Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Petugas

91

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Petugas

Kinerja petugas membutuhkan kemampuan dan keterampilan yang baik dari tenaga penolongnya, sumber utama dari suatu keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan suatu pekerjaan pada awalnya adalah adanya pengetahuan tentang cara dan metode penanganan, disamping faktor pengalaman dalam melakukan tugas penanganan tersebut. Seorang petugas yang mempunyai pengetahuan yang baik tentunya akan mampu dalam melakukan tugasnya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 21 responden yang memiliki pengetahuan kurang ada 14 orang 66,7 juga memiliki kinerja kurang, dan dari 21 responden yang memiliki pengetahuan baik ada 17 orang 81,0 juga memiliki kinerja baik. Hasil uji Chi-square test menunjukkan bahwa nilai p 0,002 0,05 artinya terdapat hubungan pengetahuan dengan kinerja petugas dalam pelaksanaan strategi DOTS. Pengetahuan sangat menentukan seseorang dalam berperilaku, misalnya kinerja dalam pelaksanaan strategi DOTS, yaitu menemukan penderita, memberikan pengobatan, penanganan logistik, dan pengelolaan laboratorium. Hasil penelitian di rumah sakit ditemukan yang paling banyak Dokter yang menjawab salah adalah mengenai kriteria suspek TB resisten OAT adalah kasus TB kronik, gagal pengobatan kategori 2, pasien dengan BTA tetap positif setelah Universitas Sumatera Utara 92 pengobatan sisipan, pasien kambuh, kemudian untuk pertanyaan diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan penemuan kuman TB BTA melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis, dan untuk pertanyaan mengenai diagnosis TB paru pada anak dapat ditegakkan bila jumlah total dari sistem scoring ≥ 6. Kesalahan dalam menjawab pertanyaan yang dilakukan oleh dokter ini mungkin diakibatkan karena kesalahan persespsi terhadap pertanyaan yang diajukan, ataupun untuk sistem scoring dalam mendiagnosa TB anak ini belum seluruh dokter umum yang mengerti mengenai sistem ini walaupun mereka sudah mendapatkan pelatihan. Berdasarkan observasi selama penelitian sebagian besar Rumah Sakit apabila mendapatkan pasien suspek TB anak maka mereka langsung merujuk ke dokter spesialis anak. Namun setelah dari dokter spesialis anak, para petugas TB tidak mendapatkan pelaporan, sehingga pencatatan dan pelaporan menjadi tidak lengkap. Oleh karena itu kiranya diharapkan agar Direktur Rumah Sakit maupun tim manajemen rumah sakit agar lebih rutin melakukan supervisi untuk memperbaiki tatalaksana program HDL ini. Diharapkan agar lebih tegas kepada seluruh pihak maupun bagian yang berhubungan terhadap tatalaksana TB, karena tentunya tatalaksana TB ini nukan hanya pada bagian Paru ataupun Penyakit Dalam saja. Diharapkan bagian lain mau ikut serta dan berkomitmen dalam tatalaksana TB di Rumah Sakit ini. Paramedis tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam penerimaan OAT dari kabupatenkota adalah kecuali segera masukkan OAT ke dalam gudang penyimpanan. Kesalahan dalam menjawab pertanyaan ini mungkin karena kesalahan persepsi dalam memahami maksud pertanyaan yang diajukan. Universitas Sumatera Utara 93 Analisis tidak tahu pengumpulan dahak yang baik adalah kecuali letakkan pot dahak di tempat yang terkena sinar matahari. Kesalahan dalam menjawab pertanyaan ini mungkin karena kesalahan persepsi dalam memahami maksud pertanyaan yang diajukan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kinerja petugas P2TB. Berdasarkan hasil multivariat diperoleh ada hubungan pengetahuan terhadap kinerja petugas P2TB dengan nilai koefisien B 4,196, dimana variabel pengetahuan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa tingginya pengetahuan akan meningkatkan kinerja, sebaliknya jika pengetahuan kurang maka kinerja menjadi rendah. Maka sebagai petugas kesehatan dokter, paramedis dan analis yang berpengetahuan baik mempunyai peluang untuk kinerja yang baik dibandingkan dengan petugas kesehatan yang berpengetahuan kurang baik terhadap kinerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purba 2001, yakni pengetahuan tentang gizi sangat berpengaruh terhadap kinerja petugas gizi puskesmas. Hasil ini sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Green 1980 dalam Notoatmodjo 2010 bahwa pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2003, yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan Universitas Sumatera Utara 94 melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain, media massa maupun lingkungan. Tingkat pengetahuan individu akan sangat berpengaruh terhadap keadaan yang ikut serta dalam suatu kegiatan dan mempunyai dampak terhadap perilaku, namun bila dianalisis lebih jauh proses terbentuknya suatu kesadaran tidak hanya di pengaruhi oleh pengetahuan. Pengetahuan saja belum cukup untuk membuat seseorang merubah perilakunya. Perubahan atau adopsi perilaku adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Spencer dan Spencer 1993 dalam Harjanti 2009, menyatakan bahwa pengetahuan merupakan kompetensi intelektual, yang meliputi senantiasa mencari informasi Information seeking, keahlian teknis Technical expertise. Technical professionalmanagerial expertise termasuk pengetahuan terkait pada pekerjaan bisa technical, professional, atau manajerial, dan juga motivasi untuk memperluas, memanfaatkan, dan mendistribusikan pengetahuan tersebut, hal-hal tersebut sangat dibutuhkan dalam peningkatan kualitas kinerja yang dilakukan.

5.2. Hubungan Pelatihan dengan Kinerja Petugas