16
Disamping itu, penulis juga membaca dan mendapat informasi dari beberapa buku, seperti The Anthropology of Music, tulisan Alan P. Merriam, 1964; Theory and
Method in Ethnomusicology, karya Bruno Nettl, 1864; Pokok-pokok Antropologi Budaya, karya T.O. Ihromi, 1987;
Drs. Sarjani Tarigan, MSP 2010, M. Ukur Ginting Bp. Sulngam 2013 Darwan Prints S.H 2008. Adapun informasi yang
penulis peroleh dari buku-buku tersebut adalah berupa pengetahuan menganai adat istiadat dalam upacara kematian pada masyarakat Karo, sistem kekerabatan, dan
sistem religinya.
1.5.2 Kerja lapangan
1.5.2.1 Observasi
Dalam kerja lapangan penulis melakukan kegiatan pengamatan dan pengambilan data terhadap jalannya upacara kematian tersebut. Penelitian
lapangan dilakukan agar penulis dapat mengetahui secara keseluruhan mengenai objek yang diteliti. Dengan melakukan penelitian lapangan, penulis dapat terlibat
langsung dengan objek yang sedang diteliti dan mendapat lebih banyak informasi.
1.5.2.2 Wawancara
Penulis akan melakukan berbagai wawancara dengan beberapa tokoh adat, penyaji maupun individu-individu yang pernah terlibat dalam menyajikan
nganggukken tangis ini. Wawancara dengan informan yang pernah terlibat melaksanakan nganggukken tangis penulis lakukan di desa Sarilaba Jahe, tempat
dimana informan tersebut menetap. Adapun teknik wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara berfokus focus interview yaitu melakukan pertanyaan selalu
berpusat pada pokok permasalahan. Selain itu juga melakukan wawancara bebas free
17
interview yaitu pertanyaan tidak hanya terfokus pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan dapat berkembang ke pokok permasalahan lainnya yang bertujuan untuk
memperoleh berbagai ragam data, namun tidak menyimpang dari pokok permasalahan Koentjaraningrat, 1985:139. Hal ini penulis lakukan untuk
mendukung data yang telah diperoleh dari kerja lapangan maupun dari studi kepustakaan.
1.5.2.3 Rekaman
Perekaman terhadap upacara kematian yang menyajikan nganggukken tangis dilakukan di Jambur Kuta desa Sarilaba Jahe. Penulis juga melakukan perekaman
tambahan dengan meminta informan yang pernah terlibat dalam penyajian nganggukken tangis untuk menyajikan nganggukken tangis itu sendiri. Perekaman
audio-visual juga dilakukan selama upacara berlangsung. Perekaman audio menggunakan kamera DSLR Canon 700D yang sudah dilengkapi dengan alat
perekam di dalamnya. Selain itu ada juga rekaman yang dibuat di luar kegiatan. Rekaman ini dimaksudkan untuk memperjelas detil-detil yang tak terekam dengan
baik pada saat kegiatan. Rekaman ini dilakukan secara digital. Gelombang suara yang muncul dari suara si penyaji sesuai dengan permintaan penulis. Direkam secara
langsung juga dari kamera digital
DSLR Canon 700D
.
Sedangkan rekaman audiovisual untuk mengabadikan adegan-adegan yang terjadi dalam upacara juga tetap dilakukan
dengan menggunakan kamera
digital
DSLR Canon 700D
.
1.5.3 Kerja Laboratorium