dan sistem yang kita miliki sangat hebat tetapi jika kontrol dari pergerakan inventory tersebut tidak baik, akan tetap merugikan perusahaan.
Sehingga untuk mencari jawaban atas permasalahan umum mengenai pengendalian persediaan seperti yang telah kita uraikan sebelumnya, diperlukannya
berbagai macam jenis metode yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Berikut metode yang dipakai dalam hal pengendalian persediaan:
2.10.1 EOQ Economic Order Quantity Single Item
EOQ adalah teknik pengendalian permintaan pemesanan barang yang optimal dengan biaya inventory serendah mungkin. Jumlah biaya yang ditekan serendah
mungkin adalah carrying cost biaya penyimpanan dan ordering cost biaya pemesanan. Dalam perhitungan dan pengendalian inventory sehubungan dengan
EOQ model, variasinya tergantung dari keadaan supply dan demand-nya. Variasi ini bisa meliputi saat stock-out, keadaan kebutuhan tetap, kebutuhan kapasitas lebih, ada
masa tenggang waktu penundaan antara saat pemesanan dengan saat penerimaan, kebutuhan tidak tetap potongan harga dan juga ketika ada aliran produk yang
berkelanjutan. Yunarto dan Santika, 2005. Menurut Ariyani 2008 : 58 EOQ relatif mudah digunakan, tetapi didasarkan
pada beberapa asumsi, yaitu: 1.
Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan. 2.
Lead time atau waktu ancang-ancang, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui dan bersifat konstan.
3. Barang yang disimpan hanya satu macam.
4. Barang yang di pesan segera dapat tersedia.
5. Harga barang konstan, tidak mungkin diberikan diskon.
6. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.
7. Tidak terjadi stock out kekurangan persediaan.
Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah Q setiap kali pemesanan EOQ sehingga meminimasi biaya total persediaan dimana :
Biaya Total Persediaan = Ordering Cost + Holding Cost + Purchasing Cost Parameter – parameter yang dipakai dalam model ini adalah :
D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode misalnya : 1 tahun k = ordering cost setiap kali pesan
h = holding cost per-satuan nilai persediaan per-satuan waktu c = purchasing cost per-satuan nilai persediaan
Secara grafis model dasar persediaan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
L t = QD
Titik saat pesanan diterima order point
Rata-rata persediaan = Q2
Waktu Tingkat
persediaan
Q
Gambar 2.3: Model Persediaan EOQ
Principle of Inventory and Materials Management, Tersine, 1999 dalam Arif, 2008
Setiap siklus persediaan berlangsung selama siklus waktu t, artinya setiap t hari atau minggu, bulan, dsb dilakukan pemesanan kembali. Lamanya t sama dengan proporsi
kebutuhan satu periode D yang dapat dipenuhi oleh Q, sehingga dapat ditulis t = D
Q .
Sedangkan frekuensi pemesanan = Q
D
Ordering cost per-periode =
k Q
D
Holding cost per-periode =
2
Q h
Purchasing cost per-periode = D.c Dengan menggabungkan ketiga komponen biaya diatas :
Biaya Total Persedian TC =
c D
Q h
k Q
D .
2
Biaya Total Persedian Incremental TIC =
2
Q h
k Q
D
atau TIC = Dkh
2
Holding cost hQ2
Jumlah pesanan Gambar 2.4: Total Biaya Persediaan
Sistem Produksi, Ariyani, 2008
Q Kurva TAC
Kurva ordering cost DQk Biaya
Biaya total relevan TC merupakan penjumlahan 2 komponen biaya ordering cost dan holding cost, sehingga tinggi jarak kurva TC pada titik Q merupakan hasil
penjumlahan tinggi kedua kurva komponen biaya tersebut. Ordering cost mempunyai bentuk geometris hiperbola dimana makin kecil Q,
berarti makin sering pemesanan dilakukan dan makin besar biaya pemesanan yang dikeluarkan demikian juga sebaliknya.
Holding cost mempunyai bentuk garis lurus karena komponen biaya ini tergantung pada tingkat persediaan rata–rata. Garis ini dimulai dari titik Q=0, dimana
tingkat persediaan rata–rata semakin membesar secara proposional dengan gradient yang sama.
2.10.2 Reorder Point Titik Pemesanan Kembali