Konsep Konsep dan Teori

6

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Nganggukken tangis adalah salah satu nyanyian atau musik vokal yang terdapat pada masyarakat Karo yang disajikan dalam konteks kematian. Nganggukken tangis merupakan nyanyian yang tidak memiliki teks yang baku, dengan kata lain teks muncul dengan spontan berdasarkan suasana hati si penyaji dalam konteks upacara kematian masyarakat Karo. Nganggukken yang artinya ‘mengalunkan ’, tangis yang artinya ‘menangis’, dan nurun artinya ‘upacara kematian yang dilaksanakan sebelum jenazah dikebumikan’. Jadi, nganggukken tangis adalah tangisan yang disajikan untuk orang yang sudah meninggal dalam sebuah upacara sebelum dikebumikan. Namun nganggukken tangis yang penulis maksud disini adalah nganggukken tangis yang terdapat dalam upacara nurun pada masyarakat Karo di desa Sarilaba Jahe yang disajikan oleh sangkep nggeluh 3 Nyanyian merupakan bagian dari musik, secara umum musik terbagi atas tiga bagian yaitu: 1 musik vokal, 2 musik instrumental, dan 3 gabungan antara instrumental dan vokal. Yang dimaksud dengan musik vokal adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ujar manusia seperti mulut, bibir, lidah, dan kerongkongan yang memiliki irama, nada, ritem, dinamik, melodi dan mempunyai pola-pola serta aturan untuk bunyi tersebut. Musik vokal dapat juga disebut nyanyian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Poerwadarminta 1985:680, bahwa nyanyian adalah dari orang yang sudah meninggal. 3 Sangkep Nggeluh adalah suatu sistem kekeluargaan pada masyarakat Karo yang secara garis besar terdiri atas senina, anak beru, dan kalimbubu Tribal Collibium. Darwan Prinst,S.H. dalam Adat Karo, 2008:43. 7 sesuatu yang berhubungan dengan suarabunyi yang berirama yang merupakan alat atau media untuk menyampaikan maksud seseorang tanpa iringan musik. Berdasarkan uraian di atas maka nganggukken tangis dapat juga disebut sebagai musik vokal atau nyanyian, karena menghasilkan bunyi yang memiliki irama, nada, dinamik, dan pola-pola melodi. Analisis dapat diartikan menguraikan atau memilah-milah suatu hal atau ide ke dalam setiap bagian-bagian sehingga dapat diketahui bagaimana sifat, perbandingan, fungsi, maupun hubungan dari bagian-bagian tersebut. Analisis yang penulis maksud disini adalah menelaah dan menguraikan struktur musikal nyanyian nganggukken tangis, seperti melodi, pola ritem, kualitas suara, dan keras lembutnya suara. Struktur adalah cara bagaimana sesuatu itu dibangundibentuk dari beberapa unsur-unsur tertentu. Struktur musikal adalah unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah musik, seperti unsur melodi, pola ritem, dan lain sebagainya. Fungsi dapat dikatakan adalah manfaat atau kegunaan dari suatu hal. Sosial merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Fungsi sosial adalah manfaat maupun kegunaan suatu hal dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini penulis akan melihat apa fungsi atau pun kegunaan nganggukken tangis dalam kehidupan masyarakat Karo. Sebagai landasan penelitian ini, tekstual merupakan hal-hal yang berkaitan dengan teks atau tulisan dari suatu nyanyian. Istilah teks dalam musik vokal berarti syair. Teks atau syair dari nyanyian tersebut akan menghasilkan suatu makna. Makna tersebut adalah suatu yang tersirat dibalik bentuk dan aspek isi dari suatu kata atau 8 teks yang kemudian terbagi menjadi dua bagian, yaitu makna konotatif dan makna denotatif. Makna konotatif adalah makna kata yang terkandung arti tambahan sedangkan makna denotatif adalah kata yang tidak mengandung arti tambahan atau disebut makna sebenarnya Keraf, 1991:25. Istilah musikal menunjukkan kata sifat yang artinya bersifat musik, memiliki unsur-unsur musik seperti melodi, tangga nada, modus, dinamika, interval, frasa, serta pola ritem. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama Koentjaraningrat 2002 : 146-147. Menurut para ahli antropologi masyarakat adalah sekelompok orang yang tinggal di suatu wilayah dan yang memakai suatu bahasa umum yang biasanya tidak dimengerti oleh penduduk tetangganya Carol R. Ember dan Melvin Ember dalam T.O. Ihromi 1994 : 22. Masyarakat Karo yang dimaksud penulis disini adalah masyarakat Karo yang tinggal dan menempati daerah Kabupaten Deli Serdang, khususnya masyarakat Karo yang tinggal di Desa Sarilaba Jahe Kecamatan Sibiru-biru, di mana penulis melakukan pengamatan terhadap upacara kematian yang pernah dilaksanakan disana.

1.4.2 Teori