Dominansi relatif suatu spesies DR Setelah dilakukan tahapan perhitungan diatas dapat dilakukan perhitungan
Indeks Nilai Penting INP sebagai berikut: Untuk tingkat semai dan pancang:
INP = KR + FR Untuk tingkat tiang dan pohon:
INP = KR + FR + DR Total Indeks Nilai Penting INP untuk setiap tingkat pohon, tiang,
pancang, semai, dan tumbuhan bawah dihitung untuk menggambarkan kondisi vegetasi.
3.7.3 Persen Habitus
Perhitungan persen habitus perlu untuk mengetahui kelompok habitus yang paling dominan ditemui di suatu habitat. Kelompok habitus diantaranya
adalah pohon, perdu, semak, liana, herba, palem dan epifit. Adapun cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
∑ ∑
3.7.4 Persen Tumbuhan Berguna
Persen tumbuhan berguna tertentu dihitung untuk mengetahui kelompok tumbuhan berguna yang paling dominan di habitat tertentu. Adapun cara
perhitungannya adalah sebagai berikut:
∑ ∑
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas
Kawasan Taman Hutan Raya Pancoran Mas secara administratif terletak di Kota Depok, Jawa Barat. Luas Tahura Pancoran Mas berdasarkan hasil
pengukuran kasar pada tahun 1997 yaitu seluas 7,26 ha meskipun pada SK Menteri Kehutanan tahun 1999 ditetapkan seluas 6 ha. Taman Hutan Raya
Pancoran Mas terletak diantara perumahan warga di Jalan Cagar Alam Pancoran Mas, Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Depok. Letak kawasan
ini hanya berjarak 300 meter dari Stasiun Kereta Api Depok Lama. Kelurahan Pancoran Mas memiliki luasan sebesar 473,55 Ha dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kelurahan Mampang dan Kelurahan Depok Jaya Sebelah Selatan
: Kelurahan Cipayung dan Kelurahan Ratujaya Sebelah Timur
: Kelurahan Depok Sebelah Barat
: Kelurahan Rangkapan Jaya
4.2 Sejarah Pengelolaan Kawasan
Cagar Alam Pancoran Mas merupakan lahan hibah dari seorang ahli tanaman obat dan tuan tanah di Depok bernama Cornelis Chastelein kepada para
pekerjanya. Dalam wasiatnya tertanggal 13 Maret 1714 dituliskan bahwa lahan tersebut tidak boleh dipindahtangankan dan dikelola sebagai Cagar Alam karena
kealamiannya yang tidak dapat tergantikan. Pada tanggal 31 Maret 1913 lahan tersebut diserahkan kepada pemerintahan Hindia Belanda yang terhimpun dalam
perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda Nederlandsh Indische Vereeniging tot Natuurbescheming. Kawasan ini ditetapkan sebagai Cagar Alam
berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Belanda No.7 Tanggal 13 Mei 1926 dan merupakan cagar alam pertama di Indonesia dengan luasan 6 ha.
Kawasan ini pada awalnya merupakan inti dari kawasan hutan Depok dan habitat flora dan fauna endemik Pulau Jawa, namun pada saat ini telah terjadi
perubahan mendasar dan dinilai sudah tidak layak sebagai kawasan cagar alam.