Pengertian Program Antibullying IMPLEMENTASI PROGRAM ANTIBULLYING DI SD TUMBUH 2 YOGYAKARTA.

30 berkaitan usaha mengatasi bullying. Melibatkan siswa dalam proses produksi dan desain poster akan mendukung pemahaman dan keterlibatan siswa dalam program antibullying sehingga harapannya siswa menjadi lebih bertanggung jawab dalam pelaksanaan program antibullying. c. Pembentukan Dewan Pengawas Merupakan strategi yang proaktif dalam mengawali aksi dari seluruh sekolah. Pembentukan dewan ini mempertegas bahwa bullying perlu diatasi. Tugas dewan pengawas adalah memantau sejauh mana bullying dapat dicegah. Di dalam forum dapat menjadi wadah untuk mendiskusikan aksi-aksi nyata untuk mengatasi bullying yang terjadi. d. Pertemuan dan Pelatihan untuk Keluarga Tujuan dari kegiatan ini adalah mendapatkan peran seluas- luasnya dari semua pihak agar dapat terlibat dalam kampanye antibullying. Diskusi dan penjelasan akan cara-cara mengatasi bullying perlu dilakukan untuk menghindarkan bullying yang semakin merajalela. e. Penggunaan Kurikulum Banyak bagian dari kurikulum yang dapat dimanfaatkan untuk eksplorasi keterampilan-keterampilan pokok, pengetahuan, pemahaman, dan nilai-nilai sehingga siswa dapat menghindari bullying dan memperkecil kemungkinannya untuk melakukan bullying terhadap orang lain. Penyusunan kurikulum yang tepat akan dapat menutup 31 ruang terjadiya bullying di sekolah. Kurikulum yang efektif harus dapat menyediakan persepsi yang sama sehingga dapat dijadikan landasan bertindak. f. Penggunaan Kurikulum Informal Kurikulum informal digunakan untuk mendukung implementasi dari kurikulum yang antibullying agar menjadi lebih efektif. Kegiatan- kegiatan dalam kurikulum informal ini contohnya kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, kesenian, peringatan hari besar yang melibatkan siswa dan seluruh warga sekolah untuk bertindak secara kolektif. g. Perbaikan Lingkungan Sekolah perlu membuat strategi untuk daerah-daerah rawan tempat terjadinya bullying. Daerah-daerah rawan tersebut dapat menjadi sasaran yang tepat untuk sasaran perbaikan lingkungan sehingga nilai-nilai keluhuran dapat terjaga dan rasa aman serta harga diri siswa dapat terlindungi dengan baik. Perbaikan lingkungan juga dapat berarti menciptakan suasana yang positif sehingga nilai-nilai keluhuran dan rasa aman serta harga diri siswa dapat terlindungi dengan baik. h. Circle Time Circle time adalah kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri atas orang dewasa dan anak, duduk bersama dengan tujuan untuk membangun pemahaman bersama. Orang dewasa yang terlibat dalam kegiatan circle time yaitu guru dan atau 32 narasumber yang sengaja didatangkan untuk berdiskusi dengan anak berdasarkan topik tertentu. Circle time dapat membantu para siswa dalam pengembangan keahlian seperti mendengarkan dan berempati. Hal ini dapat meningkatkan rasa hormat terhadap orang lain dan juga harga diri. Di dalam forum akan didiskusikan segala hal yang berkaitan dengan bullying dan siswa berkesempatan untuk mengambil alih kepemilikan akan aturan-aturan berperilaku seperti mendiskusikan nilai-nilai yang mereka junjung bersama, hal-hal yang mereka inginkan dan tidak inginkan. Contohnya sikap-sikap orang lain yang mereka inginkan dalam memperlakukuan mereka. i. Support Group Keterlibatan orang dewasa dan anak-anak dalam komunitas seharusnya menjadi bagian dari program sekolah dalam mengatasi bullying. Pembentukan dukungan teman sebaya akan efektif karena tidak ada kecanggungan antara siswa sehingga anak yang bersangkutan lebih terbuka dan pendekatan yang digunakan pun lebih dapat diterima. Sementara itu di luar negeri terdapat program antibullying yang banyak diterapkan di berbagai negara yaitu Olweus Bullying Prevention Program OBPP. Berikut adalah aktivitas-aktivitas OBPP menurut Dan Olweus dan Susan P. Limber 2009: 380: a. School-Level Components Komponen Tingkat Sekolah 1 Establish a Bullying Prevention Coordinating Committee Membentuk komite koordinasi pencegahan bullying