Menara Kudus Kajian Teori

lx Ismail 2003: 117 menyatakan bahwa kelemahan metode pemberian tugas antara lain: a Seringkali siswa melakukan penipuan diri di mana siswa hanya meniru pekerjaan orang lain, tanpa mengalami proses belajar. b Adakalanya tugas itu pengerjaannya dibantu oleh orang lain. c Apabila tugas terlalu berlebihan dan sukar dapat mengganggu mental siswa. Berdasarkan uraian di atas, terlepas dari kelebihan dan kelemahan dari metode penugasan keberadaannya mampu membantu guru dalam meningkatkan pemahaman, kreativitas dan aktivitas belajar siswa.

4. Menara Kudus

Peninggalan sejarah berupa bangunan-bangunan kuno memegang peranan penting bagi bersemainya jati diri, karena di bangunan bersejarah itu menyimpan suatu idea vital dari pemilik atau pendukung kebudayaan tersebut. Dari dasar pemikiran ini, maka kebudayaan yang didalamnya terkandung nilai-nilai sejarah dalam pencerminan proses kehidupan masyarakat memang harus dinamis, sedinamis perkembangan manusia pada jamannya terutama pada masalah interpretasi. Media bagi berlangsungnya pembentukan kesadaran sejarah di masyarakat Kudus adalah monumen – monumen sejarah dan cerita-cerita lisan tentang monumen-monumen itu. Salah satu monumen yang membuat Kota Kudus menjadi terkenal adalah Menara Kuno Kudus – predikat kota lxi Kudus sebagai kota bersejarah karena adanya monumen ini. Menara Kudus inilah yang selalu mengingatkan masyarakat Kudus Kulon akan cikal bakalnya dan obsesinya akan masa silam. Kata Menara, dari perkataan manara. Adapun kata menara adalah berasal dari bahasa Arab : ” Manaruh” yang berarti tempat menaruh cahaya diatas mercusuar, Awalan “ ma” menunjukkan tempat. Jadi perkataan menara, dari asal kata “ nar” api atau “ nur” cahaya, menjadi “ Al – Manar” tempat cahaya. Tetapi kemudian mempunyai peringatan yang lain. Yaitu tempat yang dipergunakan oleh muadzin untuk beradzan menyeru orang bersembahyang. Bentuk menara masjid Kudus adalah lain daripada bentuk menara – menara masjid yang lain. Karena bentuk bangunannya jelas menunjukkan adanya pengaruh seni bangunan zaman pra – Islam Dalam hubungan ini Flipper dalam Solichin Salam 1977 : 33 mengungkapkan tentang Menara Kudus, a.l. sebagai berikut : Orang mengira bahwa menara tertua di Jawa adalah Menara Kudus. Bangunannya yang megah ini adalah semata – mata style Hindu – Jawa, dan sudah dibentangkan secara terperinci oleh Burmund dan oleh Krom dan karenanya saya tidak perlu mengulangnya. Menurut perkiraan Krom Menara ini dibangun pada permulaan abad ke – XVI. Akan tetapi apakah ini tadinya betul – betul Menara, pertama – tama adalah mengherankan bahwa bangunan yang bagus ini jika seandainya ia dibangun sebagai manara dalam abad ke – XVI yang tidak pernah ditiru. Semua menara – menara yang lebih tua dibangun menurut style asing dan tidak menurut style Jawa. Adalah sangat menonjol, bahwa menara Kudus mempunyai sebuah bedug besar, artinya sebuah drum yang dipukul setiap kali menurut kebiasaan kuno untuk memberitahukan bahwa waktu sholat telah tiba, juga sebelum azan diserukan. Kini bedug adalah sesuatu barang kuno di Indonesia, dan bedug sebagai alat untuk memberi tanda. Mula – mula tidak ada hubungannya dengan Islam; bedug ini tadinya tidak ditemukan di manapun juga di menara, karena biasanya dia ditempatkan di serambi. Juga kadang – kadang ditempatkan di bagian lxii dalam dari masjid atau ditaruh disebuah bangunan kecil yang terpisah dari masjid. Menara Kudus dibangun oleh Raden Ja’far Shodiq yang lebih dikenal dengan Sunan Kudus. Sunan Kudus adalah putra dari Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung dari Jipang Panolan Blora, dari hasil perkawinannya dengan Syarifah, putri Sunan Ampel.jadi kakek Sunan Kudus adalah Sunan Ampel. Belum ada sumber yang jelas kapan persisnya Ja’far Shodiq tiba di Kudus. Pada waktu Ja’far Shodiq menginjakkan kaki di Kudus, kota itu masih bernama Tajug. Menurut penuturan warga setempat, yang mula – mula mengembangkan Tajug adalah Kyai Telingsing The Ling Sing seorang Cina beragama Islam yang telah datang pada tahun 400 – an. dari Hunan, Tiongkok Selatan bersama teman-teman sekampung yaitu Kyai Ageng Wajah, Kyai Ageng Kedangeyan dan Nyi Ageng Mlati. Tujuannya menyebarkan Islam di Kudus. Karena itu tak heran jika terdapat ukiran burung Hong dan Nagara pada ukiran-ukiran rumah di Kudus. Dengan demikian pemukiman itu sudah ada sebelum kedatangan Ja’far Shodiq Zainuri, 2007 : 91. Menara Kudus menghadap ke barat dan bentuknya menyerupai bangunan candi yang terbagi atas tiga bagian, yaitu : bagian kaki, tubuh, dan puncak. Kaki menara mempunyai denah berbentuk bujur sangkar yang setiap sisinya berukuran 9,5 meter. Di kaki menara ini terdapat ornamen – ornamen yang menghiasi kaki menara berupa panil – panil segi empat panjang tanpa hiasan. Badan menara berdenah bujur sangkar dengan ukuran tiap sisinya 6,30 meter. Pada badan menara terdapat panil – panil segi empat polos, lxiii lingkaran dan palang Yunani yang diisi piring – piring porselin. Adapun puncak menara berupa ruangan mirip pendapa yang berlantaikan papan. Diatas bangunan tersebut diberi atap tumpang bertingkat dua, yang terbuat dari sirap. Pada sisi barat terdapat penampil yang menjorok ke depan. Di kanan kiri penampil itu terdapat tembok yang merupakan sayap tangga. Tangga itu menghubungkan bagian dasar bangunan dengan kaki dan tubuh bangunan, sedangkan untuk menuju puncak menara harus melalui tangga lagi yang terbuat dari kayu. Para peneliti dari dalam negeri juga sepakat bahwa menara ini jelas bercorak mirip bangunan candi atau menara Kul – Kul di Bali. Beberapa peneliti menghubungkan bentuk menara itu dengan candi Jago, terutama jika dilihat dari arsitektur dan kesamaan ragam hias tumpalnya. Ada pula yang menyamakan Menara Kudus ini dengan candi di Singosari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh Hindu cukup kuat berkembang, sehingga masih dapat meninggalkan bekas – bekasnya. Bahkan pengaruh ini masih ada yang dapat bertahan walaupun daerah ini menjadi Islam. Seperti atap tumpang bertingkat tiga yang menutupi masjid, bangunan Gapura yang mengelilingi atau terdapat pada tembok penutup kompleks, yang semuanya mirip dengan pola arsitektur Hindu seperti pada bangunan-bangunan suci di Bali. Kemudian unsur tradisi tampak pada tembok keliling dengan pintu gerbang pada kompleks Masjid, merupakan warisan tradisi seni bangunan pola Jawa-Hindu. lxiv Tempat wudhu di Masjid Menara Kudus yang mempunyai delapan kran air, juga mengingatkan kita pada nilai filosofi kepercayaan agama Budha. Bahwa manusia, jika ingin sukses harus melalui delapan jalur kebenaran yang disebut Astasanghikamarga, yaitu : pengetahuan, keputusan, perkataan, perbuatan, cara penghidupan, daya usaha, meditasi, kontemplasi. Kebiasaan unik Sunan Kudus dalam berdakwah adalah dengan berakulturasi dengan peradaban Hindu yang telah berkembang sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan larangan menyembelih sapi yang disucikan mereka, tapi makan dagingnya diperbolehkan. Daging yang dimakan, mereka datangkan dari luar Kudus seperti Jepara, Pati dan sebagainya. Selain itu, karena Sunan Kudus seorang yang faqih maka masalah penentuan awal puasa menjadi perhatiannya. Untuk mengundang para jamaah ke masjid, Sunan Kudus menabuh bedug bertalu – talu. Setelah jamaah berkumpul di masjid, Sunan Kudus mengumumkan kapan persisnya hari pertama puasa. Acara ini kemudian dikenal dengan nama Bedhug Dhandang Zainuri, 2007 : 93. Tahun pendirian Menara Kudus mungkin berhubungan dengan inskripsi berbahasa arab diatas mihrab dan tulisan pada tiang di atap bangunan yang tergores candrasangkala yang berbunyi ”gapuro rusak ewahing jagad” yang berbobot angka 1685 Masehi. Namun juga ada ahli yang memperkirakan menara dibangun pada abad ke-16 Sedangkan nama Kudus sendiri berasal dari kata Al Quds seperti bunyi inskripsi yang terdapat di atas mihrab Masjid Menara kudus, yang bisa menjelaskan bahwa pendiri lxv masjid itu bernama : Ja’far Shodiq . Dan masjid tersebut diberi nama masjid Al Aqsa atau Al Manar , dan kotanya disebut pula dengan Al Quds Kudus yang artinya suci Syafwandi, 1985 : 18.

B. Penelitian Yang Relevan

Sri Kusdinah dalam penelitiannya pada tahun 1988 1989 dengan judul Studi Keefektifan Metode Resitasi dan Diskusi Terhadap Prestasi Belajar IPS Sejarah Ditinjau Dari Tnigkat Kesadaran Sejarahnya Suatu Eksperimen Pada SMP Swasta di Kota Madya Surakarta, menyimpulkan bahwa metode ceramah dan resitasi lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar IPS sejarah di SMP. Ada interaksi antara metode pengajaran dan tingkat kesadaran sejarah sehingga ada perbedaan pengaruh efektivitas antara siswa yang berkesadaran sejarah tinggi dengan yang berkesadaran rendah terhadap prestasi belajar siswa. Mauidhatul Khasanah dalam penelitiannya dalam judul Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIIc Semester II Smp Negeri 36 Semarang Tahun P elajaran 20062007 Pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Resitasi , menyimpulkan hasil penelitian bahwa melalui implementasi model pembelajaran kooperatif dengan metode resitasi dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VIIIC SMP Negeri 36 Semarang tahun pelajaran 20062007 dalam pembelajaran matematika pada materi pokok bangun ruang sisi datar, dan Melalui implementasi model pembelajaran kooperatif dengan metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIC SMP

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA NU AL MA’RUF KUDUS

2 24 274

SUMBANGAN MOTIVASI DAN KONDISI FISIK SISWA TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI PUTRA DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMA NU AL MA’RUF KUDUS TAHUN 2013

0 21 90

MAKALAH SUNAN KUDUS

1 4 8

UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA TIM DALAM KELOMPOK BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SMA NU AL MA’RUF KUDUS TAHUN PELAJARAN 20122013

0 0 22

2015 UPAYA MENINGKATKAN BERPIKIR KREATIF MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN BERBANTUAN MIND MAP PADA SISWA KELAS X SMA NU AL MA’RUF KUDUS TAHUN PELAJARAN 20132014 SKRIPSI

0 0 22

IMPLEMENTASI METODE EKSPLORASI, PENGENALAN DAN APLIKASI KONSEP (EPA) DALAM MENINGKATKAN KETRAMPILAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN KELAS X DI SMA NU AL MA’RUF KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 27

IMPLEMENTASI METODE EKSPLORASI, PENGENALAN DAN APLIKASI KONSEP (EPA) DALAM MENINGKATKAN KETRAMPILAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN KELAS X DI SMA NU AL MA’RUF KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 11

b. Gagasan berdirinya SMA NU AL Ma’ruf Kudus - IMPLEMENTASI METODE EKSPLORASI, PENGENALAN DAN APLIKASI KONSEP (EPA) DALAM MENINGKATKAN KETRAMPILAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN KELAS X DI SMA NU AL MA’RUF KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016

0 3 32

2. Sejarah Berdirinya Madrasah - STRATEGI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI MA NU BANAT KUDUS (STUDI KASUS DI MA NU BANAT KUDUS) - STAIN Kudus Repository

0 0 53

IMPLEMENTASI METODE BERCERITA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK (STUDI KASUS DI RA MUSLIMAT NU AL KHURRIYA 01 BESITO GEBOG KUDUS) TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 24