21
Setiap kegiatan pasti ada maksud yang ingin dicapai dan dituju, begitu halnya dakwah. Dakwah yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok memiliki maksud yang ingin dicapai dan dituju. Tolak ukur keberhasilan dakwah ada pada pencapaian akhir atau hasil dari dakwah
yang telah dilaksanakan. Berkaitan dengan tujuan, ada 4 hal yang harus diperhatikan. Pertama adalah hal yang hendak dicapai, kedua jumlah atau
kadar yang diinginkan, ketiga berkaitan dengan kejelasan tentang yang ingin dicapai dan yang keempat adalah arah yang ingin dituju.
12
Kegiatan dakwah merupakan kegiatan dalam rangka menggapai satu tujuan tertentu, tujuan sendiri merupakan sesuatu yang mampu memberi
arah dan menjadi dasar langkah untuk bergerak dalam menjalankan aktifitas dakwah, sehingga dakwah yang dijalani jelas arahnya dan tidak
membingungkan bahkan menjadi kegiatan yang sia-sia. Karena itu para pelaku dakwah, praktisi dakwah dan penggerak dakwah hendaklah tahu
benar tujuan akhir dari kegiatan dakwah yang diinginkan, sehingga mampu mengambil langkah yang tepat dalam menjalankan proses kegiatan
dakwah, dan berjalan tepat pada arah menuju sesuatu yang ingin dituju. Toto Tasmara dalam bukunya berpendapat tentang dakwah, bahwa
tujuan dakwah sendiri adalah untuk menegakkan ajaran Islam kepada seluruh manusia baik secara individu maupaun masyarakat sehingga ajaran
tersebut mampu mendorong perbuatan manusia sesuai dengan ajaran islam.
13
12
Zaenal Muhtarom, Dasar-Dasar Menejemen Dakwah, Yogyakarta: Al-Amien Press, 1996, cet ke-1, hal. 3
13
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1987, cet ke-1, hal. 7
22
Secara mikro dakwah dapat dipahami sebagai upaya mengajak manusia ke jalan Allah baik dengan perkataan maupun perbuatan. Setiap
perkataan dan perbuatan yang baik sudah termasuk dalam kategori dakwah secara sederhana. Namun secara makro dakwah tidak sesederhana
pengertian di atas. Sebab, dakwah bertujuan merubah struktur re- strukturisasi masyarakat, bangsa dan umat manusia dari sosok yang
terbelakang, jauh dari hidayah Allah atau lebih populer dengan sebutan “masyarakat jahiliyah”, menjadi masyarakat yang beroperadaban, dan
dinaungi oleh panji-panji Allah Swt.
14
Dengan demikian, dari beberapa pengertian dakwah menurut para tokoh dan ulama dapat disimpulkan bahwa, dakwah merupakan kegiatan
yang dilakukan seseorang maupun kelompok yang menyeru, mengajak, mendorong dan membimbing manusia kepada Islam, untuk mendapatkan
ridho Allah SWT sehingga hidupnya bahagia di dunia maupun di akhirat. Sedangkan metode dakwah merupakan cara mengajak, menyeru seseorang
yang digunakan untuk mempermudah dalam mencapai tujuan dakwah yang diinginkan.
3. Pengertian Metode Dakwah
Kegiatan Dakwah banyak diabadikan di dalam ayat suci Al-Quran, ini bukti bahwa Allah Swt benar-benar mengisyaratkan kepada umat Nabi
Muhammad akan pentingnya kegiatan dakwah yang harus terus dijalankan di muka bumi ini, karena agam Islam adalah agama dakwah dilihat dari
14
Rasiyd Daud, “Islam dan Reformasi”, Jakarta: Usamah Press, 2001, cet. Ke-1, hal.
11-12
23
teori dan prakteknya, dengan dakwah Islam menyebar luas keseluruh penjuru dunia, dengan dakwah manusia bisa mengetahui apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan. Namun demikian, dakwah juga haruslah dijalankan melalui metode yang benar sehingga roda
dakwah berjalan secara efektif dan efesien. Dilihat dari maknanya, secara bahasa Metode dakwah dapat
diartikan sebagai cara mengajak, menyeru dan memanggil. Secara istilah metode dakwah dapat didefinisikan dengan cara atau jalan menyampaikan
materi keagamaan untuk sampai pada satu tujuan, dari kegiatan dakwah yang dijalankan haruslah ada cara dalam menjalankannya, proses
penyampaian dakwah haruslah tepat mengenai sasarannya. Misalnya cara penyampaian materi, cara berbahasa yang baik dalam menyampaikan
materi, cara menentukan materi agar sesuai dengan kondisi masyarakat yang ingin diseru dan lain sebagainya.
Jelas keberadaan metode dalam sebuah kegiatan sangat penting, begitu juga pada kegiatan dakwah. Dakwah yang tidak memiliki metode
tidak akan tepat pada sasaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode dakwah merupakan cara penyampaian materi dakwah yang digunakan oleh
da‟i dalam penyampaian materi, sehingga mad‟u lebih mudah dalam menerima pesan yang disampaikan.
Agama Islam telah memberi kunci kerangka dasar metode dakwah, ditegaskan oleh Allah Swt dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
24
Artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-ora ng yang mendapat petunjuk” Q.S. An-Nahl: 125.
Dari kandungan ayat diatas dapat dikeluarkan setidaknya 3 metode dakwah, yaitu:
1. “Bil-Hikmah”, secara bahasa hikmah mengandung arti bijaksana,
dalam tafsir Ibnu Katsir maksud hikmah adalah mengajak manusia dengan berbagai larangan dan perintah yang terdapat di dalam Al-
Quran dan As-Sunnah, agar mereka waspada terhadap Allah Swt.
15
Sedangkan dalam Tafsir Al-Jalalain kata Bil-Hikmah diartikan sebagai Bil-
Qur’an. banyak pendapat para ulama tentang maksud dari Bil-Hikmah. Antara lain:
a. Prof. Toha Jahya Omar:
“Al-Hikmah adalah kebijaksanaan, Artinya adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus berfikir, berusaha
menyusun dan mengatur cara-cara dengan menyesuaikan keadaan zamannya, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang
Allah Swt.
16
Dari beberapa pengertian diatas
2. “Wal Mauidloh Al-Hasanah”, Secara bahasa Mauidloh Al-Hasanah
memiliki arti pelajaran yang baik, dalam Tafsir Al-Jalalain diartikan
15
Ar- Rifa‟i, Muhammad Nasib, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
Jakarta: Gema Insani Press, 1999, cet ke-1, hal. 1078
16
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dan Berdakwah di Indonesia, Jakarta; Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet ke-1, hal. 36
25
sebagai perkataan yang lembut. Ada beberapa pengertian Mauidloh Al-Hasanah
menurut para ulama‟. Antara lain: a.
Ahamad Mustofa Al-Marghi: “Mauidlotul hasanah adalah melalui dalil-dalil yang zhani
meyakinkan yang melegakan bagi orang awam. Ini sasarannya adalah orang-orang awam. Materi yang disampaikan kepada
mereka harus sesuai dengan daya tangkap mereka.
17
b. Iman Abdullah bin Ahmad An-Nasafi:
“Maudloh Al-Hasanah adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi dari mereka, bahwa engakau memberikan nasehat
dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-
Qur’an.
18
3. “Wa Jaadilhum billatii hiya Ahsan”, Secara bahasa kalimat Jaadala
memiliki arti berdebat sedangkan bermujadalah adalah perdebatan. Secara istilah Al-Mujadalah dapat diartikan dengan Al-Hiwar atau
tukar pendapat yang dilakukan dua pihak secara sinergis, yang tidak menimbulkan permusuhan diantara keduanya
.
19
Yakni, barang siapa yang membutuhkan dialog dan tukar pikiran, maka hendaklah
dilakukan dengan cara yang baik, lemah lembut, serta tutur kata yang sopan.
20
Hal ini sebagaimana juga disebutkan dalam firman Allah Swt dalam Qur‟an surat Al-Ankabut ayat 46 yang artinya “Dan janganlah
kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang yang zhalim di antara mereka, dan
ayat seterusnya.
17
Al-Wisnal Imam Zaidallah, Strategi Dakwah Dalam Pembentukan Dai dan Khalifah Profesional, Jakarta; Kalam Mufa, 2002, cet. Ke-2, hal.74.
18
Hasanuddin, Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996 hal. 37
19
Quraish sihab, Tafsir Al-Misbah, Tanggerang: Lentera Hati, 2000, cet. Ke-1, hal. 553
20
DR. Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh “Tafsir Ibnu Katsir jilid 5”, Kairo: Mu-
assasah Daar al-Hilal Kairo, 1994, Cet. Ke-1, hal. 257