145
Kegiatan Pembelajaran 9 PENGEMBANGAN INSTRUMEN NON TES
Yasser Awaluddin , S.E, M.Ed
A. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta memahami langkah-langkah mengembangkan instrumen penilaian kinerja.
B. Indikator
1. Menguraikan langkah-langkah pengembangan instrumen penilaian kinerja. 2. Mengidentifkasi langkah-langkah pengembangan rubrik secara
top-down
. 3. Mengidentifikasi langkah-langkah pengembangan rubrik secara
bottom-up
. 4. Mengidentifikasi dampak dari penggunaan skala penilaian yang tidak tepat.
C. Uraian Pembelajaran
Langkah-langkah dalam mengembangkan instrumen penilaian kinerja unjuk kerja pada dasarnya sama dengan langkah-langkah untuk melakukan penilaian
dengan tes tertulis. Langkah-langkah ini berlaku untuk semua jenis penilaian kinerja baik berupa presentasi, projek, produk, portofolio, dan sebagainya. Ada
tiga langkah, yaitu: tentukan dengan jelas kinerja yang akan dinilai, kembangkan jenis penilaian yang sesuai, dan tentukan teknik pen-skoran yang tepat.
1. Tentukan dengan jelas kinerja yang akan dinilai.
Karena penilaian kinerja merupakan jenis penilaian yang kompleks maka sebelum penilaian dilakukan guru harus sudah menentukan dengan jelas
aspek kinerja apa yang akan menjadi sasaran penilaian. Untuk memandu penentuan aspek kinerja yang akan dinilai, pertimbangkan hal-hal dibawah ini:
A. Kompetensi Dasar yang harus dicapai. Walaupun kurikulum 2013 menekankan pada penilaian otentik, tidak semua
penilaian harus dilakukan dengan penilaian kinerja. Kompetensi-kompetensi dasar tertentu lebih sesuai dinilai dengan menggunakan instrumen tes tertulis
146 seperti pilihan ganda dan jawaban singkat. Pastikan bahwa pemilihan dan
penggunaan jenis penilaian kinerja memang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yang akan diukur dengan indikator-indikator
pencapaian kompetensi. B. Tentukan aspek kinerja yang akan menjadi fokus penilaian.
Penilaian kinerja umumnya hanya dikaitkan dengan ranah keterampilan khususnya untuk konteks Indonesia. Hal ini kurang tepat. Penilaian kinerja
sesungguhnya juga dapat digunakan untuk menilai ranah pengetahuan siswa bersama-sama dengan keterampilan dan kemampuan yang dinilai. Untuk
dapat melaksanakan sesuatu dengan terampil kompeten seseorang harus menguasai pengetahuan yang mendasari keterampilan tersebut. Misalnya,
untuk dapat menganalisis dampak negatif dari pemanfaatan hutan untuk lahan perkebunan, siswa harus memahami dulu konsep-konsep dasar seperti
konsep sumber daya alam, kelangkaan, dan kemasyarakatan. Selain itu yang perlu digaris bawahi adalah: keterampilan tidak selalu
berkaitan dengan gerak dan segala sesuatu yang berwujud. Sesuai dengan permendikbud nomor 1042015 keterampilan dapat dikategorikan menjadi
dua: keterampilan konkrit dan keterampilan abstrak. Keterampilan konkrit berkenaan dengan gerak dan segala sesuatu yang berwujud. Keterampilan
abstrak berkaitan dengan keterampilan berpikir seperti aplikasi teori, analisis, sintesis, mencipta, memecahkan masalah, pengambilan keputusan, dan
sebagainya. Jadi sesungguhnya keterampilan abstrak merupakan ranah kognitif l
evel tinggi, yang sering disebut dengan “higher order thinking skills” skill = keterampilan.
Dalam pelajaran IPS terpadu, sebagian besar keterampilan yang dinilai berada pada daerah abstrak, seperti keterampilan mengumpulkan dan
mengolah data, menganalisis suatu peristiwa, mengevaluasi sebuah program, mengaplikasikan konsep dasar, mempresentasikan hasil penelitian, dan
sebagainya. Dimungkinkan juga pada mata pelajaran IPS siswa diminta menunjukkan keterampilan konkrit seperti menggambar peta, simulasi letusan
gunung, dan lain-lain. Sehingga, pada hakikatnya penentuan aspek kinerja yang akan dinilai pada mata pelajaran IPS dapat mencakup ranah