98
5.4. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Petugas
Motivasi adalah berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dimulai, dikuatkan, disokong, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektif yang timbul dalam
organisasi ketika semua ini berlangsung Tampubolon, 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17 responden yang memiliki motivasi rendah terdapat 11
orang 64,7 juga memiliki kinerja kurang, sedangkan dari 25 responden yang memiliki motivasi tinggi terdapat 18 orang 72,0 juga memiliki kinerja baik.
Diperoleh nilai p 0,018 0,05 artinya terdapat hubungan motivasi dengan kinerja petugas dalam pelaksanaan strategi DOTS. Petugas P2TB termotivasi untuk kinerja
yang baik karena mereka sadar pentingnya pelaksanaan DOTS yang selanjutnya mampu melaksanakan kinerja yang baik. Berdasarkan hasil multivariat diperoleh ada
hubungan motivasi terhadap kinerja. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya
kinerjanya baik mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena kinerja petugas memberikan kepuasan dalam meningkatkan pekerjaan.
Menurut Dinkes Kota medan para petugas P2TB akan mendapatkan insentif berdasarkan pencatatan dan pelaporan mengenai jumlah penemuan suspek TB,
pemeriksaan laboratorium BTA bulan kedua, pemeriksaan laboratorium BTA bulan kelima, pemeriksaan laboratorium BTA pada masa akhir pengobatan, jumlah pasien
konversi, dan jumlah pasien yang sembuh. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa menurut responden ternyata pemberian gaji maupun insentif tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini mungkin merupakan sebab yang membuat motivasi petugas P2TB
Universitas Sumatera Utara
99
tersebut menjadi rendah yang tentunya akan berhubungan terhadap kinerja petugas P2TB tersebut dalam melaksanakan tugasnya di rumah sakit.
Peran motivasi yang ada pada diri seseorang dalam melaksanakan pekerjaan dapat dijelaskan melalui pendapat Gibson 1996 yang menyatakan motivasi sebagai
suatu dorongan yang timbul pada atau di dalam diri seorang individu yang menggerakan atau mengarahkan perilaku. Demikian juga kinerja petugas, apabila
memiliki motivasi yang baik akan dapat bekerja sesuai dengan target yang ditetapkan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Siahaan 2012 bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi terhadap kinerja petugas pengendalian risiko lingkungan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasan 2004 dalam Ginting 2009 bahwa mutu pelayanan kesehatan di puskesmas dipengaruhi oleh
motivasi kerja perawat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Dimana mutu pelayanan tentunya berhubungan dengan kinerja petugas dalam melakukan pelayanan
kesehatan di suatu Rumah Sakit maupun pelayanan kesehatan lainnya. Apabila motivasi petugas tinggi maka kinerja petugas juga baik. Begitu pula sebaliknya
dengan motivasi petugas yang rendah maka kinerja petugas akan kurang. Tentunya nanti akan berhubungan dengan mutu pelayanan di suatu Rumah Sakit atau pelayanan
kesehatan lainnya. Hal ini mengacu kepada pengertian motivasi yang disebutkan Mangkunegara 2009 bahwa motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan
kondisi seseorang yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Motivasi tersebut terbentuk dari sikap seseorang menghadapi situasi kerja, serta terkait juga dengan
Universitas Sumatera Utara
100
sikap mental sebagai kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja yang maksimal, serta memahami tujuan utama dan target
kerja yang dicapai. Karena setiap petugas pekerja pasti memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya, sesuai dengan teori hierarki oleh Abraham Maslow 1970.
5.5. Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Kinerja Petugas