Pengukuran Iklim Kerja Produktivitas Kerja

28

2.1.2.3 Pengukuran Iklim Kerja

Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan pengukuran iklim kerja dalam organisasi adalah sebagai berikut : a. Pengukuran menurut likert dalam Davis Newstran 1990 Yaitu pengukuran iklim kerja dengan menggunakan kuesioner yang berhubungan dengan iklim kerja, yaitu dimensi kepemimpinan, komunikasi, pengambilan keputusan tujuan dan control serta proses pegaruh dan interaksi dengan jawaban menggunakan skala lima tingkatan yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk. Namun pendapat likert ini tidak disebutkan berapa jumlah pertanyaan serta validitas dan relibialitasnya. b. Pengukuran menurut Litwin dan Meyer dalam Suyanto 2001 Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berhubungan dengan keenam dimensi iklim kerja, yaitu kesesuaian perasaan, tanggung jawab, standar, penghargaan, kejelasan dan hubungan antar manusia yang akan saling berinteraksi dalam membentuk iklim kerja, namun menurut pendapat Litwin dan Meyer ini tidak diketahui jumlah pertanyaan, validitas dan reliabilitas serta skalanya. 2.1.2.4 Konsep Iklim Kerja dalam Manajemen Keperawatan Untuk menghasilkan perawat yang berkualitas diperlukan individu- individu yang yang senantiasa berdedikasi tinggi dan professional yang memberikan sumbangan yang berharga bagi rumah sakit. Didalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya perawat perlu faktor-faktor pendukung diantaranya adalah iklim kerja yang harmonis. Iklim kerja di ruang rawat inap terkait erat Universitas Sumatera Utara 29 dengan proses penciptaan lingkungan kerja yang kondusif di rumah sakit, sehingga tercipta hubungan dan kerja sama yang harmonis yang dapat mewujudkan produktivitas kerja semakin baik pada diri perawat. Manajer keperawatan perlu mengkondisikan lingkunganya agar kondusif bagi perawat untuk mengekspresikan inovasi dan kreativitasnya. Keharmonisan dan keserasian tersebut dapat tercipta jika sistem kerja dibuat rukun dan kompak sehingga tercipta iklim yang kondusif. Hal ini akan membuat para perawat termotivasi untuk bekerja dengan optimal yang pada akhirnya tujuan organisasi dapat terwujud dengan tingkat efisien dan efektivitas yang tinggi. Marquis dan Huston 2000, menyatakan bahwa dalam upaya pemberdayaan tenaga keperawatan, diperlukan beberapa aspek organisatoris antara lain filosofis, struktur pengorganisasian, tanggung jawab, hubungan kerja sama atau koordinasi, standar kinerja dan otonomi perawat. Bila aspek-aspek tersebut kurang mendapat perhatian maka akan tercipta kondisi kerja yang tidak kondusif. Swansburg 2000, menyatakan bahwa aktifitas keperawatan yang dibuat oleh manajer dapat menjadi iklim kerja yang positif yaitu dengan : a. Mengembangkan misi, tujuan yang objektif berdasarkan masukan dari perawat pelaksana termasuk tujuan pribadi staf tersebut. b. Memberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang termasuk perkembangan karir dan pendidikan berkelanjutan. c. Meningkatkan kerjasama tim. d. Menganalisa sistem kompensasi organisasi keperawatan dan strukturnya untuk memberi penghargaan atas kompensasi dan produktivitasnya. Universitas Sumatera Utara 30 e. Meningkatkan otonomi, harga diri dan rasa percaya diri dalam melaksanakan keperawatan. f. Memberikan kepercayaan dan keterbukaan termasuk memberikan motivasi. g. Mengkaji hal-hal yang tidak diperlukan dan memberikan hukuman berat membatasinya. h. Memberikan keamanan dan kebebasan untuk mengemukakan ide tanpa adanya konflik dan konfrontasi. i. Mengembangkan perencanaan termasuk desentralisasi pembuatan keputusan dan partisipasi dalam pelaksanaan keperawatan.

2.1.3 Etos Kerja