Berpikir kritis adalah proses disiplin secara intelektual dimana seseorang secara aktif dan terampil memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mensintesakan dan mengevaluasi berbagai informasi yang dia kumpulkan atau yang dia ambil dari pengalaman, pengamatan, refleksi yang
dilakukannya, penalaran atau komunikasi yang dilakukannya. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual peneliti diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran matematika.
Penelitian ini berfokus pada materi perkalian dan pembagian.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir, maka hipotesis
tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1 Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil
belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA SD Negeri Jongkang tahun pelajaran 20152016, dilaksanakan dengan lima langkah
yaitu relating, eksperiencing, applying, cooperting, dan transferring. 2
Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi perkalian dan pembagian kelas IIIA
SD Negeri Jongkang tahun pelajaran 20152016.
3 Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematika materi perkalian dan pembagian
siswa kelas IIIA SD Negeri Jongkang tahun pelajaran 20152016.
24
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini terdapat delapan pokok bahasan yang akan dibahas. Peneliti akan membahas mengenai jenis penelitian, setting penelitian, persiapan, kegiatan
setiap siklus, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada materi perkalian dan pembagian melalui
model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang tahun 2015 merupakan Penelitian Tindakan Kelas PTK. John Eliot dalam Suwandi,
2011:10 mengemukakan PTK adalah suatu kajian tentang situasi sosial dengan tujuan memperbaiki mutu tindakan dalam situasi sosial tersebut.
Pendapat tersebut juga tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Kusumah, dkk 2009: 9 penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara 1 merencanakan, 2 melaksanakan, dan 3 merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran yang berkualitas guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
seorang guru atau peneliti kepada suatu subyek dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu hasil belajar. Untuk memudahkan
proses penelitian, peneliti dapat menggunakan model penelitian tertentu sesuai kebutuhan.
Model penelitian tindakan kelas yang digunakan peneliti adalah model Kemmis Mc Taggart. Arikunto 2010: 17 mengemukakan bahwa model
penelitian Kemmis Mc Taggart terdiri dari beberapa siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu: 1 perencanaan, 2 pelaksanaan, 3
pengamatan dan 4 refleksi. Model penelitian Kemmis Mc Taggart dalam Arikunto 2010: 17 dapat digambarkan melalui gambar siklus model PTK
seperti di bawah ini.
Sumber: Kemmis Mc Taggart dalam Arikunto 2010:17
Gambar 3.1 Siklus Model PTK
Perencanaan Pelaksanaan
SIKLUS I Refleksi
Pengamatan
SIKLUS II Pelaksanaan
Perencanaan Refleksi
Pengamatan
B. Setting Penelitian