Hubungan Pelatihan dengan Kinerja Petugas Hubungan Sikap dengan Kinerja Petugas

94 melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain, media massa maupun lingkungan. Tingkat pengetahuan individu akan sangat berpengaruh terhadap keadaan yang ikut serta dalam suatu kegiatan dan mempunyai dampak terhadap perilaku, namun bila dianalisis lebih jauh proses terbentuknya suatu kesadaran tidak hanya di pengaruhi oleh pengetahuan. Pengetahuan saja belum cukup untuk membuat seseorang merubah perilakunya. Perubahan atau adopsi perilaku adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Spencer dan Spencer 1993 dalam Harjanti 2009, menyatakan bahwa pengetahuan merupakan kompetensi intelektual, yang meliputi senantiasa mencari informasi Information seeking, keahlian teknis Technical expertise. Technical professionalmanagerial expertise termasuk pengetahuan terkait pada pekerjaan bisa technical, professional, atau manajerial, dan juga motivasi untuk memperluas, memanfaatkan, dan mendistribusikan pengetahuan tersebut, hal-hal tersebut sangat dibutuhkan dalam peningkatan kualitas kinerja yang dilakukan.

5.2. Hubungan Pelatihan dengan Kinerja Petugas

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 responden yang memiliki pelatihan kurang terdapat 10 orang 62,5 yang memiliki kinerja baik, sedangkan dari 26 responden yang memiliki pelatihan cukup terdapat 14 orang 53,8 juga memiliki kinerja baik. Hasil analisis bivariat Chi-square test Universitas Sumatera Utara 95 menunjukkan bahwa nilai p 0,582 0,05 berarti tidak ada hubungan pelatihan dengan kinerja petugas dalam pelaksanaan strategi DOTS. Dalam penelitian ini hasil yang didapatkan tidak membuktikan teori. Berdasarkan hasil multivariat tidak diperoleh pengaruh pelatihan terhadap kinerja petugas P2TB. Hasil tersebut tidak sama hasilnya dengan penelitian sebelumnya, misalnya pada penelitian yang dilakukan oleh Syahputra 2009 menyatakan ada hubungan yang signifikan antara variabel pelatihan dengan kinerja petugas Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Lhokseumawe. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Fakhrizal 2010 yang juga mendapatkan hasil adanya hubungan antara pelatihan dengan kinerja perawat pelaksana di RSUD Dr. H. Yuliddin Away di Tapaktuan Aceh Selatan. Berarti dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa pelatihan tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap kinerja petugas P2TB di rumah sakit. Hal ini mungkin dikarenakan para petugas yang telah dilatih program HDL ini sudah lama berkecimpung dalam pekerjaan mereka yang berhubungan dengan pasien TB. Misalnya dokter spesialis paru otomatis sudah pasti handal dalam melakukan pemeriksaan dan perawatan pasien TB. Hal serupa mungkin juga terjadi pada paramedis yang telah dilatih program HDL ini. Begitu juga pada analis dalam memeriksakan sputum pada pasien TB. Mereka sudah terbiasa dalam mengerjakan pemeriksaan kasus TB ini, karena kasus TB ini bukan kasus baru di Indonesia, dan program penanggulangannya sudah lama wajib dijalankan dari pemerintah. Universitas Sumatera Utara 96

5.3. Hubungan Sikap dengan Kinerja Petugas

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 22 responden yang memiliki sikap negatif terdapat 13 orang 59,1 juga memiliki kinerja kurang, dan dari 20 responden yang memiliki sikap positif terdapat 15 orang 75,0 juga memiliki kinerja baik. Ada hubungan antara sikap dengan kinerja petugas dalam pelaksanaan strategi DOTS dengan nilai p 0,026 0,05. Berdasarkan hasil multivariat diperoleh bahwa tidak ada hubungan sikap terhadap kinerja. Pada saat penelitian masih ditemukan petugas P2TB yang tidak setuju penegakan diagnosa pada penderita TB anak saat ini harus menggunakan scoring, hal ini mungkin responden yang menjawab tidak terlalu mengerti sistem scoring dikarenakan mereka dokter umum, karena berdasarkan observasi penelitian jika ada pasien suspek TB pada anak pastinya langsung merujuk kepada spesialis anak. Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang telah melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang. Sikap terdiri atas 3 komponen pokok, yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, arrtinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian didalamnya terkandung faktor emosi orang terhadap objek. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave, artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang- ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka tindakan. Ketiga komponen Universitas Sumatera Utara 97 tersebut bersama-sama membentuk sikap yang utuh total adtidude. Dalam menentukan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran keyakinan dan emosi memegang peranan penting Notoatmodjo, 2005. Hasil yang sama juga didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuliastuti 2007 bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel sikap terhadap kinerja perawat. Begitu pula pada penelitian oleh Siregar 2013 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap kinerja bidan. Gibson 1988 dalam Yuliastuti 2007 menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan motivasi dan kepuasa kerja seorang pekerja. Sikap belum tentu langsung terwujud ke dalam suatu tindakan overt behaviour, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan ataupun tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung misalnya sarana maupun prasarana yang diperlukan untuk menjalankan suatu tugas para petugas P2TB tersebut. Selain faktor sarana dan prasarana, petugas P2TB ini juga harus memiliki kesadaran sendiri akan pentingnya menjalankan program HDL ini. Jika mereka tidak memiliki kesadaran tersendiri untuk kesembuhan para pasien TB ini maka tentunya sikap mereka bisa dikatakan tidak mendukung terhadap program HDL ini, dan kinerja mereka berarti juga kurang, dan tentunya akan berdampak tidak baik dalam program penaggulangan TB di Indonesia. Universitas Sumatera Utara 98

5.4. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Petugas