Pengurusan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah .1 Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah

II.2 Pengurusan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah II.2.1 Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah Pendaftaran tanah merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh negara atau pemerintah secara terus menerus dan teratur berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada diwilayah wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda buktinya dan pemeliharaanya 9 Hak milik menurut pasal 20 ayat 1 Undang-Undang Pokok Agararia adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mjenhgingat ketentuan dalam pasal 6. Dalam menggunkan hak milik atas tanh harus memperhatikan fungsi sosial atas tanah yaitu dakam menggunakan tanah tidak boleh menimbulkan kerugian bagi orang lain, penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat haknya, adanya keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum dan tanah harus dipelihara dengan baik agar bertambah kesuburannya dan mencegah kerusakan. Untuk mendapatkan hak yang diakui atas sebuah tanah maka perlu dilakukan pendaftaran atas tanah yang telah dimiliki untuk mendapatkan sertifikat hak miilik atas tanah yang menjadi tanda bukti kepemilikan. Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta . 9 Harsono,budi.2006.hukum agraria himpunan peraturan peraturan hukum tanah. hal: 73 pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997 yang dimana pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan azas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka yang dimana. 1. Azas sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan- ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan terutama para pemegang hak atas tanah. 2. Azas aman dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum. 3. Azas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak yang memerlu-kan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka penyelenggaran pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak yang memerlukan. 4. Azas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksana-annya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya.Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi dikemudian hari. 5. Azas terbuka dimaksudkan agar masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap saat. Selain asas-asas yang ada dalam pendaftaran tanah ada tujuan dilaksanakannya pendaftaran tanah tersebut. Adapun tujuan dilakukannya pendaftaran tanah adalah, 1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Khusus untuk memberikan jaminan kepastian hukum, meliputi a Kepastian mengenai subyek hukum hak atas tanah orang atau badan hukum b Kepastian mengenai letak, batas, ukuranluas tanah atau disebut kepastian mengenai obyek hak. c Kepastian hak atas tanah, yakni jenismacam hak atas tanah yang menjadi landasan hukum antara tanah dengan orang atau badan hukum. 2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang- bidang tanah yang sudah terdaftar. 3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Pendaftaran tanah yang dilakukan oleh masyarakat sebagai pemilik tanah sangat penting dan berguna, baik untuk sipemilik tanah maupun juga kepada pemerintah. Jadi bisa dikatakan pendaftaran tanah mempunyai kegunaan ganda, artinya di samping berguna bagi pemegang hak, juga berguna bagi pemerintah. 1. Kegunaan bagi pemegang hak, yakni a Dengan diperolehnya sertifikat hak atas tanah dapat memberikan rasa aman karena kepastian hukum hak atas tanah b Apabila terjadi peralihan hak atas tanah dapat dengan mudah dilaksanakan c Dengan adanya sertifikat, lazimnya taksiran harga tanah relatif lebih tinggi dari pada tanah yang belum bersertifikat d Sertifikat dapat dipakai sebagai jaminan kredit e Penetapam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan PBB tidak akan keliru. 2. Kegunaan bagi pemerintah, yakni a Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah berarti akan menciptakan terselenggarakannya tertib administrasi di bidang pertanahan, sebab dengan terwujudnya tertib administrasi pertanahan akan memperlancar setiap kegiatan yang menyangkut tanah dalam pembangunan di Indonesia b Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah, merupakan salah satu cara untuk mengatasi setiap keresahan yang menyangkut tanah sebagai sumbernya, seperti pendudukan tanah secara liar, sengketa tanda batas dan lain sebagainya. Adapun pelaksanaan pendaftaran meliputi kegiatan tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah 1. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi : a Pengumpulan dan pengolahan data fisik b Pembuktian hak dan pembukuannya c Penerbitan sertifikat d penyajian data fisik dan data yuridis e Penyimpanan daftar umum dan dokumen. 2. Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah meliputi : a Pendaftaran peralihan hak dan pembeban hak b Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik. Pendaftaran tanah secara sistematik adalah pendaftaran tanah yang didasarkan pada suatu rencana kerja pemerintah dan dilaksanakan dalam suatu wilayah yang ditetapkan oleh Menteri, sedangkan pendaftaran tanah secara sporadik adalah pendaftaran tanah yang dilakukan atas permintaan atau permohonan pihak yang berkepentingan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pemerintah berkewajiban untuk melakukan pendaftaran tanah sedangkan masyarakat pemegang hak atas tanah berkewajiban untuk mendaftarkan hak atas tanah tersebut Pasal 23, Pasal 32 dan {Pasal 38 Undang Undang Pokok Agraria.

II.2.2 Sertifikat Hak Milik Atas Tanah

Secara etimologi sertifikat berasal dari bahasa dari bahasa belanda “certificat” yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu, jadi sertifikat tanah adalah surat keterangan yang membuktikan hak seseorang atas sebidang tanah atau dengan kata lain keadaan tersebut menytakan bahwa ada seseorang yang memiliki bidng bidang tanah tertentu dan pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat berupa surat yang dibuat oleh instansi yang berwenang 10 Diatas telah disebutkan bahwa sertifikat merupakan surat tanda bukti hak, jadi sertifikat berfungsi sebagai alat bukti. Alat bukti yang menyatakan tanah tersebut telah diadministrasi oleh negara. Dan nama yang tertera dalam sertifikat adalah pemilik atas tanah yang dicantunkan didalamnya. Dan bagi sipemilik tanah . Sertifikat berdasarkan pasal 32 ayat 1 PP No.24 tahun 1997 yaitu surat tanda bukti hak yang berlaku sebagi alat pembuktian yangkuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. 10 Lubis, yamin, SH.,MS.,CN dan rahim lubis, SH.,M.Kn. 2008. hukum pendaftaran tanah,. Hal 204 sertifikat hak milik merupakan pegangan yang kuat dalam hal pembuktian hak miliknya sebab dikeluarkan oleh instansi yang sah dan berwenang secara hukum. Sehinggga bila yang memegang serifikat tanah itu belum namanya maka perlu dilakukan balik namanya kepada yang memegangnya sehingga terhindar dari gangguan pihak lain. Dan bila terjadi sengketa terhadap bidang tanah itu maka sertifikat yang dimiliki sipemilik tanahlah yang akan membuktikan kalau tanah tersebut adalah benar miliknya. Disamping sebagi alat bukti, sertifikat juga berguna sebagai jaminan akan eksistensi hak itu. Jaminan tersebut adalah jaminan hukum, dengan jaminan hukum yang dimiliki sertifikat hak milik tersebut maka sertifikat tersebut dapat dinyatakan sebagai surat berharga. Surat berharga yang nilai ekonomisnya tinggi, maka sipemilik sertifikat juga bisa menggunakan sertifikat tersebut sebagai jaminan hutang. Sebagai salah satu contohnya, misalnya seseorang membutuhkan uang dan melakukan peminjaman ke sebuah Bank dan sertifikat hak milik tersebut yang dijadikan sebagai jaminannya. Keberadaan sertifikat hak milik juga diaktifkan dalam kegiatan ekonomi masyarakat sehingga bagi yang menggunakannya telah dibantu dalam meningkatkan usaha dalam meningkatkan pendapatan si pemilik sertifikat tanah sekaligus juga meningkatkan tingkat perekonomian secara makro, karena sipemilik telah mengaktifkan modal yang dipinjamkannya dari bank tersebut. Untuk itu dengan keuntungan dari kepemelikan sertifikat hak milik tersebut sangat diharapkan Kantor Pertanahan sebagi struktur pengelola admnistrasi tanah dapat meningkatkan kualitas pelayanannya kepada masyarakat.

II.2.3 Kepuasan Masyarakat Mengenai Kualitas Pelayanan

Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan, Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara menetapkan Keputusan Nomor KEP25M- PAN2004. Dalam Pedoman ini, selain dimaksudkan sebagai acuan untuk mengetahui tingkat kinerja masing-masing unit pelayanan instansi pemerintah, juga diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menilai secara objektif dan periodik terhadap perkembangan kinerja unit pelayanan. Dalam keputusan tersebut ditetapkan 14 unsur yang relevan, valid dan reliabel, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat, yaitu sebagai berikut: 1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan. 2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administrative yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya. 3. Kejelasan petugas Pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan 4. Kedisplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan berlaku. 5. Tanggung jawab petugas pelayanan, kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan. 6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikanmenyelesaikan pelayanan kepada masyarakat. 7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanandapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan. 8. Keadilan mendapat pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golonganstatus masyarakat yang dilayani. 9. Kesopanan dan keramahan petugas, yakni sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati. 10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu kejangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan. 11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan 12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 13. Kenyamanan Lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan. 14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko- resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

II.3 Defenisi Konsep