Bullying 1. Pengertian Bullying KAJIAN PUSTAKA
16 sebagai tindakan reaktif yang dilakukan oleh sekelompok anak atau
orang untuk secara mendadak atas perlakuan atau gangguan lain kepada anggota kelompoknya.
b. Teori yang merujuk pada tindakan agresi proaktif yang dikembangkan Olweus. Tindakan secara proaktif ini bersifat lebih luas, yakni tindakan
yang dilakukan sengaja untuk maksud tertentu, sebagai motivasi atau hukuman pada korbannya untuk mendapatkan balasan.
Banyak pakar memasukan berbagai elemen untuk mendefinisikan perilaku bullying. Quistgaard, 2009, Craig Pepler, 1999 dalam
Husmiati Yusuf dan Adi Fahrudin, 2012: 2 menyebutkan elemen dari perilaku bullying adalah sebagai berikut:
a. Perilaku bullying melibatkan ketidakseimbangan kuasa. Pelaku biasanya mempunyai kuasa lebih seperti faktor umur, ukuran badan,
dukungan rekan sebaya, atau mempunyai status yang lebih tinggi. b. Perilaku bullying merupakan aktivitas yang diulang-ulang dan korban
lazimnya disisihkan dalam keadaan yang kronik. c. Perilaku bullying dilakukan dengan tujuan untuk menyakiti korban.
d. Yang termasuk perilaku bullying diantaranya agresivitas fisik, penghinaan lisan, penyebaran fitnah gosip, dan ancaman penyisihan
dari kelompok sebaya.
17 Sementara itu Ponny Retno Astuti 2008: 56 menyebutkan ada
beberapa karakter yang menunjukkan bullying, yakni: a. Perilaku melecehkan, mengancam, dan menyakiti korban yang
dilakukan secara langsung dan sistematik. b. Perilaku menyebabkan rasa takut pada korban.
c. Perbuatan dilakukan
berdasarkan ketidakseimbangan
atau penyalahgunaan kekuasaan.
d. Perbuatan, umumnya selalu mengambil tempat menurut kepentingan kelompok pelaku.
Pada umumnya bullying banyak terjadi di lingkungan sekolah yang menurut Rigby dalam Ponny Retno Astuti, 2008: 8 memiliki
karakteristik terintegrasi sebagai berikut: a. Ada perilaku agresi yang membuat pelaku senang untuk menyakiti
korbannya. b. Tindakan dilakukan secara tidak seimbang sehingga membuat
korbannya merasa tertekan. c. Perilaku dilakukan secara berulang-ulang atau terus-menerus.
Selanjutnya Wiyani dalam Gerda Akbar, 2013: 27 menyebutkan bahwa sebuah perilaku dapat dikatakan sebagai tindakan bullying apabila:
a. Ada perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban, seorang pelaku biasanya merupakan seseorang yang lebih dominan dari segi fisik
maupun mentalnya dibandingkan dengan orang yang merasa dirinya lemah atau dianggap lemah oleh orang lain.
18 b. Ada niat untuk menimbulkan penderitaan atau rasa sakit korban, para
pelaku bullying memiliki perasaan acuh, cuek atau tidak memiliki kepedulian terhadap penderitaan orang lain, ia menyakiti orang lain
agar kekuatan yang dimilikinya mendapat pengakuan oleh korban ataupun orang-orang disekitarnya.
c. Perilaku dilakukan berulang kali, setelah melakukan tindakan bullying kepada korbannya para pelaku merasakan kenikmatan batin tersendiri
yang membuatnya merasa puas dan bangga terhadap kekuatan yang ia miliki sehingga pelaku termotivasi melakukan tindakan agresifnya
berulangkali agar dapat merasakan kebanggan tersebut terus-menerus. Adapun menurut Elizabeth A. Barton 2003: 1 perilaku dapat disebut
bullying jika mencakup karakteristik sebagai berikut: a. Bullying is intentional aggression that may be physical, verbal, or
more indirect relational. b. Bullying exposed victims to repeated aggression over an axtended
periode of time. c. Bullying occurs within an interpersonal relationship characterized by
a real or perceived imbalance of power. Such power may originate from physical size or strength, or from psychological power, with
children who have great peer influence exhibiting greater power in bully-victim relationship.
Maksud dari karakteristik bullying menurut Elizabeth A. Barton tersebut yaitu:
a. Bullying adalah agresi yang disengaja yang mungkin secara fisik, verbal, atau tidak langsung relasional.
b. Korban bullying mengalami agresi berulang selama jangka waktu.