Tutur si Waluh Sistem Kekerabatan

46 Karena tugas-tugasnya ini lah, maka anakberu berhak untuk 1 mengambil putri kalimbubunya, dan biasanya para kalimbubu tidak berani untuk menolak dan 2 berhak mendapat atau menerima warisan dari kalimbubunya yang meninggal dunia. Warisan ini berupa barang yang disebut morah-morah atau maneh-maneh, seperti parang, pisau, pakaian almarhum dan lainnya sebagai kenang-kenangan.

2.6.3 Tutur si Waluh

Tutur adalah kedudukan atau status seseorang dalam masyarakat, yang juga dapat menentukan kekerabatan seseorang. Untuk menunjukkan tingkat kekerabatan di dalam masyarakat Karo dikenal dengan istilah ertutur bertutur. Ertutur adalah saling menanyakan identitas yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Ertutur merupakan salah satu ciri masyarakat Karo bila ia hendak berkenalan dengan seseorang yang belum pernah dikenalnya. Biasanya diawali dengan menanyakan merga, kemudian bere-bere marga ibu. Melalui ertutur diperolehlah jalinan hubungan kekerabatan satu sama lain melalui sapaan kekeluargaan yang diperoleh. Sapaan itu dapat berupa : bapa bapak, nande ibu, mama paman, mami bibi, bengkila panggilan istri kepada mertua laki-laki, bibi panggilan istri kepada mertua perempuan, senina saudara semarga, turang laki-laki terhadap perempuan dan sebaliknya, yang memiliki marga sama, impal hubungan kekerabatan antara seorang pemuda dengan anak dari saudara laki-laki ibunya, silih abang ipar atau adik ipar, bere-bere keponakan, anak anak, kempu cucu, entai cicit, entah buyut, turangku panggilan seorang istri kepada suami dari kakak atau adik perempuan suaminya, agi adik, kaka kakak laki-laki perempuan, permen panggilan mertua 47 laki-laki terhadap menantu perempuannya, nini bulang kakek, nini tudung nenek, empung kakek dari ayah atau ibu, beru nenek dari ayah atau ibu. Pada dasarnya begitu seseorang kalak orang Karo lahir ke dunia dia telah memiliki Waluh delapan kemungkinan tutur, yaitu apakah sebagai sebagai kalimbubu, puang kalimbubu, senina, sembuyak, senina sipemeren, senina sepengalonsedalanen, atau anak beru Tarigan, 2009. Kedelapan kemungkinan tutur tersebut dalam masyarakat Karo dikenal dengan istilah Tutur Siwaluh, yang mana diperoleh melalui hubungan darah, hubungan perkawinan, maupun melalui ertutur itu sendiri. Proses ertutur yang dikenal dalam kalangan masyarakat Karo terdiri dari enam lapis 20 1. Merga beru adalah marga yang diturunkan diwariskan dari ayah, untuk laki-laki disebut merga dan beru untuk perempuan. yaitu : 2. Bere-bere adalah beru ibu kita. Jika ibu saya beru Karo, maka berebere saya adalah bere-bere Karo. 3. Binuang adalah bere-bere ayah kita. 4. Kempu adalah bere-bere ibu kita. 5. Kampah adalah bere-bere dari kakek kita dari pihak ayah 6. Soler adalah bere-bere dari nenek kita dari pihak ibu Lazimnya, masyarakat Karo hanya memakai proses ertutur sampai lapisan kedua saja, sedangkan pada lapisan ketiga dan seterusnya biasanya dipakai dalam 20 Yusuf Tarigan dalam Sarjani Tarigan, 2009:102-103 48 acara-acara adat. Kecuali, bila dua orang yang hendak berkenalan, sama sekali tidak memiliki hubungan merga atau beru yang pas, maka diusutlah sampai lapisan ke enam. Tarigan, 2009.

2.7 Kesenian