xliii Babad – babad dan hikayat – hikayat juga ditulis dalam bahasa
daerah, dengan menggunakan huruf daerah dan Arab. Beberapa kitab tasawuf diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan beberapa lagi ke dalam
bahasa daerah lainnya. Ajaran Hamzah Fansuri disusun dalam bentuk syair Melayu, merupakan salah satu usaha agar ajaran tersebut dapat dimengerti
oleh orang – orang Indonesia yang tidak mengenal bahasa Arab dan Persi. Mungkin tersebarnya bahasa Melayu atau Indonesia sebagai
lingua franca
pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam, juga melalui perdagangan. Di Maluku, misalnya, kita kenal Hikayat Hitu yang ditulis
dalam bahasa Melayu, demikian juga Hikayat Banjar dan Hikayat Kutai. Agama Islam juga membawa beberapa perubahan sosial dan budaya,
memperhalus dan memperkembangkan budaya Indonesia. Penyesuaian antara adat dan syariah di berbagai daerah di Indonesia selalu terjadi,
meskipun kadang – kadang dalam taraf permulaan mengalami proses pertentangan dalam masyarakat Nugroho Notosusanto, 1993 : 195.
c. Proses masuknya Islam di Jawa
Sejak zaman dahulu, di daerah Indonesia telah terdapat lalu lintas perdagangan. Hal tersebut dimungkinkan mengingat letak geografis
kepulauan Indonesia yang sangat menguntungkan untuk jalur lalu lintas perdagangan Internasional. Konsekwensinya Negara kita menjadi daerah
pertemuan kebudayaan bangsa-bangsa di dunia yang beraneka ragam. Bangsa Indonesia sendiri aktif merantau ke negeri India, ke pantai
timur tanah Arab hingga pantai timur Afrika. Akibat adanya akulturasi
xliv kebudayaan bangsa-bangsa tadi dengan kebudayaan Indonesia, maka
kebudayaan Indonesia berkembang maju. Penelitian sejarah banyak mencatat, bahwa di pesisir barat Sumatera
telah terdapat suatu perkampungan Arab pada akhir abad VII M. Akan tetapi perkampungan yang di huni oleh ulama yang berwiraswasta, ataupun
wiraswastawan yang ulama itu, bukan saja berasal dari Arab tetapi juga dari Persia, India dan bahkan dari Cina. Oleh sebab itu jika kita sepakat
mengambil jalan tengah masuk dan berkembang Islam di Indonesia, kesimpulan yang dapat di pegang adalah hubungan pertama orang Islam
dengan penduduk Indonesia mungkin di mulai sejak abad VII M dan VIII M. Sedang masa pendudukan orang Islam, berdirinya kerajaaan-kerajaan
Islam dengan kota-kota barunya, mulai berkembang abad XIII M dan sesudahnya.
Bangsa Indonesia yang sekarang ini mayoritas penduduknya beragama Islam, sebagian besar populasinya berdiam di pulau Jawa. Semua
ini apabila ditelaah secara teliti adalah merupakan hasil kerja dakwah yang dilakukan oleh para Walisongo tempo dulu. Mereka adalah orang-orang
yang sangat dihormati masyarakat dan hingga sekarang ini kuburannya masih tetap merupakan tempat penting bagi peziarah Muslim seluruh
Indonesia. Sejarah mencatat, bahwa agama Islam disiarkan ke Indonesia oleh
para pedagang serta para ahli sufi yang datang dari gujarat, di India sebelah Barat. Menurut berita Tionghoa di dalam tahun 1416 M, di tanah Jawa
sudah banyak orang asing beragama Islam. Kalau berdasarkan inskripsi yang terdapat di batu nisan yang
terletak di Leran, yang bertuliskan huruf kufi, menunjukkan, bahwa jauh
xlv sebelum permulaan abad ke – 15, kemungkinan agama Islam telah masuk
serta dikenal oleh orang – orang di tanah Jawa. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sebuah makam dari seorang wanita Islam bernama
” Fatimah Binti Maimun bin Hibatallah”
, yang berangka tahun 475 atau 495 H, bertepatan dengan tahun 108283 atau 110102 M Syafwandi, 1985 : 9.
Menurut pendapat Solichin Salam 1977 : 15 Maulana Malik Ibrahim yang wafat dalam tahun 822 H atau 1419 M, makamnya terdapat di
Gresik, besar kemungkinan berasal dari Cambay, Gujarat. Inskripsi yang terdapat pada batu nisan dari makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik
dalam huruf dan Bahasa Arab, terjemahannya di dalam Bahasa Indonesia kira – kira demikian :
Inilah makam almarhum almaghfur, yang berharap rahmat Tuhan, kebanggaan Pangeran – pangeran, sendi sultan – sultan dan menteri –
menteri, penolong para fakir dan miskin, yang berbahagia lagi syahid, cemerlangnya simbol negara dan agama, Malik Ibrahim yang terkenal
dengan Kake Bantal. Allah meliputinya dengan rahmat – Nya dan keridlaan – Nya, dan dimasukkan ke dalam Sorga. Telah wafat pada
hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal tahun 822 H. Solichin Salam 1977 : 15.
Di tanah Jawa tersiarnya agama Islam berlangsung dalam suasana damai disebabkan oleh beberapa hal dibawah ini :
a. Penyiar–penyiar Islam yang datang mula–mula adalah terdiri dari para
pedagang dan ahli sufi. b.
Sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana termaktub di dalam firman Tuhan dalam Al–Quran yang berbunyi : ”Hendaklah engkau ajak orang
ke jalan Allah dengan HIKMAH kebijaksanaan, dengan peringatan yang ramah tamah serta bertukar pikiran dengan mereka yang sebaik–
baiknya” An – Nahl, 125.
xlvi c.
Kebijaksanaan dari para muballigh Islam yang datang kemari yang telah dapat menyelami serta memahami watak dan jiwa bangsa Indonesia.
d. Sifat toleransi dari pada bangsa Indonesia sendiri, yang dapat menerima
kebudayaan yang datang dari luar kemudian disesuaikan dengan kepribadian sendiri.
e. Penyiaran Islam di Jawa terutama melalui saluran–saluran mistik.
f. Dengan mengawinkan kepercayaan lama dengan kepercayaan baru inilah
yang menyebabkan agama Islam dapat tersiar dengan damai. Kisah tentang Walisongo yang penuh misteri perlu didudukkan pada
fungsinya yang tepat, sehingga mengandung nilai sejarah yang tinggi. Upaya ini dapat menguak cakrawala baru tentang kesan orang terhadap Walisongo
yang cenderung tidak bernilai, khususnya di kalangan Muslim modern. Bila cakrawala baru ini berhasil ditemukan maka gambaran baru tentang
Walisongo akan cenderung seragam dan akan mendekatkan jarak antara Muslim tradisional dengan Muslim modern.
Keberhasilan Walisongo dalam mendakwahkan Islam di tanah Jawa didukung oleh beberapa hal: Pertama, karena para Wali itu dapat memenuhi
tuntutan dakwah dari Al Qur’an, Hadist serta tuntutan dari ahli-ahli Dakwah sebelumnya seperti keihlasan, bersatu dalam ukuwah, berpegang pada dasar
musyawarah, serta faktor sosial psikilogis yang dimiliki mereka. Kedua, faktor dalam ajaran Islam itu sendiri yang merupakan agama kebudayaan
yang mempunyai daya penetrasi, sederhana, luwes, mudah dan menarik. Ketiga, karena faktor situasi kondisi masyarakat Jawa saat itu, yaitu
xlvii runtuhnya kerajaan Majapahit. Masyarakat rindu dan membutuhkan
pembaharuan, dan para Wali berhasil membawa Islam untuk pembaharuan. Hinduisme mengajarkan adanya kasta serta tingkat derajat manusia, sedang
Islam mengajarkan kesamaan. Islam memberi aspirasi baru dan memperluas pandangan masyarakat Jawa dan menggugah suasana optimisme.
Demikian keras pergulatan dakwah mereka dengan unsur-unsur kejawaan selama kurang lebih 15 abad. Sehingga tidak mengherankan
apabila dalam dakwahnya Walisongo tidak meninggalkan pengaruh corak keIslaman yang kejawaan, keHinduan-Budhaan. Jawa memang tempat yang
penduduknya paling mendalam pengaruh agama Hindu-Budha dibanding dengan daerah lain di Indonesia, dan Wali Songo berhasil mengIslamkan
tanah Jawa dengan cara yang persuasif Syafwandi, 1985 : 22.
3. Metode Pemberian Tugas atau Resitasi