a. Berdasarkan kebutuhan
Program bimbingan harus disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik dan sesuai dengan kondisi pribadinya, serta jenjang dan jenis
pendidikannya.
b. Lengkap dan menyeluruh
Program bimbingan yang dimuat seharusnya memuat segenap fungsi bimbingan, yaitu meliputi jenis layanan dan kegiatan pendukung,
serta menjamin dipenuhinya prinsip dan asas-asas bimbingan dan konseling.
c. Sistematik
Sistematik dalam arti program disusun menurut urutan logis, tersinkronisasi dengan menghindari tumpang tindih yang tidak perlu,
serta dibagi-bagi secara logis.
d. Terbuka dan luwes
Program bimbingan yang tersusun secara terbuka dan luwes dapat memudahkan untuk pengembangan dan penyempurnaannya, tanpa harus
merombak program itu secara menyeluruh.
e. Memungkinkan kerja sama
Program yang disusun memungkinkan kerjasama dengan semua pihak yang terkait dalam rangka sebesar-besarnya memanfaatkan
berbagai sumber dan kemudahan yang tersedia bagi kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling.
f. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut.
Penilaian dan tindak lanjut digunakan untuk penyempurnaan program pada khususnya dan peningkatan keefektifan dan keefisienan
penyelenggaraan program bimbingan dan konseling pada umumnya. Ohlsen Slameto, 1990, mengungkapkan bahwa hal-hal yang sangat
esensi dalam program bimbingan adalah sebagai berikut: a. Program bimbingan disusun atas dasar kebutuhan dan persoalan anak
didik. b. Pembimbing yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan anak
didik, diberi tempat atau kedudukan yang pokok. c. Penting adanya seorang yang ahli dan terlatih dalam lapangan bimbingan.
d. Kerjasama pemimpin
lembaga sangat
penting di
dalam dan
melaksanakan program bimbingan.
3.Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan
Slameto 1990, menyebutkan beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun program bimbingan yaitu:
a. Mengadakan inventarisasi masalah dan kebutuhan anak didik.