cxxii persiapan guru sejarah menyusun silabus, RPP, Indikator, Instrumen,
bahan ajar materi, membuat petunjuk dan pelaksanaan, menentukan batas waktu. Tahap pelaksanaan langkah-langkah kegiatannya meliputi
pemberian tugas, siswa mengerjakan melaksanakan tugas, mencatat dan mengidentifikasi berbagai bukti-bukti, fakta historis tentang proses
Islamisasi dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber sejarah, menyusun laporan hasil survey pengamatan di Menara Kudus
baik secara individu maupun kelompok. Tahap pertanggungjawaban siswa dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil laporannya melalui
diskusi kelas untuk mendapatkan tanggapan dari hasil temuannya. Tahap selanjutnya adalah tindak lanjut dengan mengadakan evaluasi
dan penilaian baik secara individu maupun kelompok.
Tahap pelaporan hasil pelaksanaan tugas mempelajari materi sejarah Islamisasi dengan menggunakan metode resitasi di lokasi
menara Kudus,terlebih
dahulu siswa
diberi tugas
untuk mempresentasikan dihadapan temannya yang dilanjutkan dengan
diskusi.
3. Kendala yang muncul dalam Penggunaan Metode Resitasi dan upaya pemecahannya.
Menurut LS CLW. 08, tanggal 15 Nopember 2008 metode resitasi dalam pembelajaran sejarah Islamisasi dengan memanfaatkan
Menara Kudus
sebagai sumber
sejarah dihadapkan
berbagai
cxxiii permasalahan baik yang menyangkut kendala teknis maupun non teknis.
Kendala teknis yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran yaitu kesulitan guru dalam mengidentifikasi SK KD-nya, penyusunan
petunjuk dan pelaksanaan metode resitasi, persiapan dalam pembuatan instrumen, sarana dan prasarana pendidikan. keterbatasan guru dalam
membimbing siswa dalam membuat laporan hasil penugasan di Menara Kudus, kesulitan dalam mengevaluasi hasil penugasan. Kendala non
tehnis menyangkut transportasi dan akomodasi yang digunakan untuk menunjang kelancaran siswa dalam menerapkan kegiatan pembelajaran
ini. Alokasi waktu dalam pembelajaran sejarah dirasa masih kurang memadai, perlunya waktu dan tenaga untuk studi wisata ke Menara
Kudus, kesulitan guru dalam melakukan pengawasan dan bimbingan kepada siswa ketika melakukan observasi dan survey untuk menggali
informasi yang ada di Menara Kudus, Kendala yang lain dihadapi di lapangan yaitu guru mengalami
kesulitan dalam mengkoordinasikan siswa baik secara individu maupun kelompok ketika sampai di Menara Kudus karena siswa kecenderungan
sulit diatur oleh ketua kelompoknya, mereka suka berpencar semaunya sendiri dan bergerombol tidak mematuhi aturan yang telah ditentukan
dalam kelompoknya bahkan kebanyakan bermain-main dengan teman- temannya seperti bercanda ria, berpose foto dan sebagainya, Banyaknya
pengunjung di Menara Kudus menyebabkan siswa kurang konsentrasi dan percaya diri karena merasa gerak geriknya dilihat oleh banyak orang,
cxxiv kesulitan siswa dalam mencari nara sumber atau informan yang mampu
memberikan petunjuk dan bukti-bukti tentang keberadaan Menara Kudus sebagai sumber sejarah, guru mengalami kesulitan ketika membimbing
dan mengarahkan siswa setelah sampai di Menara Kudus, kadang dalam kegiatannya tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya karena guru
belum mampu mengkoordinasikan dan mengendalikan siswa ketika di lapangan.
Menurut ESN CLW. 12, tanggal 15 Nopember 2008 kendala- kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan metode resitasi dalam
pembelajaran sejarah Islamisasi dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA NU Al-Ma’ruf Kudus
dihadapkan pada banyak kendala yaitu kendala intern dan kendala ekstern. Kendala intern yang berasal dari dalam yang meliputi : sekolah,
guru, siswa, orang tua wali murid, dan komite sekolah. Kendala intern yang berasal dari pihak sekolah yaitu kurangnya
dukungan sarana dan prasarana transportasi dan akomodasi. Kendala yang dihadapi guru adalah alokasi waktu yang disediakan oleh pihak
sekolah yang dianggap kurang memadai, sehingga guru merasa kesulitan untuk mengatur dalam pembelajaran sejarah. Guru mengalami
kesulitan ketika memasukkan SK KD karena sejarah Islamisasi hanya sedikit disinggung dalam materi pembelajaran sejarah, dan keberadaan
Menara Kudus hanya sebagai salah satu contoh dari hasil pengaruh kebudayaan Islam di Indonesia yang bersifat
local genius
.
cxxv Guru mengalami kesulitan dalam membimbing, mengawasi
ketika mengadakan observasi, survey dan penyusunan laporan karena guru sejarah SMA NU Al-Ma’ruf Kudus hanya berjumlah dua orang.
Keterbatasan sarana prasarana transportasi dan akomodasi untuk mendukung kegiatan pembelajaran Islamisasi dengan metode resitasi,
memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber pembelajaran. Kendala intern dari siswa yaitu motivasi siswa masih kurang
karena metode resitasi yang diberikan oleh guru bersifat tugas kelompok sehingga hanya siswa tertentu yang aktif dalam
memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber sejarah. Banyaknya pengunjung di Menara Kudus menyebabkan siswa kurang konsentrasi
dan percaya diri, kesulitan siswa dalam mencari nara sumber atau informan yang mampu memberikan petunjuk dan bukti-bukti tentang
keberadaan Menara Kudus sebagai sumber sejarah, guru mengalami kesulitan ketika membimbing dan mengarahkan siswa setelah sampai di
Menara Kudus kadang dalam kegiatannya tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya, guru kesulitan dalam mengkoordinasi dan
mengendalikan siswa. Siswa merasa kurang antusias karena Menara Kudus sering dilihat serta dikunjungi sehingga dianggap hal
yang biasa, banyaknya literatur yang mengupas Menara Kudus sehingga pada waktu dipandu oleh guru sejarah dan
guide
kurang memperhatikan dan kecenderungan bercanda dan mengobrol sendiri. Kecenderungan
hasil laporan penugasan mencontoh dari kakak-kakak kelas terdahulu.
cxxvi Siswa merasa mata pelajaran sejarah kurang begitu penting karena
hanya mata pelajaran yang di UAS kan saja dan kurang berpengaruh terhadap kelulusan sehingga ada sebagian siswa kecenderungan kurng
tertarik Kendala yang dihadapi oleh orang tua adalah kendala keamanan
dan pengawasan terhadap siswa. Karena pemanfaatan Menara Kudus sebagai sumber sejarah termasuk dalam kegiatan di luar kelas yang
sifatnya studi wisata maka orang tua siswa perlu mendapatkan jaminan keamanan.
Komite Sekolah belum mengetahui secara detail tentang metode resitasi dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber
pembelajaran sejarah, karena penerapan metode tersebut membutuhkan perencanaan pembelajaran yang matang untuk berkunjung ke menara,
dalam penyusunan laporan hasil kunjungan siswa mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu,dan ketekunan, sedangkan keberadaan mata
pelajaran sejarah sendiri tidak masuk UAN, sehingga komite sekolah khawatir dengan metode resitasi yang bersifat studi wisata dapat
mengganggu konsentrasi siswa pada pelajaran yang diujinasionalkan, yang berpengaruh terhadap kelulusan.
Selain kendala intern juga kendala ekstern. Kendala ekstern disebabkan oleh situasi lingkungan seperti banyaknya jumlah
pengunjung yang hadir pada saat siswa mengadakan survey, observasi dan identifikasi di Menara Kudus siswa mengalami terganggu
cxxvii konsentrasinya. Kendala pengkoordinasian dan pengendalian siswa
ketika studi wisata di Menara Kudus yang tidak sesuai dengan rencana karena siswa berkecenderungan bermain-main sendiri dengan teman-
temannya sehingga lupa tujuan pokoknya. Menurut informan MC Kepala Sekolah SMA NU Al- Ma’ruf
CLW. 04, tanggal 8 Nopember 2008, dalam penerapan metode resitasi guru sejarah dan siswa SMA NU Al-Ma’ruf Kudus dihadapkan banyak
kendala baik kendala intern atau pun ekstern, kendala teknis maupun non teknis. Kendala ini muncul bukan saja pada penggunaan metode
resitasi tetapi metode lain pun mengalami hal yang sama. Hal ini patut disadari bahwa dalam menerapkan suatu metode pembelajaran pasti ada
kelebihan dan kelemahan, keberhasilan dan ketidakberhasilan. Berkaitan dengan hal ini, kendala yang dihadapi guru dan siswa
dalam penggunaan metode resitasi dalam pembelajaran sejarah Islamisasi dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber sejarah
yakni : guru sulit mengontrol orisionalitas hasil pekerjaan siswa secara individu. Guru mengalami kesulitan dalam mengontrol hasil penugasan
secara kelompok, apakah benar-benar dikerjakan secara bersama-sama dengan kelompoknya ataupun hanya dikerjakan satu orang saja tetapi
diakui kerja kelompok sehingga siswa yang aktif dan pasif mendapatkan nilai sama. Siswa seringkali melakukan penipuan karena hasil laporan
penugasan merupakan hasil meniru menyontek laporan dari kakak kelasnya. Bagi siswa dan kelompok yang memiliki obsesi untuk
cxxviii mendapatkan nilai baik maka pengerjaannya dimintakan bantuan orang
lain Metode resitasi pembelajaran sejarah Islamisasi dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber sejarah membutuhkan
waktu, tenaga, dan ketekunan sehingga membuat siswa merasa terbebani. Kurangnya koordinasi guru dalam memberikan tugas
menyebabkan siswa merasa terbebani. Menurut R CLW. 24, tanggal 15 Nopember 2008 kendala yang
dihadapi siswa dalam pembelajaran sejarah Islamisasi dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber pembelajaran sejarah
yaitu banyaknya tugas yang harus diselesaikan oleh siswa dari berbagai mata pelajaran sehingga menjadi beban siswa. Pemanfaatan Menara
Kudus sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA NU Al-Ma’ruf Kudus
dengan menggunakan
metode resitasi
membutuhkan konsekuensi untuk hadir dan melakukan observasi, survey, serta
pengamatan terhadap Menara Kudus baik dari segi historis, arkeologis, arsitektur, dan kehidupan lingkungan sekitar serta tindak lanjut dari
hasil temuan tersebut dengan membuat laporan yang harus dipertanggungjawabkan melalui presentasi dan diskusi kelompok di
depan kelas sehingga membutuhkan waktu, biaya dan tenaga. Menurut informan DD LCW. 16, tanggal 22 Nopember 2008
kendala yang muncul dalam penggunaan metode resitasi dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber sejarah dapat berasal dari
siswa, guru, dan YM3SK. Kendala yang disebabkan oleh siswa yaitu
cxxix motivasi dan antusiasme siswa masih rendah karena banyaknya siswa
yang pasif dan kurang bersungguh-sungguh dalam menggali informasi tentang Menara Kudus. Keadaan ini terlihat ketika siswa diterangkan
dan ditunjukkan di lokasi Menara masih banyak yang berbicara sendiri dengan teman-temannya, berpose foto-foto sendiri dengan temannya,
dan banyak siswa yang tidak bertanya. Kendala dari guru yakni pengawasan dan bimbingan guru masih kurang ketika siswa
mengadakan survey, observasi dan mengidentifikasi bangunan Menara Kudus. Hal ini terlihat siswa banyak yang berkeliaran dan kurang
memperhatikan penjelasan dari guru. Kendala dari YM3SK yaitu terbatasnya personil yang menjadi
guide
untuk memfasilitasi dan memberikan keterangan informasi tentang Menara Kudus kepada siswa
sehingga informasi yang disampaikan tidak dapat menyeluruh dan kurang detail.
Berdasarkan dari berbagai pendapat para informan di atas, dapat disimpulkan bahwa kendala yang muncul dalam penggunaan metode
resitasi adalah kendala teknis maupun nonteknis, kendala intern
maupun kendala ekstern. Kendala teknis meliputi: kesulitan
mengidentifikasi SK KD-nya, penyusunan petunjuk dan pelaksanaan metode resitasi, pembuatan instrumen, sarana dan prasarana pendidikan
akomodasi, transportasi, alokasi waktu, keterbatasan dana, kesulitan pengawasan dan bimbingan kepada siswa, keterbatasan guru dalam
membimbing siswa dalam membuat laporan dan evaluasi. Kendala
cxxx nonteknis
meliputi: kesulitan
dalam mengkoordinasikan
dan mengendalikan siswa ketika di objek Menara Kudus, banyaknya
pengunjung di Menara Kudus menyebabkan siswa kurang konsentrasi dan percaya diri. Kendala Intern berasal dari dalam yang meliputi: pihak
sekolah,guru, siswa, orang tua wali murid, dan komite sekolah. Sedangkan kendala ekstern berasal dari situasi dan kondisi lingkungan
objek Menara Kudus, sedikit banyaknya pengunjung,cuaca dan sebagainya.
Menurut LS CLW. 08, tanggal 15 Nopember 2008 upaya yang dilakukan untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam
penggunaan metode resitasi dalam pembelajaran sejarah Islamisasi dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber sejarah yang
menyangkut kendala teknis maupun nonteknis. Dalam memecahkan kendala teknis pada pelaksanaan pembelajaran sejarah untuk mengatasi
kesulitan guru dalam mengidentifikasi SK KD-nya, penyusunan petunjuk dan pelaksanaan metode resitasi, persiapan dalam pembuatan
instrumen dapat dilakukan melalui cara berkoordinasi dengan MGMP sejarah Untuk pembelajaran sejarah proses Islamisasi di Kudus dengan
menggunakan Menara sebagai sumber sejarah dapat dilakukan dengan pemberian resitasi SK KD nya dapat dilaksanakan di kelas X dengan
Kompetensi Dasar “Dasar-dasar Penelitian Ilmu Sejarah”, sedangkan untuk kelas XI tinggal memperdalami dan tidak melakukan observasi,
cxxxi survey kembali cukup menyempurnakan hasil laporan penelitian
terdahulu yang pernah dijalaninya. Upaya mengatasi masalah dari kendala sarana dan prasarana
pendidikan, akomodasi, dan transportasi dapat dilakukan melalui koordinasi dengan Kepala Sekolah, komite sekolah agar turut
mencarikan solusi pemecahannya, dengan mengusahakan segala keperluan, pengadaan sarana dan prasarana akomodasi dan transportasi
siswa sehingga akan menunjang kelancaran KBM, juga perlunya kerjasama MGMP sejarah dalam mengidentifikasi SK KD untuk
materi proses Islamisasi dengan memanfaatkan Menara Kudus. Upaya untuk memecahkan masalah alokasi waktu dalam pembelajaran sejarah
yang kurang memadai dapat dilakukan dengan mengadakan pembelajaran secara terintegrasi, mengatasi kesulitan guru dalam
melakukan pengawasan dan bimbingan kepada siswa ketika melakukan observasi dan survey untuk menggali informasi yang ada di Menara
Kudus dapat dilakukan dengan mengefektifkan dan memberdayakan kepada ketua kelompok untuk membantu pengawasan dan membagi
tugas sehingga semua siswa aktif dalam mencari informasi tentang Menara Kudus yang dapat menjadi bukti proses Islamisasi di Kudus.
Keterbatasan guru dalam membimbing siswa untuk membuat laporan hasil penugasan di Menara Kudus dapat diatasi melalui tutor sebaya.
Artinya siswa yang pandai dapat membantu temannya untuk membimbing dalam menyusun laporan. Upaya guru untuk mengatasi
cxxxii kesulitan dalam mengevaluasi hasil penugasan dengan cara membuat
kriteria penilaian yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses untuk menilai tingkat keaktifan siswa baik pada saat melakukan
observasi, survey maupun diskusi kelompok. Sedangkan penilaian hasil dapat dilakukan melalui hasil ulangan harian untuk kompetensi dasar.
Kendala nonteknis meliputi : guru mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan siswa baik secara individu maupun kelompok
ketika sampai di Menara Kudus dapat dipecahkan melalui pembuatan peraturan dan tata tertib kepada siswa serta mempersiapkan berbagai
langkah-langkah seperti mengadakan
briefing
pengarahan terlebih dahulu sebelum siswa berangkat menuju lokasi Menara Kudus dengan
mengefektifkan ketua kelompok untuk mengkoordinir kelompoknya dengan baik.
kesulitan siswa dalam mencari nara sumber atau informan yang mampu memberikan petunjuk dan bukti-bukti tentang keberadaan
Menara Kudus sebagai sumber sejarah dapat dilakukan dengan memberikan surat permohonan dan pemberitahuan kepada YM3SK
untuk mengirim
guide
membantu dan mendampingi siswa ketika melakukan observasi, survey dan identifikasi saat studi wisata.
Menurut ESN CLW. 13, tanggal 22 Nopember 2008 upaya untuk memecahkan dari kendala-kendala yang dihadapi guru dalam
menggunakan metode resitasi dalam pembelajaran sejarah Islamisasi dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber pembelajaran
cxxxiii sejarah di SMA NU Al-Ma’ruf Kudus yang berkaitan dengan kendala
intern dan
kendala ekstern
dapat dilakukan
dengan jalan
mengkoordinasikan kegiatan resitasi ini dengan meminta partisipasi dari berbagai pihak yang meliputi Kepala Sekolah, guru, siswa, orang tua
wali murid, dan komite sekolah, dan YM3SK. Upaya untuk memecahkan kendala intern yang berasal dari
pihak sekolah yaitu kurangnya perhatian terhadap mata pelajaran yang tidak diuji nasionalkan, guru dan siswa meminta agar memberikan
perhatian yang
sama terhadap
mata pelajaran
baik yang
diujiannasionalkan maupun yang tidak karena memiliki tujuan yang sama yakni mendidik dan mencerdaskan anak bangsa untuk menguasai
berbagai IPTEK. Kendala yang dihadapi guru berkaitan alokasi waktu yang
disediakan oleh sekolah yang dirasa kurang memadai, sehingga guru merasa kesulitan untuk mengatur dalam pembelajaran sejarah dapat
dilakukan dengan jalan menerapkan pembelajaran terintegrasi seperti tugas mandiri maupun kelompok, pengayaan dan pendalaman materi
dengan memanfaatkan literatur di perpustakaan. Guru melakukan koordinasi dengan MGMP sejarah dan bekerjasama dengan YM3SK
untuk membantu dalam membimbing dan mengawasi siswa ketika mengadakan observasi, survey dan penyusunan laporan.
Kendala intern dari siswa yaitu kurangnya motivasi dan keaktifan siswa dapat diupayakan pemecahannya dengan jalan memberikan
cxxxiv dorongan semangat, menanamkan kesadaran kepada siswa serta
membantu berbagai kesulitan dalam mengerjakan tugas resitasi. Kendala sarana dapat dipecahkan melalui iuran, tabungan atau
penyediaan anggaran dari pihak sekolah. Kendala kurangnya pemahaman Komite Sekolah terhadap metode resitasi dengan
memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber pembelajaran sejarah dapat diberikan argumentasi dan alasan-alasan untuk meningkatkan
mutu pembelajaran dengan memasukkan program tahunan dan dianggarkan melalui RAPBS karena resitasi ini mengimplementasikan
dari visi dan misi sekolah. Kendala ekstern disebabkan oleh situasi lingkungan seperti
banyaknya pengunjung, peziarah yang hadir, dapat dipecahkan dengan meminta informasi dari YM3SK tentang hari-hari yang padat
pengunjung dan hari yang sepi pengunjung sehingga siswa dalam mengadakan survey, observasi dan identifikasi di Menara Kudus bisa
dengan cermat dan konsentrasi yang baik. Menurut informan MC kepala sekolah SMA NU Al- Ma’ruf
CLW. 04, tanggal 8 Nopember 2008, upaya untuk memecahkan kendala yang muncul dalam penggunaan metode resitasi dapat
dilakukan berbagai upaya mengontrol keaslian hasil pekerjaan siswa secara individu maupun kelompok, kreativitas dan keaktifan siswa,
memberikan efek jera kepada siswa yang hasil laporannya hanya meniru dari kakak kelasnya dengan cara mengulang, melakukan prinsip
efektivitas baik waktu, tenaga dan biaya dan melakukan koordinasi
cxxxv dengan pihak-pihak yang terkait yang ada hubungan dengan penerapan
metode resitasi sehingga tidak membebani siswa. Menurut R CLW. 24, tanggal 15 Nopember 2008 upaya untuk
memecahkan kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran sejarah Islamisasi dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber
pembelajaran sejarah yaitu memberikan masukan kepada guru dan meminta petunjuk pelaksanaan serta tata cara mengerjakan tugas resitasi
dan berbagai konsekuensi yang ditanggung siswa berkaitan dengan penerapan metode resitasi baik ketika persiapan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban, penilaian dan tindak lanjutnya. Menurut informan DD LCW. 16, tanggal 22 Nopember 2008
upaya memecahkan masalah kendala yang muncul dalam penggunaan metode resitasi dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber
sejarah baik yang berasal dari siswa, guru, dan YM3SK dapat dilakukan dengan memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa agar sungguh-
sungguh dalam menggali informasi tentang Menara Kudus agar mereka mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang maksimal.
Upaya untuk memecahkan kendala persiapan guru dan keterbatasan
guide
di Menara Kudus maka diperlukan kerjasama saling membantu baik dalam kepengawasan, pembimbingan dan penggalian
informasi tentang Menara Kudus sehingga informasi yang disampaikan kepada siswa detail dan menyeluruh.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemecahan dari berbagai kendala yang dihadapi dalam penggunaan
metode resitasi baik teknis maupun non teknis, intern maupun ekstern
cxxxvi dapat dilakukan dengan jalan membina kerjasama dengan komponen-
komponen yang terkait seperti guru, siswa, Kepala Sekolah, orang tua wali murid, komite sekolah, dan YM3SK untuk mencarikan solusi
pemecahan follow up berbagai permasalahan yang muncul dalam penggunaan metode resitasi pada pembelajaran sejarah Islamisasi
dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber sejarah dapat terwujud sehingga tujuan untuk meningkatkan kualitas dan mutu
pembelajaran sejarah dapat tercapai sesuai yang diharapkan.
C. Pokok – pokok Temuan