9 menyeimbangkan aliran air antara hulu dan hilir sungai, serta memasok air ke
kantung-kantung air lain seperti akuifer air tanah, sungai dan persawahan. Dengan demikian danau dapat mengendalikan dan meredam banjir pada musim
hujan, serta menyimpannya sebagai cadangan pada musim kemarau Naryanto dkk., 2009.
Menurut Susmianto 2004, terdapat berbagai ancaman penyebab kerusakan ekosistem danau baik secara alami maupun akibat aktivitas manusia.
Penyebab kerusakan secara alami, misalnya banjir, gempa bumi, vulkanik. Sedangkan ancaman kerusakan yang disebabkan aktivitas manusia, misalnya
sedimentasi, pencemaran limbah rumah tangga, limbah pertanian, limbah industri, pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, memasukkan spesies
eksotik, konversi lahan, perubahan sistem hidrologi, serta pembangunan pemukiman.
2.2 Pengelolaan SituDanau
Sesuai dengan UU. No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, pengelolaan danausitu terdiri atas tiga komponen utama yaitu konservasi,
pemanfaatan, dan pengendalian daya rusak air. Waduk embung, situ, dan danau yang merupakan sumber air telah banyak mengalami penurunan fungsi dan
kerusakan ekosistem. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan danau yang banyak mengalami kendala. Dalam UU tersebut telah mengamanatkan untuk melakukan
pengelolaan danau dengan melakukan konservasi, pemanfaatan, pengendalian daya rusak air. Selain itu, masih ada peraturan lain seperti:
PP. No.51 Tahun 1997, tentang Lingkungan Hidup;
10 PP. No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air; PP. No. 32 Tahun 1990, tentang Kawasan Lindung;
Keppres No. 1232001, tentang Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air pada Tingkat Propinsi, Wilayah Sungai, Kabupaten, dan Kota;
Keputusan Menteri lainnya yang terkait dengan Pengelolaan sumberdaya Air; Menurut Manik 2003, pengelolaan dilakukan dengan pendekatan sosial
ekonomi, kelembagaan, dan teknologi. Pendekatan sosial ekonomi menjelaskan aspek sosial ekonomi. Pendekatan kelembagaan menentukan lembaga terkait.
Pendekatan teknologi menguraikan pilihan teknologi. Ketiga pendekatan ini digunakan dalam upaya pengendalian dampak.
Susmianto 2004, penyelenggaraan pengelolaan berdasarkan kesepakatan semua pihak yang dilakukan secara transparan, saling tanggung jawab, tanggung
gugat, resiko, melalui Collaborative Management. Collaborative Management merupakan proses kerjasama yang dilakukan oleh para pihak yang bersepakat atas
dasar prinsip-prinsip saling menghormati, saling menghargai, saling percaya, dan saling memberikan kemanfaatan. Pihak-pihak yang terdiri dari: pemerintah pusat,
pemerintah daerah, kelompok masyarakat sekitar, perorangan, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan institusi lainnya yang terkait dalam pengelolaan.
Selanjutnya Susmianto 2004, mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan kendala dalam melakukan pengelolaan sumberdaya air antara lain:
a. Banyaknya instansi yang terkait dalam melakukan pengelolaan DAS danau,
yaitu setiap instansi lebih mementingkan sektornya daripada konservasinya.
11 b.
Banyaknya instansi yang terkait dalam pemanfaatan air danau sehingga menimbulkan konflik kepentingan.
c. Perbedaan batas ekologis dan administratif, sehingga ada keengganan
pemerintah tempat berlokasinya danau untuk melakukan upaya konservasi yang optimal.
d. Masih lemahnya kapasitas kemampuan instansi pengelola dalam melakukan
konservasi. e.
Kurangnya pemahaman dan kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan untuk melakukan konservasi bagi penduduk yang ada di sekitar DAS ataupun yang
bermukim di sekitar danau.
2.3 Penilaian terhadap Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan