xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik secara pribadi maupun sebagai modal dasar
pembangunan bangsa. Dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran tetapi berupaya untuk menyajikan materi
dengan menyenangkan serta mudah dipahami oleh siswa. Apabila guru tidak dapat menyampaikan materi dengan tepat dan menarik dapat menimbulkan
kejenuhan serta berkurangnya minat, motivasi dan gairah dalam belajar sehingga berdampak pada ketidaktuntasan dalam belajar.
Berkaitan dengan masalah pembelajaran sejarah, guru sejarah dapat menjadi faktor penyebab kurang antusias siswa terhadap mata pelajaran
sejarah apabila guru dalam penyajiannya kurang menarik. Kebanyakan guru sejarah ketika mengajar hanya bersifat verbalisme karena hanya memberikan
cerita yang diulang-ulang dan membosankan. Diungkapkan oleh Geoffrey Partington dalam Widja 1989 : 03
bahwa praktik-praktik pengajaran yang berlaku selama ini sering dicap sebagai pelajaran hafalan yang didominasi oleh situasi
too much chalk and talk and by a lack of involvement of children in their own learning” .
Hal ini berdampak pada kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang
1
xvi disampaikan sehingga hasil belajarnya kurang maksimal.
Atmadinata dalam Isjoni dan Arif Ismail 2008 : 148 menyatakan, pembelajaran sejarah kurang menarik dan membosankan, karena guru–guru
sejarah hanya membeberkan fakta–fakta kering berupa urutan tahun dan peristiwa belaka, model serta teknik pembelajarannya tidak berubah. Dalam
buku yang sama Dynneson Gross menyatakan, mata pelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat merangsang pemikiran dan
mengembangkan kognitif serta mempengaruhi tingkah laku siswa, namun metodologi dan gaya pengajaran yang kurang kondusif tidak membangkitkan
motivasi siswa. Keadaan yang kurang kondusif ini disebabkan oleh masih banyaknya guru belum memiliki kemampuan dan ketrampilan yang memadai
dalam memilih serta menggunakan berbagai model pembelajaran yang mampu mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif untuk belajar, dan tetap
menggunakan model pembelajaran konvensional Osnardi dalam Isjoni dan Arif Ismail, 2008 : 149.
Realitas yang terjadi dalam proses pembelajaran sejarah ternyata masih terdapat masalah yang timbul karena guru sejarah kurang optimal dalam
memanfaatkan maupun memberdayakan sumber pembelajaran. Kegiatan pembelajaran sejarah di sekolahan cenderung masih berpusat pada guru
teacher centered, textbook oriented,
dan monomedia. Oleh karena itu tidak dapat disalahkan apabila banyak siswa menganggap proses pembelajaran
sejarah sebagai sesuatu yang membosankan, monoton, kurang menyenangkan, terlalu banyak hafalan, kurang variatif, dan berbagai keluhan lainnya sehingga
xvii kreativitas siswa tidak muncul. Hal tersebut sepaham dengan apa yang
diutarakan guru sejarah SMA NU AL Ma’ruf Kudus, sebagian besar siswa beranggapan bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran yang membosankan
dan cenderung bersifat hafalan. Sebagian dari mereka mengalami kejenuhan dalam proses pembelajaran di kelas. Banyak siswa yang takut untuk bertanya
tentang sesuatu yang belum dimengerti serta mengemukakan pendapat atau gagasan. Banyak dari mereka yang memilih duduk diam, mencatat, dan
mendengarkan pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga proses pembelajaran terkesan membosankan.
Penyempurnaan kurikulum pengajaran sejarah harus menempatkan sejarah lokal sebagai materi ajar. Pengembangan kurikulum dilakukan untuk
mewujudkan peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat siswa. Sejarah lokal memiliki arti khusus, yaitu sejarah dengan ruang lingkup spasial di bawah
sejarah nasional. Sejarah lokal barulah ada setelah adanya kesadaran sejarah nasional Abdullah, 2004 : 3. Hal ini untuk membangkitkan kesadaran sejarah
nasional serta menghindarkan siswa tidak tahu atau tidak mengenal nilai sejarah yang ada di sekitarnya.
Materi sejarah lokal yang paling dekat dengan kondisi psikologis siswa adalah sejarah kontemporer. Kedudukan sejarah lokal
kontemporer sangat urgen dalam pengajaran sejarah. Dengan materi sejarah lokal kontemporer, diharapkan ada kesinambungan dalam
menyemangati siswa agar dapat merasa bahwa diri dan lingkungannya merupakan bagian dari kehidupan yang lebih jelas
yakni NKRI.
http:jtiriialsejarah malang2OOla.litiiil
Guru sejarah harus dapat mengembangkan materi ajar sejarahnya.
xviii Guru perlu memahami dan mengembangkan serta menerapkan metode atau
strategi yang tepat dalam pelajaran sejarah dengan memperhatikan kelebihan dan
kekurangan suatu
metode pembelajaran.
Selain itu
dalam mengembangkan materi ajar sejarah, selain materi yang umum terdapat dalam
silabus, para guru dapat mengembangkan sesuai dengan nuansa lokal. Tujuannya agar siswa dapat belajar secara mandiri dan mampu meningkatkan
motivasi dalam belajar sejarah yang didasarkan pada situasi dunia nyata dan mendorong siswa menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan pada akhirnya hasil belajarnya meningkat.
Dari kenyataan itu, dapat dikatakan bahwa kualitas pembelajaran sejarah perlu dimaksimalkan, utamanya dalam upaya pemahaman nilai-nilai
sejarah lokal dengan pemanfaatan monumen peringatan. Untuk itu diperlukan model atau strategi yang tepat dalam pembelajaran di kelas agar pembelajaran
menjadi lebih efektif. Melalui pembelajaran yang aktif, para siswa mengembangkan
pemahaman yang lebih baik tentang prinsip-prinsip yang diajarkan dan bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tersebut kedalam masalah yang
sesungguhnya. Ketrampilan yang tinggi pun dapat dicapai misalnya, analisis, evaluasi, sintesis, dan pemecahan masalah. Siswa belajar menjadi kreatif
karena mereka juga dapat memperluas serta menjelaskan pandangannya mengenai cara-cara untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus.
KTSP merupakan
strategi pengembangan
kurikulum untuk
xix mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. Mulyasa dalam
Isjoni dan Arif Ismail 2008 : 145 menyatakan, KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap
satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Kurikulum jenis ini lebih difokuskan
karena selama ini kurikulum ditentukan pemerintah, maka sekarang lebih difokuskan kepada Kepala Sekolah dan tentunya muara dari kebijakan ini
adalah pelaksanaan kurikulum menjadi tanggung jawab guru didalam proses pembelajaran. Dalam rangka mengimplementasikan berlakunya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, seorang guru khususnya guru sejarah perlu mengantisipasinya dengan menerapkan model-model pembelajaran yang
tepat dan memberi keefektivitasan kepada siswa. Salah satu model yang dapat diterapkan dan berkaitan dengan upaya pemanfaatan nilai-nilai sejarah lokal
adalah model pembelajaran kontekstual atau CTL
Contextual Teaching and Learning
. Pembelajaran CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia
kehidupan nyata, sehingga siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran
kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru
bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa
belajar http: pakguruonline. pendidikan.net.
xx Kegiatan siswa dalam pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa
melakukan
sharing
untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain. Situasi belajar dibuat menyenangkan dan tidak membosankan sehingga
siswa belajar dengan gairah dan minat yang tinggi. Untuk mata pelajaran sejarah, model pembelajaran kontekstual sangat mendukung dengan
pemanfaatan monumen peringatan yang ada di lingkungan sekitar siswa. Pelajaran sejarah hendaknya dimulai dari fakta-fakta sejarah yang
dekat dengan lingkungan tempat tinggal siswa, baru kemudian pada fakta- fakta yang jauh dari tempat tinggalnya. Dalam satu pembelajaran di dalamnya
dapat terintegrasi dengan materi yang lain. Sebagai bahan acuan belajar, dapat dipergunakan berbagai sumber sejarah lokal yang ada di lingkungan
sekitarnya, sehingga siswa aktif mencari sumber yang diperlukan. Di sini, siswa terlatih berdiskusi dengan teman dan terlatih menjalin komunikasi
dengan orang lain atau masyarakat sekitar sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator.
Metode pengajaran apa pun juga yang dipakai menjadi prinsip dalam setiap pembelajaran bahwa siswa harus aktif. Kegiatan pengajaran yang dinilai
baik ialah melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, di mana siswa perlu diberi kesempatan dan kemudahan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya Moedjanto, 1989 : 15 Agar siswa dapat lebih aktif dalam menggali dan menganalisis
peristiwa sejarah, maka guru hendaknya cermat dalam memilih dan menggunakan metode mengajar terutama metode mengajar yang mempunyai
kadar interaktif cukup tinggi. Salah satu alternatif yang bisa diambil adalah
xxi melalui metode resitasi, yaitu guru memberikan sejumlah tugas kepada siswa
untuk mempelajari
sesuatu kemudian
siswa harus
dapat mempertanggungjawabkannya.
Atas dasar pemikiran itu di sekolah sudah sewajarnya apabila dikenalkan metode penelitian historis secara sederhana, agar menemukan
sendiri suatu fakta sejarah. Sudah pasti hal ini membuat mereka menjadi tertarik dengan sejarah. Para siswa perlu untuk diberi penjelasan tentang
langkah-langkah dalam penelitian sejarah. Seperti : merumuskan masalah, mengumpulkan sumber-sumber informasi, mengkaji keabsahan sumber
informasi, menyusun hipotesis yang menjelaskan peristiwa atau simulasi yang berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti, menyimpulkan serta mentafsirkan hasil penelitian
Guru SMA NU Al Ma’ruf Kudus menyadari akan berbagai permasalahan yang menyebabkan rendahnya prestasi akademik dan kurang
berminatnya siswa pada mata pelajaran sejarah, dengan harapan agar siswa lebih termotivasi pada pelajaran sejarah, lebih aktif dalam menggali dan
menganalisis peristiwa sejarah, memahami fakta-fakta sejarah yang dekat dengan lingkungan tempat tinggal siswa, untuk mempelajari materi
pembelajaran. Kompetensi Dasar: menganalisis pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Islam terhadap masyarakat diberbagai daerah di
Indonesia dan menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia; pihak sekolah menerapkan materi sejarah Islamisasi
dengan metode resitasi, memanfaatkan menara Kudus sebagai sumber sejarah. Menggunakan menara Kudus sebagai sumber sejarah dengan pertimbangan
xxii dekat dengan sekolah,dan ada keterkaitan dengan sejarah penyebaran Islam di
Kudus.Maka penelitian ini mengambil judul :
Pelajaran Sejarah Islamisasi Melalui Metode Resitasi, dengan Objek Menara Kudus Studi Kasus di SMA
NU Al Ma’ruf Kudus.
B. Rumusan Masalah