3.4.4. Metode AHP Analytical Hierarchy Process
Menurut Marimin 2004 Proses Hierarki Analitik dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun
1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih alternatif yang paling disukai. Dengan menggunakan AHP,
suatu persoalan akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk
mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses
pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan
kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian- bagiannya, serta menata dalam bentuk hierarki. Kemudian tingkat
kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan
variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut, kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas
tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan
sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goalsasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif.
Menurut Saaty 1991, Proses Hierarki Analitik adalah suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau
kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan
memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya.
A. Prinsip Pemikiran Analitik
Menurut Saaty 1991, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu :
1. Menyusun Hierarki
Manusia mempunyai kemampuan untuk mempersepsi benda
dan gagasan,
mengidentifikasinya, dan
mengkomunikasikan apa
yang mereka
amati. Untuk
memperoleh pengetahuan terinci, pikiran kita menyusun realitas yang kompleks ke dalam bagian yang menjadi elemen
pokoknya, dan kemudian bagian ini ke dalam bagian-bagiannya lagi, dan seterusnya secara hierarkis. Jumlah bagian-bagian ini
biasanya berkisar antara lima sampai sembilan. 2.
Menentukan Prioritas Manusia juga mempunyai kemampuan untuk mempersepsi
hubungan antara hal-hal yang mereka amati, membandingkan sepasang benda atau hal yang serupa berdasarkan kriteria
tertentu dan membedakan kedua anggota pasangan itu dengan menimbang intensitas preferensi mereka terhadap hal yang satu
dibandingkan dengan yang lainnya. Lalu mereka mensintesis penilaian
mereka melalui
imajinasi, atau, dalam
hal menggunakan PHA, melalui suatu proses logis yang baru dan
memperoleh pengertian yang lebih baik tentang keseluruhan sistem.
3. Konsistensi Logis
Prinsip ketiga dari pemikiran analitik adalah konsistensi logis. Manusia mempunyai kemampuan untuk menetapkan
relasi antar obyek atau antar pemikiran sedemikian sehingga koheren, yaitu obyek-obyek atau pemikiran itu saling terkait
dengan baik dan kaitan mereka menunjukan konsistensi. Konsistensi berarti dua hal. Pertama, bahwa pemikiran atau
obyek yang serupa dikelompokkan menurut homogenetis dan relevansinya. Kedua, intensitas relasi antar gagasan atau antar
obyek yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu, saling membenarkan secara logis.
B. Langkah-langkah Dasar Proses Hierarki Analitik
Menurut Saaty 1991, ada sejumlah langkah dasar dari Proses Hierarki Analitik, yaitu :
1. Definisikasikan persoalan dan rinci pemecahan yang diinginkan.
2. Struktur hierarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh dari
tingkat-tingkat puncak sampai ke tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan itu.
3. Buatlah sebuah matriks banding berpasang untuk kontribusi atau
pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat diatasnya. Dalam matriks ini,
pasangan-pasangan elemen
dibandingkan dua
elemen, kebanyakan orang lebih suka memberi suatu pertimbangan yang
menunjukkan dominasi sebagai suatu bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukan bilangan itu dan satu
tempat lain untuk memasukan nilai resiprokalnya. 4.
Dapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks dilangkah 3. Jika ada banyak
orang yang ikut serta, tugas setiap orang dapat dibuat sederhana dengan mengalokasikan upaya secara tepat, yang akan kita
jabarkan di bab sekarang. Pertimbangan ganda dapat disintesis dengan memakai rata-rata geometriknya.
5. Setelah mengumpulkan semua data banding berpasangan itu dan
memasukan nilai-nilai kebalikannya beserta entri bilangan 1 sepanjang diagonal utama, prioritas dicari dan konsistensi diuji.
6. Laksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan
dalam hierarki itu. 7.
Gunakan komposisi secara hierarkis sintesis untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-
kriteria, dan jumlahkan semua entri prioritas terbobot yang bersangkutan dengan entri prioritas dari tingkat bawah berikutnya
dan seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hierarki paling bawah. Jika hasilnya ada beberapa
buah boleh diambil nilai rata-rata aritmetiknya. 8.
Evaluasi konsistensi untuk seluruh hierarki dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan
dan menjumlahkan hasil kalinya, hasil kali ini dibagi dengan
pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara
yang sama setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya
dijumlahkan. Rasio konsistensi hierarki itu harus 10 persen atau kurang. Jika tidak mutu informasi itu harus diperbaiki, barangkali
dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika membuat pembandingan berpasangan, jika tindakan ini gagal
memperbaiki konsistensi, ada kemungkinan persoalan ini tak terstruktur secara tepat, yaitu elemen-elemen sejenis tidak
dikelompokkan di bawah suatu kriteria yang bermakna, maka kita perlu balik ke langkah 2.
C. Menetapkan Prioritas