97 disebut Inter-Government Group On Indonesia IGGI, yang terdiri atas sejumlah
negara maju, termasuk Jepang dan Belanda, dengan tujuan membiayai pembangunan ekonomi di Indonesia.
Tujuan jangka panjang dari pembangunan ekonomi di indonesia pada masa Orde baru adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui suatu proses
industrialisasi dalam skala besar, yang pada saat itu di anggap sebagai satu- satunya cara yang paling tepat dan efektif untuk menanggulangi masalah-
masalah ekonomi seperti kesempatan kerja dan defisit neraca pembayaran. Pada tahun 1969 Repelita I Rencana pembangunan Lima Tahun Pertama
dimulai. Tujuan utama pelaksanaan Repelita I adalah untuk membuat Indonesia menjadi swasembada, terutama dalam kebutuhan beras. Dampaknya cukup
signifikan yaitu pertumbuhan ekonomi mencapai rata-rata 7 selama 1969-1990. Pada tahun 1980-an sistem perekonomian berubah dari sentralisasi 1970
menjadi desentralisasi, peran sektor swasta semakin besar, dan masuknya modal asing. Namun, pada sektor mikro tidak terlalu menggembirakan dimana
jumlah kemiskinan masih tinggi, kesenjangan ekonomi masih besar. Berikut ini ditampilkan perbandingan perbandingan antara pemerintahan pada
masa orde lama dan pemerintahan masa orde baru.
ASPEK ORDE LAMA 1945-
1965 ORDE BARU 1966-1996
Orientasi Kebijakan
Ekonomi Kebijakan ekonomi tertutup
orientasi sosialiskomunis Ekonomi
terbuka orientasi
kapitalis Kemauan
Politik Political will
Kondisi baru merdeka, emosi nasionalisme sangat
tinggI, keinginan terlihat lebih unggul
Dimata bangsa asing, sehingga proyek mercusuar
sangat marak Kemauan politik kuat untuk
membangun ekonomi
dan membuka ruang yang besar
bagi modal asing
Stabilitas Politik
Tingkat inflasi sangat tinggi Menurunkan
tingkat inflasi
1966 = 500 menjadi 1970 = 5-10
98 Ekonomi
Sumber Daya
Manusia Kualitas SDM yang baik
sangat terbatas Kualitas
SDM lebih
baik dengan meningkatnya jumlah
masyarakat yang sekolah Kondisi
Politik Dunia
Situasi dunia yang baru saja selesai Perang Dunia II
berpengaruh negatif Kondisi Oil Boom, berakhirnya
perang Vietnam dan perang dingin
membaa dampak
positif. Tabel 5. Perbandingan antara Pemerintahan Masa Orde Lama dan Orde Baru
3. Masa Pemerintahan Transisi 1997-1998
Pada tanggal 14 dan 15 Mei 1997, nilai tukar Baht Thailand terhadap dolar AS mengalami suatu goncangan hebat akibat para investor asing mengambil
keputusan ‘ jual’. Pada hari Rabu, 2 Juli 1997, bank sentral Thailand terpaksa menyatakan bahwa nilai tukar baht di bebaskan dari ikatan dengan dolar AS.
Sejak itu nasibnya di serahkan sepenuhnya kepada pasar. Hari itu juga pemerintah thailand meminta bantuan IMF. Pengumuman itu mendepresikan nilai
baht sekitar 15 hingga 20 hingga mencapai nilai terendah, yakni 28,20 baht per dolar AS.
Sekitar bulan September 1997, nilai tukar rupiah yang terus melemah mulai menggoncang perekonomian nasional. Indonesia kemudian meminta bantuan
IMF, namun situasi semakin buruk dengan semakin melemahnya nilai tukar rupiah. Pada akhir bulan Oktober 1997, lembaga keuangan internasional itu
mengumumkan paket bantuan keuangannya pada Indonesia yang mencapai 40 miliar dolar AS, 23 miliar di antaranya adalah pertahanan lapis pertama front-line
defence. Paket progam pemulihan ekonomi yang di syaratkan IMF pertama kali diluncurkan pada bulan November 1997, bersama pinjaman angsuran pertama
senilai 3 miliar dolar AS. Berbeda dengan Korea Selatan dan Thailand, dua negara yang sangat serius
dalam melaksanakan program reformasi, pemerintah Indonesia ternyata tidak melakukan reformasi sesuai kesepakatannya dengan IMF. Akhirnya, pencairan
pinjaman angsuran kedua senilai 3 miliar dolar AS yang seharusnya di lakukan pada bulan Maret 1998 terpaksa di undur.
99 Krisis di Indonesia kemudian meluas tidak hanya pada masalah moneter tapi
juga pada masalah politik dan keamanan. Menjelang minggu-minggu terakhir bulan Mei 1998, DPR untuk pertama kalinya dalam sejarah indonesia dikuasaidi
duduki oleh ribuan mahasiswasiswi dari puluhan perguruan tinggi dari Jakarta dan luar Jakarta. Puncak dari keberhasilan gerakan mahasiswa tersebut, di satu
pihak, dan dari krisis politik di pihak lain, adalah pada tanggal 21 Mei 1998, yakni Presiden Soeharto mengundurkan diri dan di ganti oleh wakilnya, B.J.Habibie.
Tanggal 23 Mei 1998, presiden Habibie membentuk kabinet baru, awal dari terbentuknya pemerintahan transisi.
4. Masa Pemerintahan Reformasi 1999-2001
Tanggal 20 Oktober 1999 menjadi akhir dari pemerintahan transisi, dan awal dari pemerintahan Gus Dur yang sering di sebut juga pemerintahan reformasi. Pada
awal pemerintahan reformasi yang di pimpin oleh presiden Wahid, masyarakat umum dan kalangan pengusaha serta investor, termasuk investor asing,
menaruh pengharapan besar terhadap kemampuan dan kesungguhan Gus Dur untuk membangkitkan kembali perekonomian nasional dan menuntaskan semua
permasalahan yang ada di dalam negeri warisan rezim Orde Baru, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme KKN, supremasi hukum, hak asasi manusia
HAM, penembakan Tragedi Trisakti, Semanggi I dan II, peranan ABRI di dalam politik dan masalah disentegrasi. Awal tahun 2000 kondisi perekonomian
nasional mulai stabil dengan ciri-ciri: Laju pertumbuhan ekonomi hampir 5.
Laju inflasi rendah. Suku Bunga Bank Indonesia SBI rendah.
Namun kinerja pemerintah selanjutnya tidak berjalan seperti yang diharapkan akibat meningkatnya gejolak politik dalam negeri yang ditandai dengan:
Pertentangan elit politik Hubungan dengan IMF memburuk.
Kabinet tidak menunjukkan kinerja yang optimal.