49
informal yang melakukan aktifitas ekonominya menggunakan ruas trotoar yang tidak mendapatkan proteksi yang sebenarnya dari pemerintah.
Menurut Buchari Alma 2007 : 157-158 PKL memiliki karakteristik pribadi wirausaha, antara lain mampu mencari dan menangkap peluang
usaha, memiliki keuletan, percaya diri, dan kreatif serta inovatif. PKL mempunyai potensi yang sangat besar dan dapat dimanfaatkan sebagai
berikut : a.
PKL tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya dan eksistensinya tidak dapat dihapuskan.
b. PKL dapat dipakai sebagai penghias kota apabila ditata dengan baik.
c. PKL menyimpan potensi pariwisata.
d. PKL dapat menjadi pembentuk estetika kota bila didesain dengan baik.
Dari pendapat ahli diatas, dapat dipahami bahwa pedagang kaki lima PKL merupakan bagian dari kelompok usaha yang bergerak disektor
informal, dan pedagang kakilima adalah satu kegiatan ekonomi dalam wujud sektor informal. PKL adalah orang yang membuka usahanya dibidang
produksi dan jasa dengan menggunakan modal yang relatif kecil dan menempati ruang yang publik.
2.2.5.2 Ciri- ciri Pedagang Kaki Lima
Menurut Buchari, 2007: 157 ada beberapa ciri-ciri pedagang kaki lima yaitu:
1. Kegiatan usaha tidak terorganisir
2. Tidak memiliki izin berusaha
50
3. Tidak teratur dalam kegiatan berusaha baik ditinjau dari tempat usaha
maupun jam kerja 4.
Bergerombol ditrotoar atau ditepi-tepi jalan 5.
Menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang sambil berlari mendekati konsumen.
2.2.5.3 Indikator Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima
Kondisi sosial ekonomi pada pedagang kaki lima merupakan cerminan dari kehidupan sehari-hari mereka. Pengertian kondisi sosial ekonomi
cenderung memperlihatkan tingkat kedudukan dengan status sosial orang lain berdasarkan pada salah satu atau kombinasi yang mencangkup tingat
pendidikan, pendapatan, prestise atau kekuasaan Siagian, 1998: 124. Indikator kondisi sosial ekonomi pedagang kaki lima yaitu :
1. Pendapatan pedagang kakai lima
2. Pendidikan formal
3. Modal dan fungsi modal
4. Tanggungan keluarga
5. Pengalaman usaha dan lama usaha
6. Umur pedagang kaki lima.
2.2.5.4 Kebijakan Pengelolaan PKL
Menjadi sebuah keniscayaan tatkala kota menjadi tumpuan harapan kehidupan. Kelengkapan fasilitas, jumlah penduduk yang besar menjadikan
kota sebagai tempat ramai. Berdidinya industri-industri perdagangan dan pusat administrasi memberikan tawaran lapangan kerja dengan iming-iming
51
gaji besar, disisi lain desa yang telah memberikan banyak tergusur oleh arus pembangunan dan industri, hingga tanah desa pun semakin menyempit dan
tak mampu lagi menghidupi orang yang semakin hari semakin bertambah banyak. Dan, orang pun berbondong-bondong datang kekota dengan
mempertaruhkan kehidupan di desa. Harapan tinggalah harapan ketika lapangan kerja yang tersedia tak cukup menampung jumlah pencarian kerja.
Bahkan ketika terjadi krisis ekonomi yang memaksa perusahaan-perusahan tersebut mengefektifkan pengeluaran dengan mengurangi jumlah tenaga kerja
yang ada, para urban ini pun tidak bisa berbuat banyak kecuali mencoba tetap bertahan di kota. Sektor informal akhirnya menjadi pilihan penyambung
hidup. Pengertian pedagang kaki lima PKL sebagaimana dimaksud dalam
Perda adalah pedagang yang dalam usahanya menggunakan sarana dan atau perlengkapan yang mudah dibongkar pasangdipindahkan dan atau
mempergunakan tempat usaha yang menempati tanah yang dikuasai Pemerintah Daerah atau Pihak Lain. Media Semarang, 2002: 13.
2.2.6 Kerangka Berpikir