19
Pedoman dan Modul Pencegahan Positif
peserta yang mau secara sukarela.
• Kualitas berlaga tidaklah penting, akan tetapi diskusi yang dihasilkan dari bermain peran
lebih penting.
• Fasilitator sebaya harus memberi instruksi yang jelas tentang bagaimana berlaga dalam
bermain peran karena kalau tidak maka kegiatan bermain peran tidak akan menimbulkan persoalan yang diharapkan muncul untuk kemudian dapat didiskusikan.
• Bermain peran ampuh bila dilakukan dengan semangat dan kreativitas. Misalnya
fasilitator sebaya dapat mendorong peserta untuk menggunakan perlengkapan yang dibutuhkan seperti misalnya topi atau tas agar membuat bermain peran lebih terlihat
seperti sesungguhnya dan menarik.
• Bermain peran dapat mengingatkan seseorang akan pengalaman pahit yang pernah
dialaminya dalam kehidupan sesungguhnya. Oleh karena itu fasilitator sebaya harus sebelumnya bersiap-siaplah untuk memberi dukungan bila pemain peran secara emosi
sudah terlalu hanyut.
• Setelah melakukan bermain peran, ajaklah peserta untuk melihat kembali situasi diri
mereka sesungguhnya dan tekankan bahwa hal yang baru terjadi hanyalah suatu skenario di mana mereka memainkan suatu peran saja dalam kegiatan bermain peran.
Jelaskan kepada peserta bahwa sekarang mereka kembali ke situasi yang sesungguhnya. Bila peserta masih terlihat hanyut dengan masalah yang diperagakan, lakukanlah suatu
kegiatan yang membuat mereka tersentak kembali ke situasi nyata.
Dalam kenyataan ada beberapa orang yang tidak suka menggambar atau bermain peran. Bila hal ini muncul fasilitator sebaya dapat:
• Memberi semangat kepada mereka untuk mencobanya • Melakukan sebagian dari tugas tersebut. Fasilitator sebaya dapat memulainya dengan
memberi contoh menggambar kemudian meyakinkan bahwa hal tersebut tidak terlalu sulit untuk dilakukan, atau bersama fasilitator sebaya lainnya bermain peran kemudian
meminta peserta untuk memberi komentar.
• Bila perlu tanyakan apakah ada pilihan lain. Misalnya menceritakan suatu kisah tentang
suatu situasi atau mendiskusikan suatu kasus.
11. Menggunakan Ice-Breakers, Energizers dan Kegiatan Kerja Sama Tim
Ada berbagai macam kegiatan permainan yang mempunyai tujuan dan fungsi masing- masing. Di antaranya yang sering dipakai dalam sesi atau pelatihan adalah ice-breakers atau
pemecah kekakuan, energizers atau penambah semangat dan kerja sama dalam tim. Ice- breakers biasanya digunakan pada awal pertemuan untuk memecah suasana yang kaku,
di mana peserta saling diam, menahan diri, atau berusaha menjaga citra diri. Energizer biasanya digunakan pada suasana di mana peserta mengantuk, kurang bersemangat. Ice-
breaker dan energizer juga dapat digunakan untuk situasi serius yang membangkitkan emosi, sehingga melalui kegiatan ini diharapkan suasana dapat dikembalikan menjadi normal dan
santai. Kegiatan permainan kerja sama dalam tim sebaiknya digunakan bila suatu kegiatan perdebatan yang alot dan persaingan perorangan selesai dilakukan. Tujuannya adalah untuk
membuat peserta bersatu kembali sebagai kelompok dengan membangkitkan perasaan
20
Pedoman dan Modul Pencegahan Positif
kebersamaan. Fasilitator sebaya hendaknya senantiasa secara jeli membaca situasi dalam kelompok dan dengan kreatif mengambil tindakan untuk menciptakan situasi dalam
kelompok menjadi nyaman dan bersemangat.
12. Menghadapi Situasi Sulit
Masalah yang muncul dalam kegiatan sesi Pencegahan bagi Orang yang Terinfeksi HIV – terutama modul yang berkaitan dengan isu membuka diri, penolakan masyarakat dan
penerimaan diri – bisa menjadi sangat meresahkan peserta maupun fasilitator. Hal ini kemungkinan besar dapat mengingatkan mereka kembali akan pengalaman pahit yang
pernah dialami seperti misalnya didiskriminasi dan akibatnya membuat mereka menangis atau marah. Sementara emosi semacam itu adalah wajar dan merupakan bagian penting dari
suatu proses pembelajaran mengatasi masalah pahit, namun dapat menimbulkan kesulitan pada individu maupun kelompok secara keseluruhan.
Untuk mencegah situasi sulit seperti demikian ada beberapa hal yang dapat dilakukan fasilitator sebaya sebelum, selama dan setelah membawakan sesi Pencegahan bagi Orang
yang Terinfeksi HIV. Hal-hal tersebut mencakup antara lain:
• Menguraikan dengan jelas sesi ini dan menetapkan aturan dasar yang mendukung,
termasuk menekankan bahwa:
• Sesi ini bersifat rahasia, yaitu informasi data pribadi yang muncul dalam sesi dijamin
tidak akan disebarluaskan kepada pihak lain
• Peserta tidak harus berbicara tentang situasi pribadinya. • Tujuannya adalah mencari solusi atas suatu hal yang sulit atau kesulitan yang dihadapi
orang.
• Menggunakan teknik ‘Tempat Parkir Mobil’. Sediakan sehelai kertas dan tempelkan di
dinding dengan tulisan ‘Tempat Parkir Mobil’ – di mana isu-isu yang sulit dapat diparkirkan dicantumkan di sana. Dengan cara ini tidak akan membuat kegiatan menjadi mandek,
dan isu tersebut dapat dibahas kemudian, mungkin saat peserta sudah tidak begitu tegang dan marah.
• Rencanakan dukungan yang dapat diberikan. Contohnya, pada saat seorang menjadi
sangat marah dan emosional, sebaiknya fasilitator sebaya tidak menjadi panik atau mengabaikannya. Sebaliknya melakukan sebagian atau semua hal berikut ini:
• Berikan kesempatan bagi mereka untuk berbagi perasaan mereka. • Tanyakan kepada mereka apa yang ingin mereka lakukan; apakah ingin terus lanjut di
dalam kelas atau mau sendiri saja untuk beberapa saat untuk kemudian bergabung kembali
• Bila peserta meninggalkan ruang, mintalah salah seorang fasilitator atau peserta latih
lain untuk mendampingnya.
• Usulkan agar semua berhenti sejenak selama 10 menit. Manfaatkan waktu rehat ini
untuk menampung perasaan peserta.
• Bila kelompok menghendaki untuk lanjut, lanjutkan sesinya. • Pada akhir sesi, bicara tentang perasaan peserta yang marah dan peserta lainnya
• Tawarkan rujukan ke layanan yang memberi dukungan emosional, seperti konselor
21
Pedoman dan Modul Pencegahan Positif
atau kelompok dukungan sebaya. Secara umum tujuan modul pencegahan Bagi Orang yang Terinfeksi HIV adalah untuk
memberikan pemahaman tentang pentingnya pencegahan bagi orang yang terinfeksi HIV.
13. Pengenalan Modul Pencegahan Positif