92
Karena apabila sepasang suami isteri itu didalam membangun rumah tangga selalu memahami dan menerapkan isi surat Ar-Rum tersebut, maka percecokan yang
menjurus ke perceraian dapat dihindarkan. Sedangkan menurut Hadist, yang halal dan yang amat dibenci Allah yaitu talak perceraian. Hukum Islam menetapkan talak
bagi suami, dan suamilah yang memegang kendali talak, karena suami dipandang mampu memelihara kelangsungan hidup bersama. Suami diberi beban membayar
mahar dan menyelenggarakan nafkah isteri dan anak-anaknya. Demikian pula suami diwajibkan menjamin nafkah isterinya selama ia menjalani masa idahnya masa
tunggu bagi seorang wanita yang telah cerai dari suaminya. Hal tersebut menjadi pengikat bagi suaminya untuk tidak menjatuhkan talak dengan sesuka hati.
97
2. Sengketa Dibidang Warisan
Warisan dapat dibuka dan dinyatakan terbuka bagi ahli waris adalah ketika pewaris meninggal dunia, dengan kata lain kita hanya berhak membagi warisan
setelah pemiliknya meninggal dunia. Hal yang sering terjadi dalam hal sengketa waris adalah timbulnya sengketa antara janda si pewaris dengan keluarga besar pewaris.
Terlebih apabila selama perkawinan si janda tidak memiliki keturunan. Padahal kita ketahui bersama bahwa harta yang diperoleh selama perkawinan merupakan harta
bersama karena si janda turut andil dalam perolehan harta, walaupun ia tidak turut mencari. Apabila terjadi sengketa harta warisan maka biasanya semua anggota
97
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarna Perguruan Tinggi Agama IAIN di Jakarta Direktorat Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, II, Cetakan kedua, Jakart:
1983, hal. 237
Universitas Sumatera Utara
93
kelurga pewaris berkumpul dirumah pewaris. Pertemuan dapat dipimpin oleh anak tertua atau oleh paman atau ditunjuk dan disetujui anggota keluarga yang hadir.
98
Dalam hal lain yang sering terjadi yaitu sengketa antara anak perempuan dengan saudara laki-lakinya serta kerabat si pewaris dalam hal ini adalah nenek dan
pamannya. Karena sistem masyarakat yang patrilineal menutup kemungkinan untuk anak perempuan memperoleh bagian waris dari orang tuanya. Sehingga sangat
merugikan bagi anak perempuan. Budaya hukum Batak tidak dapat dilepaskan dari sejarah kehidupan orang Batak yang pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari
berperkara. Kalau mereka berperkara, akan memberitahu terlebih dahulu dengan memakai semacam surat, yang biasanya berisi permintaan damai atau bahkan
ancaman pembunuhan. Watak orang Batak yang lain daripada yang lain adalah berpikir bahwa ia selalu berada di pihak yang benar dan sebagai akibatnya, ia akan
memperkarakan hal-hal yang sangat sepele. Ia juga sangat ingin memperoleh kemenangan dalam gugatan karena hal itu memberinya penghargaan sebagai pihak
yang cerdik. Ia akan sangat malu bila sebaliknya ia kalah. Dalam hal bila berkaitan dengan pengaruh modern, maka sengketa yang
menyangkut sumber daya uang yang besar, akan cenderung dibawa ke Pengadilan. Bila sengketa berkaitan dengan para pihak yang berasal dari kelompok etnik yang
berbeda dengan disertai rasa permusuhan, biasanya diperlukan mediator yang berasal dari pegawai pemerintahan lokal seperti polisi. Namun bila kelompok-kelompok
98
H.Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan VIII, 2003, hal. 117
Universitas Sumatera Utara
94
tersebut berhasil bertenggang rasa, maka antar kelompok tersebut dapat dimunculkan. Pemimpin pertemuan mengupayakan agar seluruh pihak pada akhirnya berdamai
dalam pembagian warisan yang dilakukan secara adil dan baik seluruhnya anak laki- laki dan perempuan si pewaris menerima bahagiannya masing-masing.
a. Pelaksanaan Pembagian Pada Kalangan Masyarakat Batak Toba Muslim
Pembagian warisan menurut Hukum Waris Islam dilakukan dengan cara sebagai berikut : dilakukan terlebih dahulu pembayaran utang-utang dari pewaris
diselesaikan, termasuk biaya rumah sakit dan pemakaman. Pada saat pembagian warisan, dihadiri oleh pejabat Balai Harta Peninggalan dan dilakukan didepan notaris
yang dipilih oleh ahli waris sendiri bila tidak ada kesepakatan maka pengadilan agama menunjuk seorang notaris untuk pencatatan pembagian warisan tersebut.
Selanjutnya dibuat daftar benda warisan baik yang berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tetap. Bila terdapat perubahan harta benda warisan, harus
dinyatakan perubahannya itu dikuatkan oleh notaris.
99
Pada kalangan masyarakat Batak Toba menganut sistem patrilineal maka ahli waris menurut sistem patrilineal adalah sebagai berikut :
1. Ahli waris dzul faraid, yakni ahli waris yang mendapatkan bagian sesuai ketemtuan dalam Al-Qur’an dan hadist antara lain ibu, bapak, duda, saudara
laki-laki seibu, saudara perempuan sibu, cucu perempuan dari anak laki-laki, saudara perempuan kandung, saudara perempuan sebapak, kakek dan nenek.
2. Ahli waris ashabah, yakni ahli waris yang tidak memperoleh bagian tertentu, tetapi mendapatkan seluruh harta warisan apabila tidak ada ahli waris dzul
faraid dan mendapatkan seluruh sisa harta warisan setelah dibagikan kepada ahli waris dzul faraid atau tidak menerima apapun jika telah habis dibagikan
kepada ahli waris dzul faraid. Di dalam kewarisan patrilineal selalu
99
F. Satriyo Wicaksono, Hukum Waris, Jakarta : Visi Media, 2011, hal. 128
Universitas Sumatera Utara
95
memberikan kedudukan yang lebih kepada pihak laki-laki, termasuk bagian antara ibu dan bapak atas harta warisan dari anaknya sendiri.
100
B. Penyelesaian Sengketa Kewarisan Islam Pada Masyarakat Batak Toba Di Kota Medan
1. Bentuk-Bentuk Penyelesaian Sengketa