cxlii murid, komite sekolah, dan YM3SK untuk mencarikan solusi pemecahan
follow up
berbagai permasalahan yang muncul dalam penggunaan metode resitasi pada pembelajaran sejarah Islamisasi dengan memanfaatkan Menara
Kudus sebagai sumber sejarah dapat terwujud sehingga tujuan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran sejarah dapat tercapai sesuai
yang diharapkan. Dengan demikian permasalahan yang muncul dalam penggunaan metode resistasi di SMA Al-Ma’ruf Kudus diatasi dan
diselesaikan secara bersama-sama oleh seluruh komponen pendidikan yang ada di SMA tanpa efek yang berarti.
D. Pembahasan
Proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik apabila guru dalam memilih metode pembelajaran sesuai dengan sumber belajar yang digunakan.
Sumber belajar yang berupa objek yang dapat ditemui di lingkungan sekitar sangat tepat menggunakan metode pembelajaran resitasi. Metode ini dapat
menumbuhkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode resitasi dalam pelajaran sejarah islamisasi dengan menggunakan objek
Menara Kudus dapat berjalan apabila guru memahami dengan baik objek Menara Kudus tersebut sebagai sumber belajar siswa.
1. Pemahaman guru sejarah di SMA NU Al – Ma’ruf Kudus terhadap Menara
Kudus sebagai sumber pembelajaran sejarah Islamisasi di Kudus. Makna pengajaran sejarah untuk mengkaji lebih mendalam
bentuk proses pengajaran sejarah yang sesuai dengan karakteristik sejarah dan kemungkinan fungsi serta tujuan sejarah tercapai secara maksimal.
cxliii Fungsi dan tujuan pengajaran sejarah akan tercapai apabila siswa mampu
mendalami dan menghayati secara mendalam peristiwa–peristiwa sejarah yang ada serta mampu mengambil makna dan nilai-nilai dari peristiwa
sejarah tersebut. Untuk itu dalam proses pembelajaran sejarah guru harus mampu menghadirkan peristiwa masa lalu kehadapan siswa, sehingga
memungkinkan siswa untuk melakukan pengamatan secara langsung dan pengkajian secara mendalam terhadap peristiwa-peristiwa tersebut. Untuk
mewujudkan proses pembelajaran tersebut tentunya sangat tidak mungkin, karena terbentur pada sifat dari peristiwa itu sendiri Sartono Kartodirdjo,
1993. Menarik untuk dicermati Pemahaman guru sejarah di SMA NU Al
– Ma’ruf Kudus terhadap Menara Kudus sebagai sumber pembelajaran sejarah Islamisasi di Kudus. Penguasaan materi pembelajaran dan
pemahaman guru sejarah di SMA NU Al – Ma’ruf Kudus sudah baik. Dalam wawancara guru sejarah dapat menjelaskan dengan detail tentang
Menara Kudus baik dari segi arsitektur bangunan sampai kondisi sosial budaya yang terdapat pada monumen Menara Kudus. Guru mempunyai
sumber bahan ajar tentang Menara Kudus seperti buku, artikel dan miniatur Menara Kudus.
Menurut I Gde Widja 2002 : 95, pengajaran sejarah merupakan suatu aktifitas belajar mengajar, di mana seorang guru menerangkan pada
siswanya tentang gambaran kehidupan masyarakat masa lampau yang menyangkut peristiwa-peristiwa penting dan memiliki arti khusus.
cxliv Guru sejarah menyadari arti penting Menara kudus yang terletak
tidak jauh dari SMA NU Al – Ma’ruf Kudus sebagai salah satu situs peninggalan sejarah proses masuknya Islam di Indonesia. Dalam
perkembangan agama Islam di Indonesia, Kudus merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang bersejarah. Ini nampak dari peninggalan-peninggalan
seperti Menara Masjid Kudus. Perkembangan suatu agama dimana pun, pasti akan terpengaruh oleh kebudayaan yang ada pada waktu itu. Demikian
juga ketika agama Islam berkembang di daerah Kudus dan sekitarnya, Islam terpengaruh oleh berbagai kebudayaan sebelumnya. Menara Kudus
dianggap dapat memrepresentasikan proses Islamisasi, hal ini dibuktikan dengan hal – hal sebagai berikut: Bangunan Menara Kudus menghadap ke
Barat, seperti yang kita tahu orang Islam menghadap ke kiblat barat ketika melakukan sholat, walaupun Menara Kudus berakulturasi dengan budaya
lain dan mendapat pengaruh kental budaya Hindu bila dilihat dari arsitekturnya tetapi Menara Kudus merupakan peninggalan Islam, karena di
bawah atap Menara tergantung Bedhug, di puncak Menara terdapat tulisan ”Allah” dalam bahasa Arab.
2. Implementasi metode resitasi dalam pembelajaran sejarah Islamisasi dengan
objek Menara Kudus. Pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas belajar mengajar,
yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan tindakan evaluasi, yang selanjutnya diadakan tindakan perbaikan atau pengayaan.
cxlv Pengajaran juga merupakan suatu sistem, di mana dalam sistem tersebut
ada seperangkat unsur yang tersusun dalam suatu susunan yang saling berhubungan dan saling
menunjang antara unsur yang satu dengan unsur lainnya dalam suatu aktivitas guna mencapai suatu tujuan. Rancangan pengajaran akan
mengikuti langkah-langkah yang terdiri dari tujuan, bahan pengajaran, metode yang digunakan, serta evaluasi dari semua proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan Akhmad Rohani 1995. Persiapan guru dengan perencanaan yang matang, mulai dari
membuat rencana pembelajaran, silabus, materi ajar, metode yang akan digunakan, alat yang akan dibutuhkan, dan bentuk evaluasi yang akan
dilakukan dirasa kurang maksimal. Hal ini dikarenakan jam pelajaran pelajaran yang terbatas, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk metode
resitasi dan jam pelajaran berbanding terbalik. Metode resitasi merupakan terjemahan dari
to cite
, berarti mengutip, yakni siswa mengutip atau mengambil sendiri bagian – bagian
pelajaran dari buku – buku tertentu, lalu belajar dan berlatih sendiri hingga siap sebagaimana mestinya. Atau resitasi adalah cara menyajikan bahan
pelajaran di mana guru memberikan sejumlah tugas terhadap anak didik untuk mempelajari sesuatu, kemudian mempertanggungjawabkannya
Thoifuri, 2008 : 66. Metode pemberian tugas bertujuan untuk merangsang dan
mendorong siswa aktif, kreatif, melatih menggunakan waktu, belajar
cxlvi mandiri, memperdalam dan memperkaya pengalaman belajar serta
menyelesaikan rencana pembelajaran yang tidak selesai di dikerjakan di kelas sehingga siswa dapat menyelesaikan dan menguasai bahan pelajaran
yang diberikan guru kepada dirinya. Dalam menggunakan metode resitasi harus memperhatikan
beberapa hal. Menurut Muhibbin Syah 1995 : 212 metode pemberian tugas untuk menambah penguasaan siswa atas materi yang telah di sajikan guru
baik bersifat individual maupun kelompok, tergantung kebutuhan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1 tugas yang diberikan harus
berhubungan erat dengan materi yang diberikan; 2 Tugas yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan siswa. 3 Tugas yang diberikan harus
sesuai atau tidak berlawanan dengan sikap dan perasaan hatinya sehingga dapat melaksanakan tugas dengan senang hati. 4 Tugas yang diberikan
harus jelas, baik jenis volume, maupun batas waktu penyesuaiannya. Dengan pertimbangan tersebut diharapkan guru dapat menemukan
metode resitasi yang tepat. Agar metode resitasi dapat digunakan dengan tepat maka diperlukan adanya fase-fase atau tahapan-tahapan yang benar.
Menurut Mulyani Sumantri 2002: 79 langkah-langkah penggunaan metode penugasan resistasi dapat dilakukan secara bertahap berdasarkan fase-fase
sebagai berikut : 1 Fase Pemberian Tugas yang meliputi : perumusan tujuan yang hendak dicapai, meliputi : jenis tugas yang jelas dan tepat,
memperhatikan kemampuan siswa, adanya petunjuk, penentuan waktu batasan waktu penyelesaian. 2 Langkah Pelaksanaan Tugas meliputi
pemberian bimbingan pengawasan, memberikan dorongan anak mau bekerja, dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain,
cxlvii dianjurkan siswa mencatat hasil-hasil yang yang diperoleh dengan baik dan
sistimatik. 3 Mempertanggungjawabkan tugas meliputi : menyusun laporan siswa, diskusi kelas, penilaian hasil kerja siswa, baik dengan tes maupun
non tes atau cara lainnya .
3. Kendala yang muncul dalam Penggunaan Metode Resitasi dan upaya
pemecahannya. Dalam penggunaan metode resitasi dihadapkan dengan berbagai
kendala baik teknis maupun nonteknis, kendala intern maupun kendala ekstern. Kendala teknis berkaitan dengan teknis pelaksanaan dari metode
resitasi yang disesuaikan dengan prosedur aturan-aturan yang telah disepakati antara guru dan siswa. Kendala nonteknis, yaitu kendala yang
timbul di luar prosedur yang sifatnya insidentil. Selain kendala teknis dan nonteknis kendala yang dapat ditemukan dalam penggunaan metode resitasi
dalam pembelajaran sejarah Islamisasi yaitu kendala intern dan ekstern. Kendala intern berasal dari dalam diri baik pihak sekolah, guru, siswa, orang
tua wali murid, dan komite sekolah. Sedangkan kendala ekstern berasal dari luar yaitu situasi lingkungan objek Menara Kudus, sedikit banyaknya
pengunjung dan sebagainya. Kendala dalam penggunaan metode resitasi sesuai dengan pendapat
Mulyani Sumantri 2002 : 92 yaitu 1 siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain; 2 khusus untuk tugas
kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota yang lainnya tidak
berpartisipasi dengan baik; 3 Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai
cxlviii dengan perbedaan individu siswa; 4 sering memberikan tugas yang
monoton tak bervariasi dapat menimbulkan kebosanan siswa. Ismail 2003: 117 menyatakan
bahwa kelemahan metode pemberian tugas antara lain : seringkali siswa melakukan penipuan diri di mana siswa hanya meniru pekerjaan orang lain,
tanpa mengalami proses belajar. Adakalanya tugas itu pengerjaannya dibantu oleh orang lain. Apabila tugas terlalu berlebihan dan sukar dapat
mengganggu mental siswa. Upaya mencari pemecahan dari berbagai permasalahan yang
dihadapi dalam penggunaan metode resitasi dalam pembelajaran sejarah Islamisasi di Kudus dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber
belajar dapat dilakukan secara teknis maupun nonteknis, intern maupun ekstern dengan jalan menjalin kerjasama antar komponen pendidikan di
SMA NU Al-Ma’ruf Kudus. Dengan bekerjasama tersebut akan dapat mencarikan solusi
pemecahan
follow up
berbagai permasalahan yang muncul dalam penggunaan metode resitasi pada pembelajaran sejarah Islamisasi dengan
memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber sejarah dapat terwujud sehingga tujuan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran
sejarah dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Menurut Mulyani Sumantri 2002 : 92 kelebihan metode
pemberian tugas adalah : lebih merangsang siswa dalam malakukan aktivitas belajar individual maupun kelompok; dapat mengembangkan
cxlix kemandirian siswa di luar pengawasan guru; dapat membina tanggung
jawab dan disiplin siswa; dapat mengembangkan kreativitas siswa. Ismail 2003 : 116 berpendapat kelebihan metode pemberian
tugas yaitu : 1 pengetahuan yang diperoleh dengan belajar mandiri atau kelompok di rumah akan lebih lama diingat; 2 siswa mempunyai
kesempatan memupuk
perkembangan dan
keberanian mengambil
keputusan, inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri; 3 apabila tugas segera dikoreksi guru dapat lebih cepat mengetahui jika terdapat kesalahan
konsep pada diri siswa. Dari keseluruhan pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan metode resitasi dalam pembelajaran sejarah Islamisasi dengan menggunakan Menara Kudus sebagai sumber sejarah terlepas dari
kelebihan dan kelemahannya mampu membantu guru dalam meningkatkan pemahaman, kreativitas dan aktivitas belajar siswa serta peningkatan mutu
dan kualitas pembelajaran di SMA NU Al-Ma’ruf Kudus.
cl
BAB V SIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Pemilihan metode pembelajaran berkaitan dengan sumber belajar yang digunakan. Pemanfaatan Menara Kudus sebagai sumber belajar pelajaran sejarah
Islamisasi oleh Guru SMA NU Al-Ma’ruf Kudus, harus memperhatikan kriteria- kriteria yang telah ditentukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Guru
yang memahami sejarah dan maksud pendirian Menara Kudus, maka dapat memanfaatkan Menara Kudus tersebut sebagai sumber belajar pelajaran sejarah
Islamisasi di Kudus dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode yang dapat digunakan dengan Menara Kudus sebagai
sumber belajar pelajaran sejarah Islamisasi adalah metode resitasi. Metode resitasi dilaksanakan melalui proses pembelajaran mulai dari persiapan, pelaksanaan,
evaluasi dan tindak lanjut. Tahap persiapan guru sejarah menyusun silabus, RPP, Indikator, Instrumen, bahan ajar materi, membuat petunjuk dan pelaksanaan,
menentukan batas waktu. Tahap pelaksanaan langkah-langkah kegiatannya meliputi pemberian tugas, siswa mengerjakan melaksanakan tugas, mencatat dan