Kriteria Pelayanan TB dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit

16 b. Rumah Sakit Rumah Sakit Umum, Balai Kesehatan Paru Masyarakat BKPM, dan klinik lainnya dapat melaksanakan semua kegiatan tatalaksana pasien TB. c. Dokter Praktek Swasta DPS dan fasilitas layanan lainnya. Secara umum konsep pelayanan di Balai Pengobatan dan DPS sama dengan pelaksanaan pada rumah sakit dan Balai Pengobatan klinik KemenKes RI, 2011.

2.2 Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit

Pelayanan TB menggunakan strategi DOTS disediakan dan diberikan kepada pasien sesuai dengan ilmu pengetahuan kedokteran mutakhir dan standar yang telah disepakati oleh seluruh organisasi profesi di dunia, serta memanfaatkan kemampuan dan fasilitas rumah sakit secara optimal. Tujuan pelayanan TB dengan strategi DOTS di rumah sakit adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan medis TB di rumah sakit melalui penerapan strategi DOTS secara optimal dengan mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan serta memenuhi etika kedokteran.

2.2.1 Kriteria Pelayanan TB dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit

Setiap pelayanan TB dengan strategi DOTS bagi pasien TB harus berdasarkan standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional. Universitas Sumatera Utara 17 Setiap pelayanan TB berdasarkan International Standard for Tuberculosis Care ISTC atau Standar Diagnosis, Pengobatan dan Tanggung Jawab kesehatan Masyarakat. KemenKes RI,2010. 2.2.2 Administrasi dan Pengelolaan Pelayanan TB dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364MenkesSK2009 tentang Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis mengamanatkan bahwa penanggulangan terhadap TB merupakan program nasional yang wajib dilakukan oleh setiap institusi pelayanan kesehatan dan menjadi dasar bagi semua pelaksanaan penanganan TB. Mengingat pelaksanaan pelayanan TB di rumah sakit sangat rumit dengan keterlibatan berbagai disiplin ilmu kedokteran serta penunjang medik, baik di poliklinik maupun bangsal bagi pasien rawat jalan dan rawat inap serta rujukan pasien dan spesimen. Maka dalam pengelolaan TB di rumah sakit dibutuhkan manajemen tersendiri dengan dibentuknya Tim DOTS di Rumah Sakit. Tim DOTS di Rumah Sakit dipimpin oleh seorang DirekturWakil Direktur berfungsi sebagai administrator, yang berfungsi sebagai : a. Membuat kebijakan dan melaksanakannya. b. Mengintegrasikan, merencanakan, dan mengkoordinasikan pelayanan. c. Melaksanakan pengembangan staf dan pendidikanpelatihan. d. Melakukan pengawasan terhadap penerapan standar pelayanan mediskedokteran termasuk medicolegal. Universitas Sumatera Utara 18 e. Berkoordinasi dengan Komite Medik untuk memfasilitasi implemantasi etika kedokteran dan mutu profesi, penetapan Standar Pelayanan Medis dan Standar Pelayanan Operasional. f. Membentuk Tim DOTS yang dipimpin oleh Ketuapimpinan yang berfungsi : Pengatur administrasi, pengatur pengembangan staf, pengawas kualitas pelayanan agar sesuai dengan standar pelayanan medis, pengawas bahwa penanganan pasien TB di rumah sakit menggunakan strategi DOTS dan jejaring internal berjalan optimal serta aktif melaksanakan jejaring eksternal, pengawas bahwa pencatatan dan pelaporan baik kepada Direktur maupun Dinas KesehatanKota semuanya terlaksana dengan benar dan tepat waktu. 2.2.3 Staf dan Pimpinan Penempatan penetapan, hak dan kewajiban staf medis untuk pelayanan TB dengan strategi DOTS oleh pimpinan rumah sakit. Terdapat pengorganisasian kelompok Staf Medis Fungsional SMF berasal dari unit terkait dengan pasien TB dalam wadah fungsional yaitu Tim DOTS. Tim DOTS mempunyai uraian tugas, fungsi dan kewajiban yang jelas. Staf medis dalam Tim DOTS berperan aktif dalam membuat Standar Prosedur Operasional SPO bagi pelayanan pasien TB. Adapun kriteria staf dan pimpinan antara lain : a. Pimpinan rumah sakit membentuk Tim DOTS sebagai wadah khusus dalam pengelolaan pasien TB di rumah sakit. b. Pembentukan Tim DOTS di rumah sakit bersifat fungsional ditetapkan melalui surat keputusan direktur rumah sakit. Universitas Sumatera Utara 19 c. Tim DOTS di rumah sakit berada di bawah koordinasi DirekturWakil Direktur Pelayanan Medik. Tugas, fungsi, serta wewenang Tim DOTS di rumah sakit ditetapkan berdasarkan kompetensi dan diatur sebagai berikut: a. Ketua Tim DOTS adalah seorang dokter spesialis paru atau penyakit dalam atau dokter spesialis atau dokter umum yang bersertifikat Pelatihan Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit PPTS DOTS. b. Ketua Tim DOTS merangkap sebagai anggota, dimana anggotanya terdiri dari SMF Paru, SMF Penyakit Dalam, SMF Kesehatan Anak, SMF Lainnya bila ada Bedah, Obgyn, Kulit dan Kelamin, Saraf, dll, Instalasi Laboratorium PA, PK, Mikro, Instalasi Farmasi, perawat rawat inap dan perawat rawat jalan terlatih, petugas pencatatan dan pelaporan, serta petugas Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit PKMRS. 2.2.4 Standar Ketenagaan Pelayanan TB dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit Standar ketenagaan pelayanan TB dengan strategi DOTS di Rumah Sakit antara lain : a. Rumah Sakit Umum Pemerintah 1 RS Kelas A : kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 6 dokter, 3 perawatpetugas TB, dan 1 tenaga laboratorium 2 RS Kelas B : kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 6 dokter, 3 perawatpetugas TB, dan 1 tenaga laboratorium Universitas Sumatera Utara 20 3 RS Kelas C : kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 4 dokter, 2 perawatpetugas TB, dan 1 tenaga laboratorium 4 RS Kelas D : kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 2 dokter, 2 perawatpetugas TB, dan 1 tenaga laboratorium b. Rumah Sakit Swasta : menyesuaikan. c. Dokter Praktek Swasta : minimal telah dilatih. Apabila rumah sakit tidak dapat membentuk Tim DOTS karena keterbatasan tenaga profesional, maka paling sedikit ada 3 orang staf rumah sakit yang menjalankan tugas untuk mengkoordinir pelaksanaan strategi DOTS di rumah sakit, yaitu : seorang Dokter, seorang Perawat paramedis, seorang Petugas Laboratorium Kemenkes RI, 2010. Dokter ataupun Dokter Spesialis bertugas untuk melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik pada pasien, penegakkan diagnosa hingga pemberian obat, juga memberikan penjelasan edukasi dan informasi mengenai TB dan pentingnya kepatuhan minum obat. Perawat paramedis bertugas untuk memberikan obat setelah diagnosis ditegakkan oleh dokter, memberikan penjelasan edukasi dan informasi mengenai TB dan pentingnya kepatuhan minum obat, juga melakukan pencatatan dan pelaporan. Petugas laboratorium bertugas memeriksa sputum pasien TB dan melakukan pencatatan dan pelaporan. Ketiga petugas tersebut di atas harus bersertifikat Pelatihan Pelayanan Tuberkulosis Dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit. Universitas Sumatera Utara 21 Tugas Tim DOTS di rumah sakit adalah menjamin terselenggaranya pelayanan TB dengan membentuk unit DOTS di rumah sakit sesuai dengan strategi DOTS termasuk sistem jejaring internal dan eksternal KemenKes RI, 2011. Petugas TB rumah sakit di Medan yang telah dilatih oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara harus melakukan pencatatan sesuai dengan standar operasional yang ada dan memberikan pelaporan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai perkembangan kasus TB yang terdapat di rumah sakit tersebut. Hal- hal yang harus dilaporkan dari rumah sakit kepada Dinas Kesehatan Kota Medan tersebut antara lain : a. Jumlah pasien TB secara keseluruhan kasus TB BTA +- b. Apakah strategi DOTS di rumah sakit tersebut berjalan atau tidak, dengan melihat jumlah pasien yang sembuh angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan, jumlah pasien yang putus obat drop-out, jumlah pasien konversi. c. Hasil laboratorium Petugas TB rumah sakit harus aktif melakukan semua kegiatan penanggulangan TB sesuai dengan strategi DOTS. Semua kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan materi saat pelatihan program penanggulangan TB yang sudah diberikan dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara pada saat pelatihan. Menurut Dinas Kesehatan Kota Medan, indikator keaktifan petugas TB rumah sakit dilihat dari: Universitas Sumatera Utara 22 a. Pelaporan yang harus tepat waktu b. Seluruh pemeriksaan dan pengobatan TB harus sesuai dengan tahapan strategi DOTS c. Tidak ada pasien yang putus obat drop-out Apabila petugas TB rumah sakit tidak memberikan laporan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan maka dapat dikatakan petugas TB tersebut belum bekerja secara maksimal dalam melaksanakan program HDL walaupun petugas TB rumah sakit tersebut telah melakukan pemeriksaan dan pengobatan TB sesuai dengan tahapan strategi DOTS. Selain petugas TB rumah sakit, Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara juga melatih supervisor untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan program HDL. Untuk tingkat KabupatenKota, kriteria supervisor tersebut adalah : a. Supervisor terlatih pada Dinas Kesehatan. b. Jumlah tergantung beban kerja yang secara umun ditentukan jumlah puskesmas, RS dan fasyankes lain di wilayah kerjanya serta tingkat kesulitan wilayahnya. Secara umum seorang supervisor membawahi 10-20 Fasyankes. c. Bagi wilayah yang memiliki lebih dari 20 Fasyankes dapat memiliki lebih dari seorang supervisor. Universitas Sumatera Utara 23 Tabel 2.1. Uraian Tugas Program TB untuk Petugas di Rumah Sakit No Uraian Tugas Dokter Paramedis Petugas Lab 1 MENEMUKAN PENDERITA : a. Memberikan penyuluhan tentang TB kepada pasien TB, keluarga dan PMO b. Menjaring suspek penderita tersangka TB c. Mengumpul dahak untuk pemeriksaan pasien TB d. mengisi buku daftar suspek Form TB.06 e. Membuat sediaan hapus dahak. f. Mewarnai dan membaca sediaan dahak, mengirim balik hasil bacaan, mengisi buku register laboratorium TB.04, dan menyimpan sediaan untuk di cross check g. Menegakkan diagnosis TB sesuai protap h. Membuat klasifikasitipe penderita i. Mengisi kartu penderita Form TB.01 dan kartu identitas penderita Form TB.02 j. Memeriksa kontak terutama kontak dengan penderita TB BTA positif k. Memantau jumlah suspek yang diperiksa dan jumlah penderita TB yang ditemukan X X X X X X X X X X X X X X X 2 MEMBERIKAN PENGOBATAN : a. Menetapkan jenis paduan obat b. Memberikan obat tahap intensif dan tahap lanjutan c. Mencatat pemberian obat tersebut dalam kartu penderita Form TB.01 d. Menentukan PMO bersama penderita e. Memberikan KIE penyuluhan pada penderita, keluarga dan PMO X X X X X X X Universitas Sumatera Utara 24 Tabel 2.1. Lanjutan No Uraian Tugas Dokter Paramedis Petugas Lab f. Melakukan pemeriksaan dahak ulang untuk follow-up pengobatan g. Mengenal efek samping obat dan komplikasi lainnya serta cara penanganannya h. Menentukan hasil pengobatan i. Mencatat hasil pengobatan di kartu penderita X X X X X X 3 PENANGANAN LOGISTIK : a. Menjamin tersedianya OAT di RS b. Menjamin tersedianya bahan pelengkap lainnya formulir, reagens, dll X X X 4 PENGELOLAAN LABORATORIUM : a. Memelihara mikroskop dan alat laboratorium lainnya b. Menangani limbah laboratorium c. Melaksanakan prosedur keamanan dan keselamatan kerja X X X 5 JAGA MUTU PELAKSANAAN SEMUA KEGIATAN No. 1 sd 4 X Sumber : Kemenkes RI, 2011 2.2.5 Pelatihan Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas dalam rangka meningkatkan mutu dan kinerja petugas. Konsep pelatihan dalam program TB, terdiri dari : a. Pendidikanpelatihan sebelum bertugas pre service training Dengan memasukkan materi program penanggulangan tuberkulosis strategi DOTS dalam pembelajarankurikulum Institusi pendidikan tenaga kesehatan Fakultas Kedokteran, Fakultas Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Farmasi dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 25 b. Pelatihan dalam tugas in service training Dapat berupa aspek klinis maupun aspek manajemen program : 1 Pelatihan dasar program TB initial training in basic DOTS implementation yang terdiri dari pelatihan penuh, pelatihan ulangan retraining, pelatihan formal yang dilakukan terhadap peserta yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya tapi masih ditemukan banyak masalah dalam kinerjanya dan tidak cukup hanya dilakukan melalui supervisi, dan pelatihan penyegaran pelatihan untuk peserta yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya minimal 5 tahun; 2 Pelatihan lanjutan continued trainingadvanced training : pelatihan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan program yang lebih tinggi. Materi berbeda dengan pelatihan dasar. Evaluasi pelatihan adalah proses penilaian secara sistematis untuk menentukan apakah tujuan pelatihan telah tercapai atau tidak, untuk menentukan mutu pelatihan yang dilaksanakan dan untuk meningkatkan mutu pelatihan yang akan mendatang. Demikian pentingnya evaluasi pelatihan maka pelaksanaanya harus terintegrasi dengan proses pelatihan. Jenis dan tahap evaluasi pelatihan : a. Selama pelatihan, terdiri dari : evaluasi reaksi dan evaluasi pembelajaran. Evaluasi ini menilai penyelenggaraan pelatihan, peserta, fasilitator, materi dan metode pembelajaran. Universitas Sumatera Utara 26 b. Paska pelatihan, terdiri dari : 1 Evaluasi kinerja, menilai kompetensi dan kinerja ditempat tugas. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan supervisi dan dilakukan setidaknya setelah 3-6 bulan setelah mengikuti pelatihan; 2 Evaluasi dampak, menilai dampak pelatihan terhadap tujuan programorganisasi, dilakukan sesuai dengan kebutuhan dapat dilakukan melalui penelitian operasional. Materi-materi yang diberikan saat pelatihan tatalaksana TB antara lain mengenai : 1 program pengendalian TB; 2 penemuan dan pengobatan TB; 3 komunikasi, informasi dan edukasi KIE TB; 4 logistik program pengendalian TB di Fasyankes; 5 pencegahan dan pengendalian infeksi TB; 6 jejaring program pengendalian TB; 7 monitoring dan evaluasi program pengendalian TB.

2.2.6 Supervisi