Teori Konsep dan Teori

8 teks yang kemudian terbagi menjadi dua bagian, yaitu makna konotatif dan makna denotatif. Makna konotatif adalah makna kata yang terkandung arti tambahan sedangkan makna denotatif adalah kata yang tidak mengandung arti tambahan atau disebut makna sebenarnya Keraf, 1991:25. Istilah musikal menunjukkan kata sifat yang artinya bersifat musik, memiliki unsur-unsur musik seperti melodi, tangga nada, modus, dinamika, interval, frasa, serta pola ritem. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama Koentjaraningrat 2002 : 146-147. Menurut para ahli antropologi masyarakat adalah sekelompok orang yang tinggal di suatu wilayah dan yang memakai suatu bahasa umum yang biasanya tidak dimengerti oleh penduduk tetangganya Carol R. Ember dan Melvin Ember dalam T.O. Ihromi 1994 : 22. Masyarakat Karo yang dimaksud penulis disini adalah masyarakat Karo yang tinggal dan menempati daerah Kabupaten Deli Serdang, khususnya masyarakat Karo yang tinggal di Desa Sarilaba Jahe Kecamatan Sibiru-biru, di mana penulis melakukan pengamatan terhadap upacara kematian yang pernah dilaksanakan disana.

1.4.2 Teori

Dalam tulisan ini ada tiga pokok permasalahan yang penulis teliti dengan menggunakan teori dari para ahli, yang akan membantu penulis untuk mengerjakan pokok masalah tersebut. Tiga pokok permasalahan itu adalah : fungsi, musikal, dan tekstual, yang akan menggunakan tiga teori utama. Untuk mengkaji penggunaan dan fungsi nganggukken tangis sebagai nyanyian ratapan kematian digunakan teori fungsi use and function yang ditawarkan oleh 9 Allan P. Merriam 1964. Teori fungsi adalah salah satu teori yang dipergunakan pada ilmu sosial, yang menekankan kepada saling ketergatungan anatara institusi- institusi dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Kajian atau analisis terhadap fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi. Dalam disiplin etnomusikologi, Merriam 1964:7-18 menyatakan bahwa dalam studi etnomusikologi, maka para ahlinya tidak bisa terlepas dari konteks kebudayaan secara keseluruhan. Untuk memahami penggunaan dan fungsi musik, khususnya dalam nganggukken tangis, penulis berpedoman pada pendapat Allan P.Merriam 1962, 209-226 yang menyatakan tentang penggunaan musik yang meliputi perihal pemakaian musik dan konteks pemakaiannya atau bagaimana musik itu digunakan. Berkenaan dalam hal penggunaan yang dikemukakan pleh Allan P.Merriam 1964, 217-218 menyatakan perihal penggunaan musik sebagai berikut: 1 penggunaan musik dengan kebudayaan material, 2 penggunaan musik dengan kelembagaan sosial, 3 penggunaan musik dengan manusia dan alam, 4 penggunaan musik dengan nila-nilai estetika, dan 5 penggunaan musik dengan bahasa. Untuk menemukan jawaban perihal fungsi musik, Merriam yang menyebutkan bahwa terdapat sepuluh fungsi musik dalam ilmu etnomusikologi yaitu: 1 fungsi pengungkapan emosional, 2 fungsi pengungkapan estetika, 3 fungsi hiburan, 4 fungsi komunikasi, 5 fungsi perlmabangan, 6 fungsi reaksi jasmani, 7 fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, 8 fungsi pengesahan lembaga sosial, 9 fungsi kesinambungan budaya, dan 10 fungsi pengintegrasian masyarakat. Lebih lanjut, secara tegas Merriam membedakan pengertian fungsi ini dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan fungsi. Menurutnya,membedakan pengertian 10 penggunaan dan fungsi adalah sangat penting. Para ahli etnomusikologi pada masa lampau tidak begitu teliti terhadap perbedaan ini. Jika kita berbicara tentang penggunaa musik, maka kita menunjuk kepada kebiasaan the ways musik dipergunakan dalam masyarakat, sebagai praktik yang biasa dilakukan, atau sebagai bahagian daripada pelaksanaan adat istiadat, baik ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya dengan aktivitas-aktivitas lain 1964:210. Lebih lanjut Merriam menjelaskan perbedaan pengertian antara penggunaan dan fungsi sebagi berikut. Music is used in certain situations and becomes a part of them, but it may or may not also have a deeper function. If the lover uses song to who his love, the function of such music may be analyzed as the continuity and the perpetuation of the biological group. When the supplicant uses music to the appoarch his god, he is employing a particular mechanism in conjuction with other mechanism as such as dance, prayer, organized ritual, and ceremonial acts. The function of music, on the other hand, is ensperable here from the function religion which may perhaps be interpreted as establishment of a sense of security vis-à-vis the universe. “Use” them, refers to the situation in which music is employed in human action; “Function” concerns the reason for its employment and particularly the broader purpose which it serves 1964:210. Dari kutipan diatas terlihat bahwa Merriam membedakan pengertian penggunaan dan fungsi musik berdasarkan kepada tahap dan pengaruhnya dalam sebuah masyarakat. Musik dipergunakan dalam situasi tertentu dan menjadi bahagian dari situasi tersebut. Penggunaan bisa atau tidak bisa menjadi fungsi yang lebih dalam. Dia memberikan contoh, jika seseorang menggunakan nyanyian yang ditujukan untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu bisa dianalisis sebagai perwujudan dari kontinuitas dan kesinambungan keturunan manusia, yaitu untuk memenuhi kehendak biologis bercinta, kawin, berumah tangga, dan pada akhirnya menjaga kesinambungan keturunan manusia. Jika seseorang menggunakan musik 11 untuk mendekatkan dari kepada Tuhan, maka mekanisme tersebut berhubungan dengan mekanisme lain, seperti menari, berdoa, mengorganisasikan ritual dan kegiatan-kegiatan upacara. “Penggunaan” menunjukkan situasi musik yang dipakai dalam kegiatan manusia; sedangkan “fungsi” berkaitan dengan alasan mengapa si pemakai melakukan, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari sekedar apa yang dapat dilayani oleh adanya musik itu. Dalam mengkaji aspek musikal ngangguken tangis yang disajikan secara melodis, penulis berpedoman kepada teori yang dikemukakan oleh Malm yang dikenal dengan teori weighted scale. Pada prinsipnya teori weighted scale adalah teori yang lazim dipergunakan di dalam disiplin etnomusikologi untuk menganalisis melodi baik itu berupa musik vokal atau instrumental. Ada delapan parameter atau criteria yang perlu diperhatikan dalam menganalisis melodi, yaitu: 1 tangga nada sacle, 2 nada dasar pitch center, 3 wilayah nada range, 4 jumlah nada frequency of note, 5 jumlah interval, 6 pola-pola kadensa cadence patterns, 7 formula melodi melody formula, dan 8 kontur contour Malm dalam terjemahan Takari 1993:13. Dalam penelitian ini, sebelum menganalisis melodi nganggukken tangis yang disajikan oleh narasumber penulis, maka terlebih dahulu data audio ditranskripsi ke dalam notasi balok dengan pendekatan etnomusikologis. Setelah dapat ditransmisikan ke dalam bentuk notasi yang bentuknya visual, barulah notasi tersebut di analisis. Untuk melihat nganggukken tangis tergolong ke dalam bagian nyanyian tradisional atau nyanyian rakyat yang bagaimana, penulis menngambil teori Brunvand. Ia membagi nyanyian rakyat menjadi tiga bagian, yakni: 12 1. Nyanyian rakyat yang berfungsi Functional folk song adalah nyanyian yang katakata dan lagunya memegang peranan yang sama penting dan cocok dengan irama di dalam aktivitas tertentu. 2. Nyanyian rakyat yang bersifat liris lirycal folk song adalah nyanyian rakyat yang teksnya bersifat liris, yang merupakan pencetusan rasa haru si penyanyi tanpa menceritakan kisah yang bersambung koheren. 3. Nyanyian rakyat yang bersifat berkisah Narative folk song adalah nyanyian rakyat yang menceritakan suatu kisah. Danandjaya, 1984:146-152. Dari keterangan di atas, nganggukken tangis merupakan nyanyian rakyat yang berfungsi dalam kebudayaannya, karena berhubungan langsung dengan kebudayaan masyarakat Karo desa Sarilaba Jahe. Selanjutnya, untuk menganalisis teks-teks yang dinyanyikan dalam ngangguken tangis ini, penulis juga menggunakan teori William P. Malm. Ia menyatakan bahwa dalam musik vokal, hal yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut silabis. Sebaliknya, bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatik. Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi Malm dalam terjemahan Takari 1993:15 13

1.5 Metode penelitian