Aspek-aspek Konsep Diri Karakteristik Konsep Diri Remaja

c. Keluarga Keluarga, seperti cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan.

4. Aspek-aspek Konsep Diri

Agustiani 2006: 139-141, membagi konsep diri dalam beberapa aspek-aspek: a. Aspek fisik Aspek fisik meliputi sejumlah konsep yang dimiliki individu mengenai penampilan, kesesuaian dengan jenis kelamin, arti pentingnya tubuh, dan perasaan gengsi dihadapan orang lain yang disebabkan oleh keadaan fisiknya. b. Aspek psikologis Aspek ini meliputi penilaian individu terhadap keadaan psikis dirinya, seperti perasaan mengenai kemampuan atau ketidakmampuannya. Peranan tersebut akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri dan harga dirinya. c. Aspek moral Aspek moral merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah dalam kehidupan individu atau seseorang dalam memandang nilai etika moral bagi dirinya, seperti kejujuran, tanggungjawab atas kegagalan yang dialaminya, religiusitas serta perilakunya nilai-nilai hidup yang dijalaninya. d. Aspek sosial Aspek ini meliputi kemampuan individu dalam berhubungan dengan dunia diluar dirinya seperti perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosial dengan orang lain secara umum, yaitu mencakup hubungan antara individu dengan keluarga dan individu dengan lingkungan.

5. Karakteristik Konsep Diri Remaja

Santrock 1998 menyebutkan sejumlah karakteristik penting konsep diri remaja, yaitu: a. Abstract and idealistic Gambaran konsep diri yang abstrak, misalnya dapat dilihat dari pernyataan remaja mengenai dirinya: “saya seorang manusia. Saya tidak dapat memutuskan sesuatu. Saya tidak tahu siapa diri saya ”, sedangkan deskripsi idealistik dapat dilihat dari pernyataan: “ saya orang yang sensitif, yang sangat peduli terhadap perasaan orang lain. Saya rasa, saya cukup cantik.” b. Differentiated Remaja menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks atau situasi yang terdiferensiasi. Misalnya, remaja berusaha menggambarkan dirinya menggunakan sejumlah karakteristik dalam hubungannya dengan keluarganya, atau dalam hubungannya dengan teman sebaya, dan bahkan dalam hubungan romantis dengan lawan jenisnya. c. The fluctiating self Diri remaja akan terus akan terus memiliki ciri ketidakstabilan hingga masa dimana remaja berhasil membentuk teori mengenai dirinya yang lebih utuh, dan biasanya tidak terjadi hingga masa remaja akhir, bahkan hingga masa dewasa awal. d. Real and ideal, true and false selves Munculnya kemampuan remaja untuk mengkonstruksikan diri ideal mereka di samping diri yang sebenarnya, sesutau yang membingungkan bagi remaja. Remaja dapat membedakan diri mereka yang benar dan diri mereka yang palsu. Kecenderungan remaja menunjukkan diri yang palsu hanya untuk membuat orang lain menganguminya, untuk mencoba peran baru yang disebabkan adanya pemaksaan dari orang orang lain untuk berperilaku palsu, karena orang lain tersebut tidak memahami diri remaja yang sebenarnya. e. Social comparison Remaja menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi diri mereka. Namun kesediaan remaja untuk mengakui bahwa mereka menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi diri mereka cenderung menurun karena akan membahayakan popularitas mereka. f. Self-conscious Remaja lebih sadar akan dirinya, menjadi lebih introspektif, yang mana hal ini menjadi bagian dari kesadaran diri remaja dan bagian dari eksplorasi diri. Intropeksi tidak selalu terjadi ketika remaja dalam keadaan isolasi sosial. Remaja meminta dukungan dari teman-temannya. g. Self-protective Mekanisme untuk mempertahankan diri. Menunjukkan adanya kebingungan dan konflik yang diakibatkan danya usaha-usaha introspektif untuk memahami dirinya, juga memiliki upaya untuk melindungi dan mengembangkan dirinya. h. Unconscious Melibatkan bahwa komponen yang tidak disadari unconscious termasuk dalam dirinya, sama seperti komponen yang disadari conscious. i. Self-integration Pada akhir masa remaja konsep diri menjadi lebih terintegrasi, di mana bagian yang berbeda-beda dari diri secara sistematik manjadi satu kesatuan. Remaja yanag lebih tua lebih mampu mendeteksi adanya ketidakkonsistenan dalam gambaran diri mereka sebelummnya.

6. Kualitas Individu yang Memiliki Konsep Diri Negatif

Dokumen yang terkait

Hubungan pembelajaran fisika menggunakan media komik dengan minat belajar siswa pada konsep zat dan wujudnya di SLTP Negeri 1 Jember siswa kelas I Cawu 1 tahun pelajaran 2000/2001

0 8 97

Penggunaan peta konsep untuk mengatasi miskonsepsi siswa pada konsep jaringan tumbuhan: penelitian tindakan kelas di MAN 10 Jakarta

1 13 76

Peningkatan apresiasi puisi dengan media Mind mapping pada siswa kelas VIII tahun pelajaran 2010-2011 ptk di MTs Muhammadiyah 1 Ciputat

3 17 294

Peningkatan kualitas pembelajaran ketrampilan pembicara bahasa Indonesia melalui teknik bercerita : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V111 smpn 13 tangerang selatan tahun pelajaran 2009/2010

8 126 127

Peningkatan keterampilan menulis naskah drama dengan media cerpen ( sebuah penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI MAN Cibinong Bogor tahun pelajaran 2010-2011)

2 21 165

Peningkatan kemampuan memahami bacaan melalui media gambar pada siswa kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat Tahun pelajaran 2013/2014

1 16 116

Peningkatan kemampuan reduplikasi dalam karangan narasi dengan metode tugas individu: penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat

12 84 118

Hubungan antara komunikasi orang tua dan siswa dengan prestasi belajar siswa : studi penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pamulang

0 5 94

Upaya meningkatkan motivasi belajar matematika melalui pemberian kartu skor partisipasi siswa : penelitian tindakan kelas di SMP Islamiyah Ciputat

0 9 181

Peningkatan keterampilan menulis narasi dengan media teks wacana dialog: penelitian tindakan pada siswa kelas VII MTs Negeri 38 Jkaarta tahun pelajaran 2011-2012

4 39 107