Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan industri ritel di Indonesia meningkat, hal tersebut ditandai dengan meningkatnya peringkat Indonesia dalam Indeks Perkembangan Ritel Global GRDI 2015 yang dirilis oleh AT Kearney. Pada tahun 2014, Indonesia menduduki peringkat ke 15, sedangkan pada tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat ke 12 Tabel 1.1. Tabel 1.1 Indeks Perkembangan Ritel Global GRDI 2015 Sumber : atkearney.com, 2015 2 AT Kearney mencatat pasar ritel di Indonesia tahun 2015 mencapai USD 326 miliar atau senilai Rp 4.306 triliun. Total penjualan ritel di Indonesia pun telah tumbuh sebesar 14,5 sindonews.com, 2015. Kepala Departemen Data dan Informasi Pasar Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Aprindo, Roy Mandey mengatakan, ada 3 faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan industri ritel di Indonesia. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil pada kisaran 5 ke atas. Kedua, populasi penduduk Indonesia yang terus naik. Bahkan hampir sebagian besar penduduk Indonesia berstatus kelas menengah. Dan ketiga, gaya hidup masyarakat Indonesia yang menyukai produk - produk baru RadarPena.com, 2015. Disamping itu, situs Data Consult Business Research Studies Report memaparkan bahwa dalam periode lima tahun 2007-2011 jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan hingga 17,57 per tahun. Pertumbuhan tersebut tergolong sangat pesat yang dilihat pada tahun 2007 jumlah gerai ritel hanya 10.365 buah dan pada tahun 2011 telah mencapai 18.152 buah yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia datacon.co.id, 2011. Seiring dengan perkembangan jumlah gerai ritel yang tergolong pesat, maka dapat menciptakan tingkat persaingan di dalam industri ritel khususnya di antara toko - toko furniture. Adapun persaingan bisnis toko furniture di Indonesia, dapat dilihat pada tabel Top Brand Award 2015 di bawah ini Tabel 1.2. 3 Tabel 1.2 Top Brand Award 2015 Kategori Supermarket Perkakas Rumah dan Dekorasi Merek Top Brand Index Ace Hardware 47,4 AJBS 10,2 Depo Bangunan 8,3 Mitra 10 7,6 Sumber : topbrand-award.com, 2015 Tabel tersebut menunjukkan bahwa merek Ace Hardware mendominasi persaingan dalam kategori supermarket perkakas rumah dan dekorasi. Selain Ace Hardware, terdapat supermarket perkakas rumah dan dekorasi lainnya seperti AJBS Anak Jaya Bapak Sejahtera, Depo Bangunan dan Mitra 10 yang secara ketat bersaing untuk memperebutkan posisi kedua, ketiga, dan keempat. Melihat ketatnya persaingan dalam industri ini, maka diperlukan strategi yang tepat untuk dapat bertahan menghadapi pesaing. Setiap bisnis ritel furniture perlu meningkatkan kekuatan yang ada dalam perusahaannya dengan cara memunculkan diferensiasi yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan pesaing untuk menarik hati konsumen. Diferensiasi dalam ritel furniture tidak hanya dilakukan dengan cara - cara penentuan lokasi dan bauran barang dagangan saja, tetapi juga bisa dilakukan dengan menciptakan pengalaman berbelanja yang menarik dan disertai dengan peningkatan kualitas pelayanan. Konsumen membeli dan mengkonsumsi produk atau jasa bukan sekedar karena nilai fungsionalnya, namun juga karena nilai sosial dan emosionalnya. Nilai sosial dan emosional tersebut mencakup sensory enjoyment, 4 mewujudkan mood states yang diharapkan, mewujudkan tujuan – tujan sosial, dan memenuhi konsep diri. Dengan kata lain, pembelian dilakukan atas dasar kemampuan produk untuk menstimulasi dan memuaskan emosi. Tjiptono, 2007:382. Menurut Kertajaya pada Hamzah 2007, terdapat lima tingkatan pemasaran, yaitu pemasaran komoditas, pemasaran barang goods marketing , pemasaran jasa service marketing, pemasaran pengalaman experiential marketing dan pemasaran perubahan bentuk transformation marketing . Mengacu pada kondisi sekarang ini maka digunakanlah suatu bentuk pemasaran yang mencoba menganalisis konsumen dengan menggunakan model-model psikologis dalam menganalisis perilaku konsumen yaitu experiential marketing. Dalam pendekatan ini, pemasar menciptakan produk atau jasa dengan menyentuh panca indra konsumen, menyentuh hati, dan merangsang pikiran konsumen. Jika produk dapat menyentuh nilai emosional pelanggan secara positif maka dapat menjadi memorable experience antara perusahaan dan pelanggan. Hal ini berpengaruh sangat baik bagi perusahaan karena pelanggan yang puas biasanya menceritakan pengalamannya menggunakan jasa suatu perusahaan kepada orang lain Schmitt pada Rahmawati, 2003. Experiential marketing mencoba menggeser pendekatan pemasaran tradisional yaitu 4P product, price, place, and promotion yang hanya bertumpu pada fitur dan benefit. Pada experiential marketing, perusahaan tidak hanya berorientasi pada fitur dan benefit tetapi juga mengutamakan 5 emosi pelanggan dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang bisa memberikan kepuasan bagi pelanggan sehingga tercapai memorable experience yang membuat pelanggan mengulang kembali pengalamannya loyal dengan jasa perusahaan dan bahkan mau mengeluarkan uang lebih untuk menikmati pengalaman baru menggunakan fasilitas lain yang ditawarkan perusahaan. Unsur sense, feel,think, act, dan relate yang dijadikan pedoman, membuat experiential marketing berbeda dengan konsep tradisional. Sense ditujukan terhadap rasa dengan tujuan untuk menciptakan pengalaman melalui panca indra, feel ditujukan terhadap perasaan dan emosi positif yang timbul, think ditujukan terhadap intelektual dengan tujuan menciptakan kesadaran cognitive, pengalaman untuk memecahkan masalah yang mengikut sertakan konsumen di dalamnya, act ditujukan mempengaruhi pengalaman jasmaniah, gaya hidup, dan interaksi. Sedangkan relate berisikan aspek-aspek sense, feel, think , dan act marketing Schmitt pada Hamzah, 2007. Salah satu toko ritel yang menawarkan konsep berbeda dalam aktivitas berbelanja adalah IKEA sebuah home furnishing baru asal Swedia. Tercatat pada tanggal 15 Oktober 2014, IKEA mulai beroperasi di Indonesia. Kehadiran IKEA di Indonesia merupakan gerai ke-364 yang telah tersebar di 46 negara, yang berlokasi di Jalur Sutera Boulevard No. 45 Alam Sutera, Tangerang. Dengan luas toko yang mencapai 35.000 meter persegi, IKEA, Alam Sutera memiliki luas trading area yang mencapai kurang lebih 20.000 meter persegi dan menyediakan 1.200 area parkir untuk konsumennya hero.co.id, 2014. 6 Masyarakat dari berbagai daerah menyambut antusias pembukaan toko furniture IKEA di Indonesia. Hal itu terbukti dari banyaknya jumlah pengunjung sejak store IKEA pertama kali dibuka. General Manager IKEA Indonesia, Mark Magee, mengatakan IKEA sudah berhasil menarik lebih dari 2,5 juta pengunjung dalam kurun waktu satu tahun industri.bisnis.com, 2015. IKEA Alam Sutera menghadirkan lebih dari 7.000 jenis produk home furnishing yang inovatif, 55 room setting dengan pengaturan inspiratif, tiga setting interior lengkap untuk rumah, apartemen dan studio. Produk IKEA dikembangkan melalui pendekatan Democratic Design, dimana bentuk, fungsi, kualitas dan harga yang terjangkau terintegrasi ke dalam produk yang ramah bagi semua orang, bahkan bagi anak-anak sekalipun hero.co.id, 2014. Salah satu konsep store yang ditawarkan peritel asing ini adalah konsumen dapat melihat dan mencoba berbagai berbagai display produk yang ditawarkan IKEA Alam Sutera kepada konsumennya. Konsep store tersebut berhasil menciptakan suasana berkunjung ke retail tersebut menjadi pengalaman yang menyenangkan dan inspiratif bagi seluruh keluarga. Tata letak produk yang rapi, dekorasi yang menarik dan fasilitas yang tersedia, membuat IKEA Alam Sutera ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai wilayah di daerah Jabodetabek. Meskipun IKEA Alam Sutera terbilang peritel furniture yang baru di Indonesia dan belum masuk dalam jajaran top brand kategori supermarket perkakas rumah dan dekorasi, tetapi IKEA merupakan brand furniture yang 7 terkemuka di dunia. Hal tersebut dibuktikan dengan award yang didapatkan IKEA dari Majalah Forbes sebagai The World’s Most Valuable Brand 2015. Pada award tersebut, IKEA menduduki posisi ke 4 dalam kategori ritel setelah Wal-Mart, HM, dan Home Depot. Brand value IKEA pada tahun 2015 mencapai USD 11, 8 milyar dan brand revenue IKEA pada tahun 2015 mencapai USD 37,4 milyar Tabel 1.3. Tabel 1.3 The World’s Most Valuable Brands Award Versi Majalah Forbes Kategori Retail World Rank Retail Industry Rank Brand Brand Value Dalam Milyar Dollar Brand Revenue Dalam Milyar Dollar 20 1 Wal-Mart 24,7 313 33 2 HM 15,3 21,2 37 3 Home Depot 13 83,2 45 4 IKEA 11,8 37,4 58 5 Zara 9,4 14,8 Sumber : forbes.com, 2015 Dalam pendekatan Experiential Marketing, pemasar menawarkan produk atau jasanya dengan merangsang unsur – unsur emosi konsumen yang menghasilkan berbagai pengalaman bagi konsumen Schmitt, 1999. Dalam hal ini, IKEA berusaha agar sebanyak mungkin orang dapat menikmati perabotan rumah tangga yang didesain dengan baik, sehingga membawa perubahan yang baik dalam kehidupan mereka. Konsumen tidak perlu terburu-buru saat berkunjung ke toko IKEA, karena konsumen dapat melihat, menyentuh dan mencoba semua perabotan yang sudah ditata di berbagai room setting. Konsumen dapat merasakan nyamannya tempat tidur, mencoba sofa, membandingkan dapur serta melihat ribuan inspirasi lainnya yang dapat 8 membuat rumah terlihat lebih indah. Semua pelayanan tersebut IKEA lakukan dengan harapan mampu memuaskan para pelanggannya dengan suasana berbelanja yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat memberikan pengalaman yang positif setelah mengunjungi IKEA. IKEA mengerti pentingnya menghantarkan merek ke benak konsumen dengan melibatkan sisi emosional konsumen. IKEA juga berusaha menciptakan kualitas pelayanan yang baik dan sesuai dengan harapan konsumen. Semua itu dilakukan agar konsumen dapat merasakan kepuasan dan tentunya untuk dapat bertahan dalam menghadapi persaingan di industri ritel. Didukung dengan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Pengaruh Experiential Marketing, Emotional Branding, dan Service Quality terhadap Kepuasan Konsumen Studi Kasus pada konsumen IKEA Alam Sutera”.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Dokumen yang terkait

PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING, EMOTIONAL BRANDING, DAN BRAND TRUST TERHADAP BRAND LOYALTY

3 42 109

PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA MOBIL HONDA JAZZ DI YOGYAKARTA

0 3 9

PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA MOBIL HONDA JAZZ DI YOGYAKARTA

2 27 84

PENGARUH MARKETING STIMULI DAN SERVICE QUALITY TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DAN EFEKNYA PENGARUH MARKETING STIMULI DAN SERVICE QUALITY TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DAN EFEKNYA PADA WORD OF MOUTH (Studi Pada Konsumen Rumah Makan Baru di Yogyakarta).

1 5 15

PENGARUH SIKAP KONSUMEN PADA KOMPONENEMOTIONAL BRANDING STARBUCKS COFFEE PENGARUH SIKAP KONSUMEN PADA KOMPONEN EMOTIONAL BRANDING STARBUCKS COFFEE TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN (Studi Eksplanatif Kuantitatif Pengaruh Sikap Konsumen pada Komponen Emotional B

0 2 13

PENDAHULUAN PENGARUH SIKAP KONSUMEN PADA KOMPONEN EMOTIONAL BRANDING STARBUCKS COFFEE TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN (Studi Eksplanatif Kuantitatif Pengaruh Sikap Konsumen pada Komponen Emotional Branding terhadap Loyalitas Konsumen Starbucks Coffee Plaza Am

0 2 49

KESIMPULAN DAN SARAN PENGARUH SIKAP KONSUMEN PADA KOMPONEN EMOTIONAL BRANDING STARBUCKS COFFEE TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN (Studi Eksplanatif Kuantitatif Pengaruh Sikap Konsumen pada Komponen Emotional Branding terhadap Loyalitas Konsumen Starbucks Coffee

0 3 33

Pengaruh Experiential Marketing terhadap Loyalitas Konsumen.

1 5 22

Pengaruh Experiential Marketing, Emotional Branding, dan Variety Seeking terhadap Perilaku Brand Switching Konsumen Giggle Box.

2 11 29

ANALISIS PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI RESTORAN HANAMASA GUBENG SURABAYA.

1 3 72