siswa terhadap materi dapat ditunjukkan dengan beberapa sikap positif siswa terhadap materi. Ketertarikan tersebut terbukti dari siswa mau menyimak, mendengarkan, berdiskusi, menanggapi ataupun menceritakan pengalamannya terkait materi, dan juga memahami materi. Berbekal ketertarikan siswa terhadap materi, maka circle time dapat membawa hal positif terhadap perilaku bullying di sekolah yaitu 108 memberikan pemahaman kepada siswa akan pengetahuan atau nilai- nilai yang baik dan membantu siswa menyelesaikan masalahnya sehingga dengan terselesaikannya masalah siswa dapat menghindarkan kemungkinan adanya perilaku dendam atau ingin membalas kepada siswa lain. Jika siswa dapat berperilaku baik dan mengatasi masalahnya maka secara langsung dapat menekan perilaku bullying. Adapun evaluasi dilaksanakan saat rapat guru dengan cara guru melaporkan topik yang disampaikan dalam circle time. Dari laporan- laporan topik tersebut guru dapat bertukar materi untuk topik materi circle time minggu selanjutnya.

2. Kendala dalam Implementasi Program Antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta

Program antibullying merupakan sebuah usaha untuk menangani perilaku bullying. Implementasi program antibullying dapat dilakukan dalam berbagai aktivitas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, terdapat beberapa aktivitas yang tidak ada dalam program antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta. Aktivitas tersebut meliputi hari atau pekan antibullying, penggunaan kurikulum informal, dan support group. Sedangkan aktivitas yang ada dalam program antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta meliputi poster, pembentukan dewan pengawas, pertemuan dan pelatihan untuk keluarga, penggunaan kurikulum, perbaikan lingkungan, dan circle time. Walaupun teknis atau cara pelaksanaannya yang berbeda-beda, namun aktivitas-aktivitas tersebut 109 mempunyai satu tujuan utama yaitu untuk mengatasi perilaku bullying di sekolah. Dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas yang ada dalam program antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta tersebut, terdapat beberapa kendala yang membuat pelaksanaan belum berjalan secara maksimal. a. Kendala dalam Poster Dalam aktivitas poster terdapat kendala, salah satunya terkait tempat pemasangan poster. Masih ada poster yang pemasangannya kurang tepat. Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua dan siswa, diketahui poster yang ada di SD Tumbuh 2 Yogyakarta rata-rata mudah terbaca karena sudah di pasang di tempat-tempat yang strategis yaitu yang banyak dilewati orang setiap harinya. Namun terdapat pemasangan poster yang terlalu tinggi dan tulisannya yang terlalu kecil sehingga bagi siswa agak menyulitkan untuk dibaca. Hasil wawancara di atas, diperkuat dengan hasil observasi yang diperoleh pada Senin, 10 Agustus 2015. Poster yang dipasang di koridor utama sekolah dan dinding dekat taman sekolah mudah dilihat dan dibaca oleh setiap orang yang melewatinya. Hanya saja ada satu poster yang diletakkan terlalu tinggi di dekat tangga dan tulisannya terlalu kecil sehingga agak susah untuk dibaca. Selain itu, masih banyak area sekolah yang belum dimanfaatkan untuk pemasangan poster. Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan kendala dalam implementasi poster di SD Tumbuh 2 Yogyakarta yaitu terdapat 110 pemasangan poster yang agak terlalu tinggi dan tulisannya yang terlalu kecil sehingga menyulitkan bagi siswa yang ingin membacanya, dan juga belum maksimalnya area sekolah yang dimanfaatkan dalam pemasangan poster. b. Kendala dalam Pembentukan Dewan Pengawas Dewan pengawas bertugas mengawasi perilaku anak di jam-jam istirahat ataupun makan siang dengan cara berkeliling ke area sekolah. Pengawasan bertujuan agar anak tidak melakukan aktivitas yang tidak baik ataupun berbahaya, yang tidak menghindari kemungkinan salah satu di antaranya termasuk bullying. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, diketahui kendala yang dihadapi selama pelaksanaan dewan pengawas yaitu guru pernah jengah dalam pengawasan. Sementara itu, salah seorang guru mengungkapkan bahwa dewan pengawas sudah berjalan baik hanya saja pernah ada kejadian anak lepas dari pengawasan karena berada di luar wilayah SD Tumbuh 2 Yogyakarta. Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan kendala dalam implementasi dewan pengawas di SD Tumbuh 2 Yogyakarta yaitu adanya aktivitas anak yang pernah terlepas dari pengawasan dewan sekolah, yang salah satunya disebabkan anak berada di luar wilayah pengawasan dewan pengawas. c. Kendala dalam Pertemuan dan Pelatihan untuk Keluarga Pertemuan dan pelatihan untuk keluarga digunakan sebagai forum untuk menyelaraskan yang dilakukan orang tua di rumah dengan yang 111 dilaksanakan di sekolah. Ada bermacam-macam pertemuan dan pelatihan untuk keluarga di SD Tumbuh 2 Yogyakarta. Dalam kaitannya dengan program antibullying, pertemuan dan pelatihan untuk keluarga di SD Tumbuh 2 Yogyakarta meliputi parents meeting, parents seminar, dan parents counseling. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, diketahui kendala dalam pertemuan dan pelatihan untuk keluarga yaitu belum banyak orang tua yang mau ikut aktif menanggapi atau menyampaikan aspirasinya dalam pertemuan. Guru juga turut serta mengungkapkan kendala dalam pertemuan dan pelatihan untuk keluarga yaitu belum tersalurkannya semua aspirasi dari orang tua, orang tua kurang berpartisipasi aktif, dan orang tua belum sepenuhnya menghayati yang sekolah sampaikan sehingga ketika dihadapkan masalah, terkadang bertindak tidak sesuai dengan apa yang telah disosialisasikan sekolah. Orang tua yang belum sepenuhnya menghayati materi yang sekolah sampaikan, kurangnya partisipasi aktif dan belum tersalurkannya semua aspirasi, erat berkaitan dengan kesadaran dan keantusiasan peserta dalam mengikuti pertemuan dan juga cara penyampaian materi dalam forum atau pertemuan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui penyampaian materi dalam pertemuan dan pelatihan untuk keluarga dengan menggunakan powerpoint yang lalu dijelaskan oleh narasumber. Lebih lanjut, berdasarkan hasil observasi yaitu saat parents seminar yang