Hubungan Komponen Kualitas Kehidupan Kerja (Quality Of Work Life) dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Tahun 2015
HUBUNGAN KOMPONEN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA
(QUALITY OF WORK LIFE)DENGAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh:
Anis Saputri NIM: 1111101000042
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
(2)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan
ketentuan sesuai yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Juni 2015
(3)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Skripsi, Juli 2015
ANIS SAPUTRI, NIM: 1111101000042
Hubungan Komponen Kualitas Kehidupan Kerja (Quality Of Work Life) dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Tahun 2015
XVI + 102 halaman + 25 tabel + 2 bagan
ABSTRAK
Penerapan kualitas kehidupan kerja yang baik akan berpengaruh terhadap motivasi dan kepuasan kerja sehingga meningkatkan komitmen terhadap pekerjaan dan akan menurunkan angka turnover pegawai dan ketidakhadiran. Perusahaan yang kurang memperhatikan faktor kualitas kehidupan kerja akan sulit mempertahankan pekerja yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, bahkan akan sulit membangkitkan kinerja karyawan yang sudah ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen kualitas kehidupan kerja (Quality of Work Life) yang berhubungan dengan motivasi kerja pegawai non medis di RSUD Pasar Rebo. komponen Quality of Work Life yang diteliti yaitu fasilitas yang tersedia, keselamatan lingkungan kerja, keterlibatan karyawan, kompensasi yang seimbang, komunikasi, pengembangan karir, penyelesaian masalah, rasa aman terhadap pekerjaan, rasa bangga terhadap institusi, restrukturisasi pekerjaan, dan lingkungan kerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desaincross sectional.Sampel dalam penelitian ini berjumlah 74 pegawai non medis. Pengambilan sampel dilakukan denganproportional random sampling.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pegawai non medis yang memiliki motivasi kerja rendah sebanyak 20 (27.0%) dan pegawai yang memiliki motivasi kerja tinggi sebanyak 54 (73.0%). KomponenQuality of Work Lifeyang berhubungan dengan motivasi kerja yaitu fasilitas yang tersedia, komunikasi, pengembangan karir, penyelesaian masalah, rasa aman terhadap pekerjaan, rasa bangga terhadap institusi, restrukturisasi pekerjaan, dan lingkungan kerja.
Saran yang diberikan bagi RSUD Pasar Rebo yaitu mengembangkan pemberian reward, meningkatkan pengembangan karir yang jelas bagi pegawai non medis yang berstatus Non PNS, meningkakan rasa bangga melalui kegiatan yang secara sosial dapat dirasakan oleh lingkungan masyarakat, meningkatkan faktor keindahan ruang kerja berupa musik dan tumbuhan-tumbuhan yang dapat menghiasi ruangan kerja.
(4)
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH
SPECIALIZATION OF HEALTH CARE MANAGEMENT Undergraduate Thesis, Juli 2015
ANIS SAPUTRI, NIM: 1111101000042
The Relationship Between The Quality of Work Life with Work Motivation of Non-Medical Employee at RSUD Pasar Rebo in 2015
XVI + 102 pages + 25 table + 2 Chart
ABSTRACT
Application of a good quality of working life will have an effect on motivation and job satisfaction thus increasing commitment to the job and will reduce employee turnover and absenteeism. Companies that lack of attention to the quality factor of working life will be difficult to retain workers in accordance with the needs of the company, it would be difficult even raise the performance of existing employees.
This study aims to determine the components of the quality of work life (Quality of Work Life) related to non-medical employee motivation in Pasar Rebo Hospital. Quality of Work Life component studied were the facilities available, the safety of the work environment, employee engagement, compensation balance, communication, career development, problem solving, a sense of security to the job, a sense of pride in the institution, restructuring of work, and the work environment. This research is a quantitative research with cross sectional design. The sample in this study amounted to 74 non-medical employees. Sampling was done by proportional random sampling.
Based on the research that has been done, non-medical employees who have low motivation to work as many as 20 (27.0%) and employees who have a high motivation to work as many as 54 (73.0%). Quality of Work Life component associated with motivation to work that the facilities available, career development, problem solving, a sense of security to the job, a sense of pride in the institution, the restructuring work, and work environment.
The advice given to RSUD Pasar Rebo is developing a reward system, enhancing the development of clear career for non-medical employees with the status of non-civil servants, improved its pride through social activities that can be felt by the community, enhance the beauty of working space in the form of music and tumbuhan- plants that can adorn the workspace.
Keywords:Work Motivation, Quality of Work Life
(5)
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Skripsi
HUBUNGAN KOMPONEN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA
(QUALITY OF WORK LIFE)DENGAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO TAHUN 2015
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
Anis Saputri NIM. 1111101000042
Jakarta, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
(6)
PANITIA SIDANG SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Juli 2015
Penguji I
Riastuti Kusumawardani, SKM, MKM NIP. 19800516 200901 2 005
Penguji II
Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes NIP. 19750215 200901 2 003
(7)
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Anis Saputri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Mei 1993
Alamat : Jalan H. Gadung No 44 RT 004 RW 03 Pondok Ranji Ciputat
Timur Tangerang Selatan
Agama : Islam
No HP : 08989734522
E-mail :Anis.saputri100593@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
2011-sekarang Program Sarjana (S1) Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
2008-2011 SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan
2005-2008 SMP Negeri 4 Ciputat
1997-2005 SDN 5 Pondok Ranji
1996-1997 TK Sunanul Husna
Pengalaman Kerja :
Januari 2014 - Maret 2014 Pengalaman Belajar Lapangan di Puskesmas Ciputat Timur Januari 2015–Februari 2015 Praktek Kerja Lapangan di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur
(8)
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan pada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang membawa umatnya ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Dengan pegetahuan, pengarahan dan bimbingan yang diperoleh selama perkuliahan dan berlangsungnya penulisan skripsi, penulis mencoba menyusun skripsi berjudul “Hubungan Komponen Kualitas Kehidupan Kerja (Quality Of Work Life) dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Tahun 2015”
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yang telah memberi semangat, memotivasi serta doanya.
2. Dr. Arief Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Fajar Aryanti, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.
4. Raihana Nadra Alkaff, SKM, M.MA selaku Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingannya
5. Wieke Wihandani, S.Sos selaku KSP Diklat RSUD Pasar Rebo yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data primer.
6. Teman-teman sekelas MPK 2011 (Wina, Safira, Ismi, Henny, Sah, Nunung, Desy, Imah, Wahyu, Ari, Wanda, Enjar, Adit, Dayat, Sunar, Iput, Dini, Remi, Mahmud, Asril) yang telah berjuang bareng-bareng dan saling menyemangati sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
(9)
Dengan mengirimkan doa kepada Allah Swt penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat pahala dari Allah Swt. Terakhir penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Ciputat, Juni 2015
(10)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….. LEMBAR PERNYATAAN………... ABSTRAK………. ABSTRACT……… PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI……… DAFTAR RIWAYAT HIDUP………... KATA PENGANTAR……… DAFTAR ISI……….. DAFTAR TABEL………... DAFTAR BAGAN………. DAFTAR LAMPIRAN………...
BAB I PENDAHULUAN……….
1.1 Latar Belakang………... 1.2 RumusanMasalah………...
1.3Pertanyaan Penelitian……….
1.4Tujuan Penelitian..………...
1.4.1 Tujuan Umum………... 1.4.2 Tujuan Khusus………...
1.5Manfaat Penelitian………..
1.5.1Manfaat Bagi RSUD Pasar Rebo………... 1.5.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat……….... 1.5.3 Manfaat BagiPeneliti Lain………....
1.6Ruang Lingkup Penelitian………...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...………... 2.1 MotivasiKerja….………...
i ii iii iv v vi vii viii x xiv xvi xvii 1 1 6 6 8 8 8 9 9 10 10 10 11 11
(11)
2.2.1Teori Motivasi Kerja……….. 2.1.2 Tujuan, Model, dan Asas Motivasi Kerja……….. 2.2 Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life………
2.2.1 Pengertian Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life)……... 2.2.1 Komponen Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life)……...
2.3Rumah Sakit………
2.3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit………... 2.3.2 Kategori Rumah Sakit……… 2.3.3 Tipe RumahSakit………... 2.3.4 Sumber Daya Manusia Rumah Sakit………. 2.4 Kerangka Teori………...
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS………...
3.1Kerangka Konsep………...……….
3.2Definisi Operasional………...
3.3Hipotesis ………... BAB IV METODOLOGI PENELITIAN………...………... 4.1Desain Penelitian………...
4.2Lokasi dan Waktu Penelitian………..
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian……….. 4.4 Pengumpulan Data... 4.5 Instrumen Penelitian……….. 4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas……….. 4.7 Pengolahan Data………. 4.8 Analisa Data………
4.8.1 Analisis Univariat……….. 4.8.2 Analisis Bivariat………....
11 15 18 18 19 32 32 33 33 35 38 40 40 42 45 46 46 46 46 48 49 50 51 52 52 52
(12)
BAB V HASIL PENELITIAN………. 5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo……….. 5.1.1 Sejarah RSUD Pasar Rebo………. 5.1.2 Visi, Misi dan Motto RSUD Pasar Rebo………... 5.2 Analisis Univariat………
5.2.1 Gambaran Karakteristik Individu Pegawai Non Medis RSUD Pasar Rebo Tahun 2015………... 5.2.2 Gambaran Motivasi Kerja Pegawai Non Medis RSUD Pasar Rebo
Tahun 2015………. 5.2.3 Gambaran Komponen Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work
Life)di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015………. 1. Gambaran Fasilitas yang Tersedia………... 2. Gambaran Keselamatan Lingkungan Kerja……….
3. Gambaran Keterlibatan Karyawan………
4. Gambaran Kompensasi yang Seimbang………
5. Gambaran Komunikasi………..
6. Gambaran Pengembangan Karir………
7. Gambaran Penyelesaian Masalah………..
8. Gambaran Rasa AmanTerhadap Pekerjaan……….. 9. Gambaran Rasa Bangga Terhadap Institusi………... 10.Gambaran Restrukturisasi Pekerjaan………
11.Gambaran Lingkungan Kerja………...
5.3Analisis Bivariat……….
1. Hubungan Fasilitas yang Tersedia dengan Motivasi Kerja……… 2. Hubungan Keselamatan Lingkungan Kerja dengan Motivasi Kerja….. 3. Hubungan Keterlibatan Karyawan dengan Motivasi Kerja……… 4. Hubungan Kompensasi yang Seimbang dengan Motivasi Kerja……... 5. Hubungan Komunikasi dengan Motivasi Kerja………. 6. Hubungan Pengembangan Karir dengan Motivasi Kerja……….. 7. Hubungan Penyelesaian Masalah dengan Motivasi Kerja………. 8. Hubungan Rasa Aman Terhadap Pekerjaan dengan Motivasi Kerja…..
54 54 54 55 55 56 57 57 57 58 59 59 60 60 61 61 62 62 63 64 64 65 66 67 68 69 70 71
(13)
9. Hubungan Rasa Bangga Terhadap Institusi dengan Motivasi Kerja….. 10. Hubungan Restrukturisasi Pekerjaan dengan Motivasi Kerja………... 11. Hubungan Lingkungan Kerja dengan Motivasi Kerja……….. BAB VI PEMBAHASAN………... 6.1 Keterbatasan Penelitian……….. 6.2 Gambaran Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo….. 6.3 Hubungan Komponen Kualitas Kehidupan Kerja(Quality of Work Life)
dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo……… 1. Hubungan Faslilitas yang Tersedia dengan Motivasi Kerja…………. 2. Hubungan Keselamatan Lingkungan Kerjadengan Motivasi Kerja…. 3. Hubungan Keterlibatan Karyawandengan Motivasi Kerja………….. 4. Hubungan Kompensasi yang Seimbangdengan Motivasi Kerja……. 5. Hubungan Komunikasidengan Motivasi Kerja………... 6. Hubungan Pengembangan Karirdengan Motivasi Kerja………. 7. Hubungan Penyelesaian Masalahdengan Motivasi Kerja……… 8. Hubungan Rasa Aman terhadap Pekerjaandengan Motivasi Kerja…. 9. Hubungan Rasa Bangga terhadap Institusidengan Motivasi Kerja…. 10. Hubungan Restrukturisasi Pekerjaandengan Motivasi Kerja………... 11. Hubungan Lingkungan Kerjadengan Motivasi Kerja……….. BAB VII PENUTUP………...
7.1 Kesimpulan………. 7.2 Saran………
1. Bagi RSUD Pasar Rebo……….. 2. Bagi Peneliti Lain………
DAFTAR PUSTAKA…………..………..
LAMPIRAN………... 72 73 74 75 75 75 78 78 79 81 82 84 85 87 89 90 91 92 95 95 96 96 96 98 103
(14)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional 42
Tabel 4.1 Proporsi Sampel Berdasarkan Bagian atau Unit Kerja RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
48
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu Pegawai Non Medis RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
56
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
57
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Fasilitas yang Tersedia di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
58
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Keselamatan Lingkungan Kerja di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
58
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Keterlibatan Karyawan di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
59
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Kompensasi yang Seimbang di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
59
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Komunikasi di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
60
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Pengembangan Karir di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
61
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Penyelesaian Masalah di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
61
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Rasa Aman Terhadap Pekerjaan di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
62
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Rasa Bangga Terhadap Institusi di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
62
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Restrukturisasi Pekerjaan di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
(15)
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Lingkungan Kerja di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
64
Tabel 5.14 Hubungan Fasilitas yang Tersedia dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
65
Tabel 5.15 Hubungan Keselamatan Lingkungan Kerja dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
66
Tabel 5.16 Hubungan Keterlibatan Karyawan dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
67
Tabel 5.17 Hubungan Kompensasi yang Seimbang dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
68
Tabel 5.18 Hubungan Komunikasi dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
69
Tabel 5.19 Hubungan Pengembangan Karir dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
70
Tabel 5.20 Hubungan Penyelesaian Masalah dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
71
Tabel 5.21 Hubungan Rasa Aman Terhadap Pekerjaan dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
72
Tabel 5.22 Hubungan Rasa Bangga Terhadap Institusi dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
73
Tabel 5.23 Hubungan Restrukturisasi Pekerjaan dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
74
Tabel 5.24 Hubungan Lingkungan Kerja dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di RSUD Pasar Rebo Tahun 2015
(16)
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori 38
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Izin Penelitian FKIK UIN Jakarta
Surat Jawaban Penelitian RSUD Pasar Rebo
Kuesioner
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
(18)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan bagian penting dari suatu sistem kesehatan, karena rumah
sakit sebagai salah satu penyedia upaya pelayanan kesehatan. Menurut Permenkes No. 56
Tahun 2014, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
Pada tahun 2012 jumlah rumah sakit di Indonesia yaitu 2.083, pada tahun 2013
jumlah rumah sakit bertambah menjadi 2.228, dan pada tahun 2014 jumlah rumah sakit juga
bertambah menjadi 2.415. Tahun 2014 terdapat 865 rumah sakit milik pemerintah dan 739
rumah sakit milik swasta (Kemenkes, 2014). Data tersebut menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan rumah sakit saat itu terbilang tinggi. Perkembangan jumlah rumah sakit dari
tahun ke tahun membuat persaingan semakin meningkat. Rumah sakit dituntut mampu
bersaing dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Salah satu unsur yang
berpengaruh terhadap keberhasilan upaya rumah sakit dalam meningkatkan pelayanan yang
berkualitas adalah sumber daya manusia.
Sumber daya manusia merupakan aset utama organisasi dan mempunyai peran yang
strategis di dalam organisasi yaitu sebagai pemikir, perencana dan pengendali aktivitas
organisasi. Untuk mencapai tujuan organisasi maka salah satu hal yang perlu dilakukan
manajer adalah memberikan motivasi yang dapat membangkitkan gairah dan semangat
(19)
mempertahankan loyalitas dan kestabilan pegawai serta meningkatkan kedisiplinan dan
menurunkan tingkat absensi pegawai (Hasibuan, 2005).
Motivasi kerja merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan
keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya (Suprihanto dkk,
2003). Kebutuhan dan keinginan karyawan harus dipenuhi agar dapat hidup secara layak
dan manusiawi. Oleh karena itu, SDM harus dikelola dengan baik melalui suatu pendekatan
manajemen SDM. Salah satu fungsi yang penting pada manajemen sumber daya manusia
adalah fungsi pemeliharaan. Fungsi pemeliharaan adalah bagaimana menciptakan kondisi
kerja agar karyawan tetap berkomitmen pada organisasi (Hasibuan, 2005).
Rumah sakit merupakan bagian penting dari sistem pelayanan kesehatan. Rumah
sakit berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap baik dari segi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit terdiri dari pegawai medis dan non medis
yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Pegawai
medis dan non medis membutuhkan pengaturan, pendidikan, pelatihan, pengembangan
kualitas kehidupan kerja dan pembagian kompensasi untuk membangkitkan motivasi kerja
mereka.
Pada penelitian sebelumnya, Mariska (2011) diketahui bahwa pegawai non medis di
RSUP Fatmawati memiliki motivasi kerja yang baik yaitu sebesar 85%. Pada penelitian
Syafutri (2012) pada Bagian SDM RSUP Fatmawati diketahui bahwa pegawai yang
memiliki motivasi kerja baik sebesar 56,5% dan pegawai yang memiliki motivasi kerja
rendah sebesar 43,5%. Namun, pada penelitian Aswat (2010) di RSUD Puri Husada
(20)
bahwa motivasi kerja yang baik pegawai non medis lebih besar dibandingkan motivasi kerja
perawat.
Menurut Cascio (2003) bahwa perusahaan harus menciptakan suasana kerja dimana
pegawai merasakan keterlibatan mereka terhadap perusahaan, partisipasi mereka dalam
pengambilan keputusan, rasa aman terhadap lingkungan kerja, komunikasi yang baik antar
pegawai maupun dengan atasan, karir yang berkembang dan memiliki rasa bangga terhadap
pekerjaan. Suasana kerja seperti ini akan menimbulkan kualitas kehidupan kerja (Quality of
Work Life) yang baik.Quality of Work Life yang baik dapat membangkitkan motivasi kerja
dan kinerja pekerja dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara lebih baik.
Perusahaan yang kurang memperhatikan faktor kualitas kehidupan kerja akan sulit
mendapatkan atau mempertahankan pekerja yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan,
bahkan akan sulit membangkitkan kinerja karyawan yang sudah ada. Lebih dari itu
perusahaan yang kurang memperhatikan faktor kualitas kehidupan kerja akan menghadapi
kondisi perpindahan pekerja (turnovers) karena mereka lebih memilih untuk bekerja di
tempat atau perusahaan lain yang menerapkan berbagai faktor kualitas kehidupan kerja
yang lebih menjanjikan (Umar, 2000).
Pada penelitian sebelumnya, Alzeira (2010) tentang Hubungan KomponenQuality of
Work Life dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis RS Tugu Ibu Tahun 2010
didapatkan bahwa komponen Quality of Work Life yang memiliki hubungan yang
bermakna denga motivasi kerja yaitu keselamatan lingkungan kerja, kompensasi yang
seimbang, komunikasi, rasa aman terhadap pekerjaan, dan rasa bangga terhadap institusi.
Pada penelitian Samtica (2011) tentang Hubungan Komponen Quality of work Lifedengan
(21)
komponenQuality of Work Life yang memiliki hubungan yang bermakna dengan motivasi
kerja yaitu keselamatan lingkungan kerja, keterlibatan karyawan, kompensasi yang
seimbang, komunikasi, pengembangan karir, penyelesaian masalah, rasa aman terhadap
pekerjaan, fasilitas yang tersedia dan rasa bangga terhadap institusi.
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo merupakan salah satu rumah sakit
pemerintah yang saat ini berstatus sebagai rumah sakit tipe B Non Pendidikan, dengan
sumber daya manusia sejumlah 934 pegawai. RSUD Pasar Rebo memiliki visi “menjadi rumah sakit unggulan yang bermutu internasional dan rujukan terbaik di Ibukota Negara RI
tahun 2017”. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui observasi dan wawancara dengan Bagian Sumber Daya Manusia RSUD Pasar Rebo pada
bulan Januari-Februari 2015, diperoleh beberapa informasi mengenai permasalahan
kepegawaian di RSUD Pasar Rebo.
Berdasarkan data turnover pegawai yang diperoleh dari Bagian Sumber Daya
Manusia RSUD Pasar Rebo diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 18 pegawai yang
mengundurkan diri yang terdiri dari 1 orang pegawai medis, 5 orang perawat, 4 orang
paramedik non keperawatan, dan 8 orang pegawai non medis. Pada tahun 2013 terdapat 26
pegawai yang mengundurkan diri yang terdiri dari 1 orang pegawai medis, 6 orang
perawat, 7 orang paramedis non keperawatan, dan 12 orang pegawai non medis. Pada tahun
2014 terdapat 20 pegawai yang mengundurkan diri yang terdiri dari 2 orang perawat, 3
orang pegawai paramedis non keperawatan, dan 15 pegawai non medis. Berdasarkan data
di atas, bahwa turnover pegawai non medis mengalami peningkatan pada tahun 2012
(22)
Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian SDM RSUD Pasar Rebo
menunjukkan bahwa adanya peningkatan persentase pegawai non medis yang tidak
mematuhi jam datang dan jam pulang kerja di RSUD Pasar Rebo. Berdasarkan peraturan
yang berlaku di RSUD Pasar Rebo bahwa pegawai yang datang terlambat dan pulang cepat
lebih dari 7 kali dalam 1 bulan akan mendapatkan teguran lisan dari pimpinan. Pegawai
yang pulang cepat lebih dari 7 kali dalam setiap bulannya, pada bulan November 2014
sebanyak 7,6%, pada bulan Desember 2014 sebanyak 9,0%, pada bulan Januari 2015
sebanyak 9,4%. Sedangkan pegawai yang datang terlambat lebih dari 7 kali dalam setiap
bulannya, pada bulan November 2014 sebanyak 6,0%, pada bulan Desember 2014
sebanyak 7,2% dan pada bulan Januari 2015 sebanyak 8,1%.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan 11 komponen Quality of Work Life yang
terdiri dari 9 komponen Quality of Work Life menurut Cascio (2003) dan 2 komponen
Quality of Work Life menurut Nawawi (2001) yaitu restrukturisasi pekerjaan, dan
lingkungan kerja. Dimana komponen restrukturisasi pekerjaan dapat melihat sejauh mana
rumah sakit dapat memberikan kesempatan bagi pekerja untuk mendapatkan pekerjaan
yang tertantang, sedangkan komponen lingkungan kerja dapat melihat sejauh mana rumah
sakit menyediakan lingkungan kerja yang kondusif termasuk di dalamnya penetapan jam
kerja, peraturan yang berlaku, kepemimpinan, serta lingkungan fisik bagi pekerja yang
akan mempengaruhi motivasi kerja pegawai.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menganggap perlu untuk mengangkat bahasan
terkait komponen Quality of Work Life terhadap motivasi kerja pegawai non medis di
(23)
“Hubungan Komponen Kualitas Kehidupan Kerja (Quality Of Work Life)dengan Motivasi Kerja Pegawai Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Tahun 2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Penerapan kualitas kehidupan kerja akan mempengaruhi motivasi kerja pegawai dan
dapat meningkatkan produktivitas kerja pegawai. Namun ketika rumah sakit tidak mampu
menerapkan kualitas kehidupan kerja yang baik maka rumah sakit akan mengalami
kesulitan untuk membangkitkan semangat kerja pegawai dan mempertahankan loyalitas
pegawai terhadap rumah sakit.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian SDM RSUD Pasar Rebo, dapat
diketahui bahwa adanya peningkatan pegawai non medis yang mengundurkan diri dari
RSUD Pasar Rebo dibandingkan pegawai lainnya yang terjadi sejak tahun 2012 sampai
tahun 2014. Diketahui pula bahwa tingkat kedisiplinan pegawai non medis RSUD Pasar
Rebo yang masih tergolong rendah dilihat dari adanya peningkatan datang terlambat dan
pulang cepat pada bulan November 2014-Januari 2015.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin mengetahui Hubungan Komponen
Kualitas Kehidupan Kerja (Quality Of Work Life) dengan Motivasi Kerja Pegawai Non
Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Tahun 2015.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran motivasi kerja pegawai non medis di RSUD Pasar Rebo tahun
2015?
(24)
kompensasi yang seimbang, komunikasi, pengembangan karir, penyelesaian masalah,
rasa aman terhadap pekerjaan, rasa bangga terhadap institusi, restrukturisasi pekerjaan,
dan lingkungan kerja di RSUD Pasar Rebo tahun 2015?
3. Apakah ada hubungan fasilitas yang tersedia dengan motivasi kerja pegawai non medis
di RSUD Pasar Rebo tahun 2015?
4. Apakah ada hubungan keselamatan lingkungan kerja dengan motivasi kerja pegawai
non medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015?
5. Apakah ada hubungan keterlibatan karyawan dengan motivasi kerja pegawai non medis
di RSUD Pasar Rebo tahun 2015?
6. Apakah ada hubungan kompensasi yang seimbang dengan motivasi kerja pegawai non
medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015?
7. Apakah ada hubungan komunikasi dengan motivasi kerja pegawai non medis di RSUD
Pasar Rebo tahun 2015
8. Apakah ada hubungan pengembangan karir dengan motivasi kerja pegawai non medis
di RSUD Pasar Rebo tahun 2015?
9. Apakah ada hubungan penyelesaian masalah dengan motivasi kerja pegawai non medis
di RSUD Pasar Rebo tahun 2015?
10. Apakah ada hubungan rasa aman terhadap pekerjaan dengan motivasi kerja pegawai
non medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015?
11. Apakah ada hubungan rasa bangga terhadap institusi dengan motivasi kerja pegawai
non medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015?
12. Apakah ada hubungan restrukturisasi pekerjaan dengan motivasi kerja pegawai non
(25)
13. Apakah ada hubungan lingkungan kerja dengan motivasi kerja pegawai non medis di
RSUD Pasar Rebo tahun 2015?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan Komponen Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life)
dengan motivasi kerja pegawai non medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran motivasi kerja pegawai non medis di RSUD Pasar Rebo
tahun 2015.
2. Diketahuinya gambaran komponen Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work
Life) yaitu fasilitas yang tersedia, keselamatan lingkungan kerja, keterlibatan
karyawan, kompensasi yang seimbang, komunikasi, pengembangan karir,
penyelesaian masalah, rasa aman terhadap pekerjaan, rasa bangga terhadap
institusi, restrukturisasi pekerjaan, dan lingkungan kerja di RSUD Pasar Rebo
tahun 2015.
3. Diketahuinya hubungan fasilitas yang tersedia dengan motivasi kerja pegawai non
medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015.
4. Diketahuinya hubungan keselamatan lingkungan kerja dengan motivasi kerja
pegawai non medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015.
5. Diketahuinya hubungan keterlibatan karyawan dengan motivasi kerja pegawai
(26)
6. Diketahuinya hubungan kompensasi yang seimbang dengan motivasi kerja
pegawai non medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015.
7. Diketahuinya hubungan komunikasi dengan motivasi kerja pegawai non medis di
RSUD Pasar Rebo tahun 2015.
8. Diketahuinya hubungan pengembangan karir dengan motivasi kerja pegawai non
medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015.
9. Diketahuinya hubungan penyelesaian masalah dengan motivasi kerja pegawai non
medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015.
10. Diketahuinya hubungan rasa aman terhadap pekerjaan dengan motivasi kerja
pegawai non medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015.
11. Diketahuinya hubungan rasa bangga terhadap institusi dengan motivasi kerja
pegawai non medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015.
12. Diketahuinya hubungan restrukturisasi pekerjaan dengan motivasi kerja pegawai
non medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015.
13. Diketahuinya hubungan lingkungan kerja dengan motivasi kerja pegawai non
medis di RSUD Pasar Rebo tahun 2015.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi RSUD Pasar Rebo
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi mengenai komponen
Kualitas Kehidupan Kerja pegawai non medis di RSUD Passar Rebo, diharapkan
(27)
1.5.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain
mengenai kualitas kehidupan kerja dan motivasi kerja.
1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan oleh peneliti
selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan kualitas
kehidupan kerja.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Pasar Rebo pada bulan Mei-Juni tahun
2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komponen Kualitas Kehidupan
Kerja (Quality of Work Life) dengan motivasi kerja pegawai non medis di RSUD Pasar
Rebo. Penelitian ini akan dilakukan oleh mahasiswi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Objek penelitian ini adalah
pegawai non medis di RSUD Pasar Rebo. Teknik pengumpulan data akan dilakukan dengan
(28)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Motivasi Kerja
2.2.1 Teori Motivasi Kerja
Menurut Flippo (2005), motivasi kerja merupakan suatu keahlian dalam
mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja lebih baik sehingga
keinginan pegawai dan tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan menurut
Hasibuan (2005), motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja
efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Motivasi kerja karyawan sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan
produksi perusahaan. Ada beberapa teori mengenai motivasi kerja (Hasibuan, 2005)
diantaranya:
A. Teori Hirarki Kebutuhan (Abraham Maslow)
Maslow mengatakan dalam Hasibuan (2005), bahwa kebutuhan yang
diinginkan seseorang itu berjenjang artinya jika kebutuhan yang pertama
telah terpenuhi, kebutuhan kedua akan muncul sebagai kebutuhan yang
utama dan seterusnya. Dasar teori ini adalah manusia sebagai makhluk
sosial yang memiliki banyak keinginan dan suatu kebutuhan yang belum
terpenuhi akan menjadi motivator seseorang. Hierarki kebutuhan menurut
Maslow dari urutan yang harus dipenuhi terlebih dahulu yaitu kebutuhan fisik
(29)
and security needs), kebutuhan (social affiliation or acceptance needs or
belongingness), kebutuhan penghargaan atau prestise (esteem or status needs), dan aktulisasi diri(self actualization).
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari teori ini. Kelebihan dari
teori ini adalah manajer mengetahui bahwa seseorang berperilaku atau bekerja
hanya untuk memenuhi kebutuhan materiil dan nonmaterial, seseorang yang
berkedudukan rendah cenderung dimotivasi oleh materi, sedangkan orang
berkedudukan tinggi cenderung dimotivasi oleh nonmaterial. Selain itu,
manajer lebih mudah memberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk
merangsang semangat bekerja karyawannya. Sedangkan kelemahan dari teori
ini adalah kebutuhan manusia berjenjang/hirarki, tapi kenyataannya manusia
menginginkan tercapai sekaligus dan kebutuhan manusia merupakan siklus
seperti jika lapar makan. Meskipun teori ini popular tetapi belum pernah
dicoba kebenarannya karena Maslow mengembangkan hanya atas dasar
pengamatannya saja. Oleh sebab itu, hendaknya bersikap hati-hati agar
tidak melakukan penafsiran yang keliru tentang hirarki kebutuhan yang tetap
dan kaku dalam teori Maslow.
B. Teori Equity
Menurut Stacy Adam bahwa manusia selalu mendambakan keadilan saat
pemberiaan hadiah atau hukuman terhadap setiap perilaku yang dilakukan.
Penilaian dari atasan terhadap bawahan mempengaruhi semangat kerja
(30)
Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku bawahan harus secara objektif
(baik/tidak baik), bukan atas (suka/tidak suka). Pemberian kompensasi harus
jelas dan transparan, demikian pula pemberian kompensasi harus berdasarkan
pada penilaian yang objektif dan adil. Jika keadilan ditetapkan dengan baik
maka semangat kerja bawahan cenderung meningkat (Hasibuan, 2005).
C. Teori X dan Y (Mc Gregor)
Mc Gregor mengatakan dalam Hasibuan (2005), bahwa manusia dapat
dibedakan atas manusia penganut teori X (tradisional) dan penganut teori Y
(demokratik). Ciri-ciri karyawan menurut teori X adalah malas, tidak suka
bekerja, tidak berambisi mencapai prestasi yang optimal, selalu menghindari
tanggung jawab dengan cara mengkambinghitamkan orang lain, lebih suka
dibimbing, diperintah, diawasi dalam melaksankan pekerjaannya, lebih
mementingkan diri sendiri, dan tidak memperdulikan tujuan organisasi.
Untuk memotivasi karyawan tipe ini adalah dengan cara pengawasan yang
ketat, dipaksa, dan diarahkan supaya karyawan ini mau bekerja
sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan cenderung kepada motivasi negatif
yaitu dengan memberikan hukuman yang tegas.
Ciri-ciri karyawan menurut teori Y diantaranya, rajin, tidak perlu dipaksa
setiap mengerjakan sesuatu, tidak suka jika tidak ada pekerjaan, dapat
bertanggung jawab, berambisi untuk maju dengan mencapai prestasi kerja
yang optimal, kreatif dan inovatif, serta berusaha mencapai sasaran organisasi
dan mengembangkan diri untuk mencapai target tersebut. Untuk memotivasi
(31)
sama, dan keterikatan pada keputusan. Mc. Gregor memandang suatu organisasi
yang efektif jika menggantikan pengawasan dan pengarahan menjadi partisipasi
dan kerja sama karyawan dalam pengambilan keputusan.
D. Teori Mc Clelland
Menurut Mc Clelland bahwa karyawan memiliki cadangan energi
potensial, tetapi bagaimana energi tersebut digunakan tergantung pada kekuatan
dorongan motivasi dari karyawan dan situasi yang ada. Menurut teori ini ada 3
hal yang memotivasi seseorang. Pertama, kebutuhan prestasi merupakan daya
penggerak yang memotivasi kerja seseorang. Oleh sebab itu, kebutuhan ini
mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengerahkan
seluruh kemampuan dan tenaganya demi mencapai prestasi kerja yang
maksimal. Seseorang akan menyadari bahwa hanya dengan mencapai prestasi
kerja yang tinggi akan mendapat insentif yang lebih besar. Kedua, kebutuhan
akan afiliasi menjadi penggerak yang akan memotivasi kerja seseorang.
Kebutuhan ini termasuk kebutuhan ingin diterima dilingkungan tempat bekerja,
perasaan dihormati, perasaan maju dan tidak gagal, dan perasaan ikut serta.
Oleh karena itu, motivasi seseorang untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dengan memanfaatkan tenaganya dan mengembangkan dirinya dalam rangka
menyelesaikan pekerjaannya. Ketiga, kebutuhan akan kekuasaan merupakan
daya penggerak motivasi demi mencapai kekuasan atau kedudukan yang
terbaik. Persaingan yang sehat merupakan cara yang tepat untuk mencapai
(32)
E. Teori Dua Faktor (Herzberg)
Herzberg mengatakan dalam Hasibuan (2005), bahwa ada dua kebutuhan
yaitu kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan dan
kebutuhan psikologis seseorang. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka
akan menimbulkan ketidakpuasan oleh sebab itu dibutuhkan motivator yaitu
prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, dan
pengembangan potensi individu. Kebutuhan peningkatakan prestasi dan
pengakuan dapat dipenuhi dengan memberikan tugas yang menarik untuk
dikerjakan. Menurut teori ini, cara terbaik untuk memotivasi karyawan adalah
dengan memasukan unsur tantangan dan kesempatan agar mencapai
keberhasilan dalam setiap pekerjaan. Penerapannya dengan pengayaan
pekerjaan yaitu dengan cara melibatkan upaya pembentukan
kelompok-kelompok kerja natural, pengkombinasian tugas-tugas, pembinaan hubungan
dengan klien, dan umpan balik. Teknik ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan tingkat tinggi karyawan. Oleh sebab itu, perencanaan pekerjaan harus
diusahakan secara baik agar faktor motivasi dapat terpenuhi.
2.2.2 Tujuan, Model, dan Asas Motivasi Kerja
Tujuan motivasi kerja adalah meningkatkan moral dan kepuasan kerja
karyawan, meningkatkan produktivitas kerja karyawan, mempertahankan kestabilan
karyawan perusahaan, meningkatkan kedisiplinan karyawan, mengefektifkan
pengadaan karyawan, meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku,
mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaannya, meningkatkan
(33)
baik, serta meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan. Dengan
demikian, motivasi akan memacu kinerja karyawan (Hasibuan, 2005).
Para ahli mengelompokan ke dalam 3 model motivasi kerja dalam Hasibuan
(2005) yaitu Model Tradisional, Model Hubungan Manusia, dan Model Sumber
Daya Manusia.
Pada model tradisional, untuk memotivasi staf supaya semangat bekerjanya
meningkat, perlu diterapkan sistem insentif berupa uang/barang kepada karyawan
yang berprestasi baik. Semakin banyak karyawan tersebut mencapai target
produksi maka insentif yang didapat semakin banyak. Jadi, motivasi staf hanya
untuk mendapatkan insentif saja.
Sedangkan model hubungan manusia, untuk memotivasi bawahan agar
semangat kerjanya meningkat adalah dengan mengakui kebutuhan sosial dan
membuat bawahan merasa berguna dan penting bagi organisasi. Oleh sebab
itu, karyawan merasa mendapatkan kebebasan membuat keputusan dan lebih kreatif
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Dengan memperhatikan kebutuhan materiil
(uang/barang) dan kebutuhan nonmateriil (penempatan yang tepat, pekerjaan yang
terjamin, penghargaan, perlakuan yang wajar), motivasi karyawan akan meningkat
pula. Dengan demikian, motivasi karyawan adalah untuk mendapatkan materiil
dan non materiil.
Menurut model sumber daya manusia, motivasi karyawan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, bukan hanya uang/barang atau keinginan akan kepuasan, tetapi
(34)
tersebut merupakan tanggung jawabnya. Dengan demikian, untuk memotivasi
karyawan dilakukan dengan memberikan tanggung jawab dan kesempatan yang
besar kepada karyawan untuk mengambil keputusan/tanggung jawab dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Dari beberapa model tersebut, diharapkan setiap
organisasi bisa menerapkan sesuai dengan keadaan karyawan sehingga tidak ada
pihak yang merasa dirugikan.
Ada lima asas motivasi menurut Hasibuan (2005). Pertama, asas
komunikasi yaitu menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai,
cara mengerjakannya, dan kendala yang dihadapi. Dengan demikian, karyawan
merasa dihargai sehingga motivasi karyawan diharapkan dapat meningkat.
Kedua, asas mengikutsertakan yaitu mengajak staf untuk ikut berpartisipasi
dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengajukan ide-ide,
rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara ini, staf merasa
ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan organisasi sehingga motivasi
kerjanya meningkat.
Ketiga, asas pengakuan yaitu memberikan penghargaan dan pengakuan
yang tepat serta wajar kepada staf atas prestasi kerja yang dicapainya. Staf akan
bekerja keras dan semakin rajin, jika mereka mendapatkan pengakuan dari
organisasi.
Keempat, asas perhatian timbal balik yaitu memotivasi staf dengan
mengemukakan keinginan atau harapan organisasi disamping berusaha memenuhi
kebutuhan yang diharapkan staf dari organisasi. Manajer meminta karyawan untuk
(35)
semakin banyak laba organisasi maka balas jasa karyawan akan ditingkatkan.
Kelima, asas wewenang yang didelegasikan yaitu mendelegasikan sebagian
wewenang serta kebebasan karyawan untuk mengambil keputusan dan
berkreativitas dan melaksanakan tugas-tugas atasan. Dalam pendelegasian, manajer
harus menyakinkan bawahannya mampu menyelesaikan tugas dengan baik.
2.2 Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life)
2.2.2 Pengertian Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life)
Kualitas kehidupan kerja atau Quality of Work Life menurut Dessler (2006)
berarti suatu keadaan di mana para pegawai dapat memenuhi kebutuhan mereka
yang penting dengan bekerja dalam organisasi dan kemampuan untuk melakukan
hal itu bergantung pada perlakuan yang adil dan suportif serta kesempatan bagi
setiap pegawai untuk mengapresiasi dirinya.
Menurut Mondy (2008) menjelaskan bahwa kualitas kehidupan kerja
merupakan program menyeluruh yang meliputi banyak kebutuhan dan keinginan.
Saat karyawan memperoleh peningkatan imbalan dan pemenuhan kebutuhannya
maka akan lebih termotivasi untuk meningkatkan semangat bekerja. Dengan
demikian, harapan karyawan sesuai dengan tujuan organisasi.
Menurut Nawawi (2001), kualitas kehidupan kerja adalah program yang
mencakup cara untuk meningkatkan kulitas kehidupan dengan menciptakan
pekerjaan yang lebih baik, yang terdiri dari sistem imbalan, restrukturisasi
(36)
sejalan dengan usaha organisasi dalam mewujudkan tujuan organisasi seperti
kebijakan promosi, supervisi yang demokratis, keterlibatan karyawan, dan kondisi
kerja yang aman. Kedua, kualitas kehidupan kerja merupakan persepsi karyawan
tentang sejauh mana mereka merasa aman, puas terhadap pekerjaan mereka, serta
mampu tumbuh dan berkembang sebagai manusia. Dari kedua cara pandang
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa karyawan yang menyukai organisasi dan
struktur pekerjaannya akan menganggap bahwa pekerjaannya telah memenuhi
kebutuhannya. Akan tetapi, persepsi karyawan mengenai kualitas kehidupan kerja
yang baik sangat variatif sehingga Cascio mendefinisikan bahwa Quality of Work
Life sebagai persepsi karyawan mengenai keadaan fisik dan psychis dalam
bekerja.
Berdasarkan penjabaran mengenai pengertian Kualitas Kehidupan Kerja
(Quality of Work Life) di atas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa
Quality of Work Life ialah sebuah konsep yang berusaha untuk menggambarkan
persepsi karyawan terhadap pemenuhan kebutuhan melalui pengalaman kerja
dalam organisasi. Dengan demikian, tujuan dari kualitas kehidupan kerja memiliki
dapat selaras dengan fungsi MSDM untuk mengelola SDM yang unggul, memiliki
produktivitas kerja yang maksimal serta karyawan tersebut mendapatkan
kepuasan pribadi atas pemenuhan kebutuhannya.
2.2.3 Komponen Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life)
Menurut Cascio (2003), bahwa peranan organisasi untuk memperbaiki
(37)
memenuhi kebutuhan karyawan baik fisik maupun psikologis yang terdiri dari
beberapa komponen, diantaranya :
1. Keterlibatan Karyawan(Employee Participation)
Menurut Gibson (2000) partisipasi karyawan sebagai konsep dari
manajemen terapan dalam mengembangkan dan melaksanakan keputusan yang
langsung mempengaruhi pekerjaan mereka. Keterlibatan karyawan merupakan
bagian dari program motivasi yang berasal dari fasilitas dan asumsi yang
dijelaskan oleh para ahli dan mendukung hubungan manusiawi (human
relation) dalam lingkungan kerja.
Sedangkan menurut Siagian (2012) keterlibatan karyawan merupakan
cara pandang dalam melihat sejauh mana seorang karyawan diikutsertakan
dalam menentukan keputusannya sendiri atas pekerjaannya. Hal ini dilakukan
untuk memberikan kebebasan kepada karyawan untuk berperan aktif dalam
menentukan keputusan pekerjaannya sehingga organisasi tidak bersifat
otoriter terhadap karyawan. Oleh sebab itu, semakin tinggi tingkat
keterlibatan/partisipasi karyawan maka semakin tinggi rasa tanggung jawab
untuk menunaikan tugas/pekerjaannya.
Menurut Cascio (2003), upaya peningkatan partisipasi karyawan
dapat dilakukan dengan cara membentuk employee involvement, employee
participation meeting, dan quality improvement teams. Untuk meningkatkan
(38)
pertimbangan saat proses pengambilan keputusan meskipun pada akhirnya
pimpinan yang akan mengambil keputusan. Hal ini dinamakan sistem
manajemen terbuka (open management).
2. Kompensasi yang Seimbang(Equitable Compensation)
Kompensasi sangat berhubungan dengan karyawan sebagai individu,
karena besarnya kompensasi merupakan ukuran hasil pekerjaan karyawan
tersebut. Besar kecilnya kompensasi mempengaruhi prestasi kerja, motivasi
kerja, dan kepuasan kerja karyawan. Kompenasi merupakan segala sesuatu
yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa atas kerja dan pengabdian
mereka (Haryono, 2011).
Menurut Notoatmodjo (2009), gaji bagi karyawan merupakan
motivator yang penting karena dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup
dan keluarga, jika masih ada lebihannya dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi, mencapai aktualisasi diri, dan meningkatkan
kedudukan di masyarakat.
Menurut Martoyo (2007), kompensasi adalah pengaturan keseluruhan
pemberian balas jasa bagi para pegawai baik yang langsung berupa uang
maupun yang tidak langsung berupa penghargaan. Kompensasi dapat
meningkatkan atau menurunkan prestasi kerja, kepuasan kerja, maupun
motivasi kerja.
Menurut Winardi (2002) pemberian gaji yang adil dan wajar
merupakan motivator yang baik. Asas adil merupakan besarnya kompensasi
(39)
pekerjaan, resiko pekerjaan, prestasi kerja, tanggung jawab, jabatan
pekerjaan dan memenuhi persyaratan internal konsistensi.
Sedangkan layak/wajar merupakan kompensasi yang diterima karyawan
dan dapat memenuhi kebutuhan pada tingkat normatif dan ideal. Tolak ukur
layak dinilai relatif, penerapan besarnya kompensasi didasarkan atas batas
upah minimal pemerintah dan eksternal konsistensi yang berlaku (Rivai,
2005).
Sedangkan menurut Cascio (2003), bahwa tujuan adanya sistem
kompensasi adalah menarik, menahan, dan memotivasi karyawan demi
mencapai keadilan antara karyawan dan organisasi. Dengan demikian,
kompensasi merupakan salah satu motivator bagi karyawan untuk merasa
puas terhadap apa yang diberikan oleh perusahaan atas pekerjaannya.
3. Rasa Aman terhadap Pekerjaan(Job Security)
Menurut Hasibuan (2005) mengatakan bahwa pensiun merupakan
pemberhentian karyawan atas keinginan perusahaan, undang-undang
ataupun keinginan karyawan itu sendiri. Pada umumnya karyawan yang
pensiun mendapatkan uang pesangon yang besarnya telah diatur dalam
undang-undang bagi pegawai negeri sedangkan bagi pegawai swasta diatur oleh
perusahaan yang bersangkutan.
Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(40)
diberikan kepada karyawan yang mengalami PHK dengan alasan normal
seperti pengunduran atau pensiun. Perusahaan diwajibkan untuk membayar
sejumlah uang pesangon kepada karyawan yang telah diberhentikan atau
pensiun sebagai uang penggantian yang memang seharusnya diterima oleh
karyawan. Undang-Undang yang mengatur pesangon ada dalam Pasal 156
UU No. 13 tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan. Perhitungan uang
pesangon berdasarkan pencapaian masa kerja dan gaji/upah. Dengan demikian,
setiap perusahaan harus menjelaskan kepada karyawan tentang hak uang
pesangon bila pensiun atau mengundurkan diri.
Menurut Cascio (2003), rasa aman karyawan terhadap pekerjaan
bisa diwujudkan oleh organisasi dalam bentuk pensiun dan status
karyawan. dengan adanya kepastian status kepegawaian diharapkan karyawan
tersebut akan bekerja secara sungguh-sungguh. Selain itu, pemberian benefit
atau jaminan sosial merupakan hal yang penting dalam mencapai target
organisasi di tengah persaingan yang ketat saat ini. Perubahan atau pengurangan
jaminan sosial yang diterima karyawan akan memberikan dampak buruk bagi
karyawan dan dapat menimbulkan keinginan untuk mengunduran diri dari
karyawan tersebut.
4. Keselamatan Lingkungan Kerja(Safe Enviroment)
Menurut Cascio (2003), keselamata kerja yang dilaksanakan oleh
perusahaan yaitu: komite keselamatan, tim penolong gawat darurat, dan
(41)
Hariandja (2002) secara umum kewajiban perusahaan dalam meningkatkan
keselamatan kerja terdiri dari:
a. Memelihara tempat kerja yang aman dan sehat bagi pekerja
b. Mematuhi semua standard dan syarat kerja
c. Mencatat semua peristiwa kecelakaan yang terjadi yang berkaitan dengan
keselamatan kerja
Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal
165 ayat 1, pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan
bagi tenaga kerja. Banyak komponen yang ada di lingkungan kerja, salah
satunya lingkungan sosial-psikologis yang harus dipelihara sehingga kondusif
atau memberikan pengaruh positif bagi kesehatan dan keselamatan karyawan
(Kemenkes, 2009).
Menurut Menurut Kemenkes (2007), untuk keselamatan lingkungan
kerja di rumah sakit perlu dibentuk K3RS. Tujuan umum dibentuknya K3RS
adalah terciptanya cara kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan karyawan rumah sakit. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam kebijakan keselamatan kerja antara
lain:
1. Advokasi sosialisasi program K3RS
2. Menetapkan tujuan yang jelas
(42)
4. Meningkatkan SDM professional di bidang K3 RS pada setiap unit kerja
di lingkungan RS
5. Sumberdaya yang harus didukung oleh manajemen puncak
6. Kajian resiko secara kualitatif dan kuantitatif
7. Membuat program kerja K3RS yang mengutamakan upaya peningkatan
dan pencegahan
8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala.
Dengan adanya K3 di Rumah sakit diharapkan dapat menurunkan angka
kecelakaan kerja dan gangguan lainnya sehingga produktivitas karyawan
dapat maksimal untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu, lingkungan
kerja yang mendukung dapat meningkatkan motivasi bagi karyawan untuk
senantiasa menjaga keselamatan dan keamanan saat menjalankan pekerjaan.
5. Rasa Bangga terhadap Institusi(Pride)
Menurut Ilyas (2000) bahwa organizational image merupakan modal
yang sangat penting bagi tumbuh kembang organisasi. Dengan demikian,
reputasi baik terhadap suatu organisasi merupakan tanggung jawab bagi setiap
karyawan untuk terus menjaga citra positif dengan cara memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara maksimal.
Menurut Cascio (2003), rasa bangga terhadap institusi dapat
diimplementasikan dengan cara memperkuat identitas dan citra organisasi,
meningkatkan pasrtisipasi masyarakat serta meningkatkan kepedulian terhadap
(43)
(corporate image) terhadap suatu institusi dapat meningkatkan rasa bangga
bagi para karyawan yang bekerja di institusi tersebut.
6. Pengembangan Karir(Career Development)
Secara umum, karir merupakan segala bentuk pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang selama masa kerjanya sehingga dapat memenuhi
kebutuhan hidup yang ideal. Pengembangan karir atau kompetensi ialah
pengembangan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau perilaku
yang dimiliki setiap individu dalam melaksanakan tugas organisasi (Ilyas,
2000).
Setiap perusahaan pasti menginginkan karyawannya terus berkembang
sehingga membawa dampak positif bagi perusahaan. Oleh sebab itu, setiap
karyawan berkeinginan untuk terus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan seiring dengan perkembangan karirnya.
Menurut Cascio (2003), pengembangan karir dapat dilakukan dengan
mengadakan pendidikan dan pelatihan, evaluasi kinerja, dan promosi jabatan.
Dengan demikian, jenjang karir di suatu organisasi membuat karyawan lebih
meningkatkan kualitas pekerjaannya.
Dalam segi perkembangan organisasi, perencanaan karir sangat
dibutuhkan, agar dapat sejalan dengan perkembangan kemampuan bagi
karyawan yang akan menduduki jabatan di suatu organisasi. Manfaat
(44)
pengembangan, selektif untuk mengikuti program pengembangan,
mempermudah pemanfaatan potensi karyawan, meningkatkan motivasi kerja
karyawan, mempermudah proses promosi karyawan, meningkatkan kepuasan
kerja, mengurangi turnover, dan meningkatkan loyalitas karyawan.
Menurut Notoatmodjo (2009), ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pengembangan karir, yaitu:
a. Kinerja
Karyawan yang kinerjanya hanya rata-rata atau di bawah rata-rata biasanya
tidak menjadi prioritas bagi para pimpinan organisasi. Oleh karena itu,
pengembangan karir selalu dikaitkan dengan kinerja seseorang. Jika
karyawan mempunyai kinerja baik maka ia memiliki kesempatan untuk
pengembangan karirnya.
b. Loyalitas
Karyawan yang memiliki integritas yang tinggi mampu menjadikan
pertimbangan pimpinan untuk pengembangan karir karyawan tersebut.
Sebaliknya, karyawan yang memiliki loyalitas rendah tidak memiliki
intergritas terhadap organisasinya dan karirnya akan terlambat.
c. Dikenal
Karyawan yang banyak dikenal terutama dikalangan pimpinan akan
(45)
d. Bawahan
Dalam pengembangan karir seseorang, peran staf/bawahan juga ikut
menentukan. Oleh karena itu, pimpinan harus pandai untuk memanfaatkan
bawahannya yang memiliki keterampilan tertentu.
e. Kesempatan pengembangan
Karyawan harus pandai memanfaatkan waktu untuk mengembangkan diri,
misalnya mengikuti pendidikan dan pelatihan, mengikuti kursus
keterampilan, mengikuti seminar yang terkait dengan pekerjaannya.
Perencanaan pengembangan karir merupakan tanggung jawab
organisasi, tetapi tiap karyawan perlu merencanakan pengembangan karir.
7. Fasilitas yang Tersedia(Wellness)
Menurut Sikula dalam Hasibuan (2005) untuk mempertahankan
karyawan, perusahaan memberikan kesejahteraan dalam bentuk kompensasi
tidak langsung berupa pemberian fasilitas dan pelayanan. Dengan cara
tersebut, diharapkan dapat memuaskan kebutuhan karyawan dalam bekerja
sehingga menciptakan ketenangan, semangat bekerja, disiplin, sikap loyalitas,
dan dedikasi karyawan terhadap suatu organisasi.
Menurut Cascio (2003), fasilitas yang biasanya disediakan oleh
institusi terdiri dari sarana dan prasarana yang mendukung baik fisik atau
nonfisik, contohnya tempat pelayanan kesehatan yang memadai, aman, nyaman
(46)
karyawan akan lebih maksimal jika fasilitas yang disediakan organisasi bersifat
aman dan sesuai dengan standar.
8. Penyelesaian Masalah(Conflict Resolution)
Menurut Sumijatun (2009) penyelesaian masalah adalah bimbingan
dalam bekerja untuk mengambil keputusan dalam situasi yang sulit. Ada
beberapa cara mengatasi konflik antara lain integrasi atau pemecahan masalah,
memperkecil masalah, dominasi, mencegah masalah, dan kompromi terhadap
masalah/konflik. Sedangkan menurut Cascio (2006), beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh anggota organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah
adalah keterbukaan, proses penyampaian keluaran secara formal, dan pertukaran
pendapat.
Menurut Umar (2000), konflik dalam organisasi dalam batas yang wajar
tetap diperlukan, konflik dalam batas wajar menyebabkan dampak yang positif
bagi organisasi yaitu menjadi tegar dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Jadi konflik tetap diperlukan dalam batas yang wajar atau dalam arti positif
sebagai salah satu sumber motivasi penting untuk pembaharuan. Sumber konflik
dalam organisasi dapat berupa persaingan terhadap sumber, ketergantungan
terhadap tugas (kuantitas atau kualitas), batas yang tidak jelas terhadap bidang
kerja (tupoksi), permasalahan status, rintangan dalam komunikasi, dan sifat-sifat
(47)
9. Komunikasi(Communication)
Menurut Notoatmodjo (2009), komunikasi adalah proses pengoperasioan
rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambing atau simbol bahasa atau gerak
(non verbal) untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Komunikasi antar pribadi
sangat penting bagi suatu hubungan.
Menurut Umar (2000) komunikasi organisasi merupakan sarana berbagi
informasi ke dalam maupun ke luar organisasi dengan memanfaatkan umpan
balik untuk proses pengendalian manajemen, membantu pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan, sosialisasi perubahan, dan sebagai sarana
komunikasi dengan pihak luar organisasi. Arah komunikasi organisasi yaitu
komunikasi ke bawah (dari atasan ke bawahan), komunikasi ke atas (dari
bawahan kepada atasan), komunikasi ke samping (komunikasi dalam atau
antar bagian), dan komunikasi ke luar (dengan pemerintah, pelanggan, atau
masyarakat). Menurut Umar (2000), atasan harus menguasai teknik
komunikasi ke bawah dengan cara memberi perhatian penuh pada bawahan
pada saat komunikasi, menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka,
mendengarkan umpan balik, menyediakan waktu yang cukup, dan menghindari
kesan persetujuan atau penolakan.
Komunikasi dikatakan efektif jika penerima menginterpretasikan pesan
yang diterimanya sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim. Selain itu
komunikasi dua arah yang terbuka akan memudahkan untuk saling memahami
(48)
Menurut Nawawi (2001), komponen kualitas kehidupan kerja terdiri dari,
sistem imbalan, restrukturisasi pekerjaan, dan lingkungan kerja. Berikut adalah
penjelasan masing-masing komponen kualitas kehidupan kerja:
1. Sistem imbalan
Nawawi (2001) mengemukakan bahwa kompensasi bagi organisasi
merupakan penghargaan atau ganjaran pendapatan pekerja yang telah
memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya melalui kegiatan disebut
bekerja. Imbalan yang diberikan kepada karyawan memungkinkan mereka
untuk memuaskan berbagai kebutuhannya sesuai dengan standar hidup
karyawan yang bersangkutan dan sesuai dengan standar pengupahan dan
penggajian yang berlaku di pasaran kerja (Nawawi, 2001).
2. Restrukturisasi Pekerjaan
Restrukturisasi pekerjaan menyangkut perbaikan metode atau sistem kerja,
konsep baru yang dapat menciptaan pekerjaan yang lebih menarik untuk dapat
meningkatkan kualitas kehidupan kerja (Nawawi, 2001).
Menurut Arifin (1999) dalam Dewi (2006), restrukturisasi pekerjaan
mencakup perkayaan pekerja, penggunaan kelompok-kelompok kerja (work
group) dan sistem-sistem teknis yang lengkap serta penetapan kerja, terutama
prosedurnya dalam pengembangan para pekerja dengan keterlibatan yang tinggi.
Dengan demikian akan membuat tim menjadi saling ketergantungan satu sama
(49)
3. Lingkungan kerja
Tersedianya lingkungan kerja yang kondusif termasuk di dalamnya
penetapan jam kerja, peraturan yang berlaku, kepemimpinan, serta lingkungan
fisik (Nawawi, 2001).
Menurut Arifin (1999) dalam Dewi (2006), lingkungan kerja dapat
dikatakan segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja yang dapat mempegaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya kebersihan,
keamanan, kenyamanan, keindahan, musik dan sebagainya.
2.3 Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Kemenkes, 2009).
2.3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut Rumah Sakit mempunyai
fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit;
(50)
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.3.2 Kategori Rumah Sakit
Menurut kepemilikan dan penyelenggaraan rumah sakit, rumah sakit dapat
dimiliki dan diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta yang dapat dibedakan
sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Pemerintah dimiliki dan diselenggarakan oleh:
1. Departemen Kesehatan (Pusat)
2. Pemerintah Daerah Propinsi (Pemda)
3. Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota (Pemda)
4. TNI dan POLRI
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
b. Rumah Sakit Swasta dapat dimiliki dan diselenggarakan oleh:
1. Yayasan, yang sudah disahkan sebagai badan hukum
2. Badan hukum dimiliki oleh pemodal baik dalam negeri maupun asing
3. Badan hukum lain yang bersifat sosial.
2.3.3 Tipe Rumah Sakit
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam
(51)
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit, atau kekhususan lainnya. Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah
Sakit. Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas :
a. Rumah Sakit umum kelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)
spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis
lain dan 13 (tiga belas) sub spesialis
b. Rumah Sakit umum kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan
2 (dua) sub spesialis dasar.
c. Rumah Sakit umum kelas C;
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
(52)
d. Rumah Sakit umum kelas D.
Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis
dasar.
Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas :
a. Rumah Sakit khusus kelas A
Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik sub spesialis sesuai kekhususan yang lengkap.
b. Rumah Sakit khusus kelas B.
Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik sub spesialis sesuai kekhususan yang terbatas.
c. Rumah Sakit khusus kelas C
Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik sub spesialis sesuai kekhususan yang minimal.
2.3.4 Sumber Daya Manusia Rumah Sakit
Sumber daya manusia atau ketenagaan yang ada di rumah sakit sangatlah
komplek, karena terdiri dari berbagai macam profesi. Menurut Sabarguna (2009)
kompleksitas pelayanan di rumah sakit tercermin dari banyaknya jenis profesi dan
(53)
dalam undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Dalam
Undang-undang tersebut disebutkan bahwa:
a. Tenaga Medis adalah seorang lulusan fakultas kedokteran atau kedokteran gigi
dan Pasca Sarjananya yang memberikan pelayanan medis dan pelayanan
penunjang medis. Tenaga medis dengan pendidikan sebagai berikut:
1. Dokter umum dan dokter gigi.
2. Dokter spesialis paru, dokter sub spesialis paru, dokter spesialis radioterapi,
dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis
jantung, dokter spesialis bedah thoraks.
3. Dokter spesialis radiologi, dokter spesialis patologi klinik, dokter spesialis
patologi natomi, dokter spesialis anestesi, dokter spesialis rehabilitasi
medik.
b. Tenaga Paramedis Keperawatan adalah seorang lulusan sekolah atau akademi
perawat kesehatan yang memberikan pelayanan perawatan paripurna.
Tenaga Paramedis dengan pendidikan sebagai berikut:
1. Sarjana Keperawatan
2. Akademi Kebidanan
3. Akademi Keperawatan
4. Akademi Gigi
5. Perawat Gigi
c. Tenaga Paramedis Non Keperawatan adalah seorang lulusan sekolah kesehatan
(54)
1. Apoteker
2. Sarjana Kesehatan Masyarakat
3. Akademi Gizi
4. Ahli madya Kesehatan Lingkungan
5. Ahli Madya Rekam Medik
6. Fisioterapis
7. Analis Ahli Kesehatan
8. Perawat Anestesi
d. Tenaga Non Medis adalah seorang yang mendapatkan pendidikan ilmu
pengetahuan yang tidak termasuk pendidikan angka 1, 2 dan 3 di atas.
Tenaga Non Medis, dengan pendidikan sebagai berikut:
1. S2 Perumahsakitan/manajemen
2. Sarjana Ekonomi
3. Sarjana Hukum
4. Sarjana Administrasi
5. Akademi Komputer
(55)
2.4 Kerangka Teori
Menurut Werther & Davis (2003), kualitas kehidupan kerja (Quality of Work
Life) mempengaruhi secara langsung motivasi dan kepuasan kerja sehingga dapat
meningkatkan komitmen terhadap pekerjaan dan diharapkan dapat menurunkan angka
turnover karyawan dan tingkat ketidakhadiran.
Menurut Cascio (2003), komponen Quality of Work Lifeterdiri dari keterlibatan
karyawan, kompensasi yang seimbang, rasa aman terhadap pekerjaan, keselamatan
lingkungan kerja, rasa bangga terhadap institusi, pengembangan karir, fasilitas yang
tersedia, penyelesaian masalah, dan komunikasi. Sedangkan menurut Nawawi (2001)
dijelaskan bahwa ada 3 aspek kualitas kehidupan kerja (Quality of Work Life)yaitu, sistem
imbalan, restrukturisasi pekerjaan dan lingkungan kerja.
Mengenai pembahasan teori motivasi kerja dalam penelitian ini menggunakan
teori hirarki kebutuhan (Abraham Maslow), teori dua faktor (Herzberg), teori X dan
Y (Mc Gregor), teori equity, dan teori Mc Clelland. Berdasarkan teori mengenai
kualitas kehidupan kerja (Quality of Work Life) dan motivasi kerja di atas, maka
dalam penelitian ini akan meneliti hubungan antara keduanya. Berikut ini ialah gambar
(56)
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Cascio (2003) dan Nawawi (2001) KomponenQuality of Work Life (Nawawi, 2001)
• Sistem imbalan
• Restrukturisasi pekerjaan
• Lingkungan kerja
Komponen Quality of Work Life (Cascio, 2003):
• Keterlibatan karyawan
• Kompensasi yang seimbang
• Rasa aman terhadap pekerjaan
• Keselamatan lingkungan kerja
• Rasa bangga terhadap institusi
• Pengembangan karir
• Fasilitas yang tersedia
• Penyelesaian masalah
• komunikasi
(57)
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka, peneliti melakukan penyesuaian teori dengan tujuan
yang akan dicapai dalam penelitian ini. Oleh karena itu dilakukan penyederhanaan karena di
antara variabel-variabel yang akan diteliti terdapat kemiripan, yaitu sistem imbalan dengan
variabel kompensasi yang seimbang. Sehingga pada penelitian ini variabel yang akan
digunakan ialah variabel kompensasi yang seimbang karena memiliki makna yang lebih
spesifik mengenai kompensasi/imbalan secara adil dan layak.
Berdasarkan uraian mengenai komponen Quality of Work Life yang dikemukakan
oleh Nawawi (2001) dan Cascio (2003), maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan 11
komponenQuality of Work Life yang terdiri dari 9 komponenQuality of Work Lifemenurut
Cascio (fasilitas yang tersedia, keselamatan lingkungan kerja, keterlibatan karyawan,
kompensasi yang seimbang, komunikasi, pengembangan karir, penyelesaian masalah, rasa
aman terhadap pekerjaan, dan rasa bangga terhadap institusi) dan 2 komponen Quality of
Work Life menurut Nawawi (restrukturisasi pekerjaan dan lingkungan kerja). Dimana 11
komponen Quality of Work Life merupakan variabel independen, sedangkan variabel
dependennya adalah motivasi kerja. Adapun kerangka konsep yang digunakan oleh peneliti
(58)
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
3.2 Definisi Operasional
Untuk memperjelas kerangka konsep di atas, maka peneliti mencantumkan definisi
operasional dari setiap variabel penelitian.
Motivasi Kerja
Keselamatan lingkungan kerjaFasilitas yang tersedia
Keterlibatan Karyawan
Kompensasi yang seimbang
Komunikasi
Pengembangan karir
Penyelesaian masalah
Rasa aman terhadap pekerjaan
Rasa bangga terhadap institusi
Restrukturisasi pekerjaan
(59)
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur Dependen
1 Motivasi Kerja Pegawai Non Medis
Dorongan yang berasal dari luar diri pegawai non medis baik berbentuk psikologis ataupun fisik agar pegawai tersebut dapat bekerja lebih baik sesuai dengan tujuan pelayanan rumah sakit
Pengisian kuesioner dengan memilih jawaban:
1= STS 2= ST 3= S 4= SS
Kuesioner 1. Rendah jika skor < median (24,3) 2. Tinggi jika skor
≥median (24,3)
Ordinal
Independen 2 Fasilitas yang
tersedia
Persepsi Pegawai Non Medis terhadap organisasi dalam memberikan fasilitas untuk menunjang kesejahteraan pegawai baik berupa material (fasilitas fisik di antaranya peralatan, ruangan, dan perlengkapan) ataupun non material (rekreasi dan fasilitas kesehatan)
Pengisian kuesioner dengan memilih jawaban:
1= STS 2= ST 3= S 4= SS
Kuesioner 1. Kurang Baik jika skor < median (12,4)
2. Baik jika skor ≥ median (12,4)
Ordinal
3 Keselamatan kerja
Persepsi Pegawai Non Medis terhadap lingkungan kerja yang aman dan kondusif untuk mendukung keselamatan pegawai.
Pengisian kuesioner dengan memilih jawaban:
1= STS 2= ST 3= S 4= SS
Kuesioner 1. Kurang Baik jika skor < median (12,6)
2. Baik jika skor≥ median (12,6)
Ordinal
4 Keterlibatan karyawan
Persepsi Pegawai Non Medis terhadap kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan,
penerimaan ide/gagasan dan berhubungan dengan atasan.
Pengisian kuesioner dengan memilih jawaban:
1= STS 2= ST 3= S 4= SS
Kuesioner 1. Kurang Baik jika skor < median (12,6)
2. Baik jika skor≥ median (12,6)
Ordinal
(1)
Descriptives
Statistic Std. Error
G_SUM Mean 9.4324 .16407
95% Confidence Interval for Mean
Lower
Bound 9.1054
Upper
Bound 9.7594
5% Trimmed Mean 9.4966
Median 9.7500
Variance 1.992
Std. Deviation 1.41136
Minimum 3.25
Maximum 13.00
Range 9.75
Interquartile Range .25
Skewness -1.520 .279
Kurtosis 6.042 .552
G_MED
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 21 28.4 28.4 28.4
2 53 71.6 71.6 100.0
Total 74 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.304a 1 .012
Continuity Correctionb 4.930 1 .026
Likelihood Ratio 5.961 1 .015
Fisher's Exact Test .019 .015
Linear-by-Linear Association 6.219 1 .013
N of Valid Casesb
74
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
G_SUM .316 74 .000 .714 74 .000
a. Lilliefors Significance Correction
G_MED * L_MED Crosstabulation
L_MED
Total rendah tinggi
G_MED buruk Count 10 11 21
% within G_MED 47.6% 52.4% 100.0%
baik Count 10 43 53
% within G_MED 18.9% 81.1% 100.0%
Total Count 20 54 74
(2)
8. Rasa aman terhadap pekerjaan
Descriptives
Statistic Std. Error
H_SUM Mean 12.4054 .20414
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 11.9986 Upper Bound 12.8123
5% Trimmed Mean 12.4820
Median 12.6000
Variance 3.084
Std. Deviation 1.75608
Minimum 4.20
Maximum 16.40
Range 12.20
Interquartile Range 1.00
Skewness -1.237 .279
Kurtosis 6.247 .552
H_MED
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 28 37.8 37.8 37.8
2 46 62.2 62.2 100.0
Total 74 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 16.092a
1 .000
Continuity Correctionb 14.000 1 .000
Likelihood Ratio 16.061 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 15.875 1 .000
N of Valid Casesb 74
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.57. b. Computed only for a 2x2 table
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
H_SUM .253 74 .000 .842 74 .000
a. Lilliefors Significance Correction
H_MED * L_MED Crosstabulation
L_MED
Total rendah tinggi
H_MED buruk Count 15 13 28
% within H_MED 53.6% 46.4% 100.0%
baik Count 5 41 46
% within H_MED 10.9% 89.1% 100.0%
Total Count 20 54 74
(3)
Descriptives
Statistic Std. Error
I_SUM Mean 13.5811 .20739
95% Confidence Interval for Mean
Lower
Bound 13.1678
Upper
Bound 13.9944
5% Trimmed Mean 13.5844
Median 12.6000
Variance 3.183
Std. Deviation 1.78400
Minimum 8.40
Maximum 16.80
Range 8.40
Interquartile Range 2.20
Skewness .360 .279
Kurtosis -.041 .552
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
(1-Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
I_SUM .290 74 .000 .859 74 .000
a. Lilliefors Significance Correction
I_MED * L_MED Crosstabulation
L_MED
Total rendah Tinggi
I_MED buruk Count 7 4 11
% within I_MED 63.6% 36.4% 100.0%
baik Count 13 50 63
% within I_MED 20.6% 79.4% 100.0%
Total Count 20 54 74
% within I_MED 27.0% 73.0% 100.0%
I_MED
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 11 14.9 14.9 14.9
2 63 85.1 85.1 100.0
(4)
10. Restrukturisasi pekerjaan
Descriptives
Statistic Std. Error
J_SUM Mean 9.3919 .15044
95% Confidence Interval for Mean
Lower
Bound 9.0921
Upper
Bound 9.6917
5% Trimmed Mean 9.4745
Median 9.7500
Variance 1.675
Std. Deviation 1.29414
Minimum 3.25
Maximum 13.00
Range 9.75
Interquartile Range .44
Skewness -1.725 .279
Kurtosis 7.052 .552
J_MED
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 21 28.4 28.4 28.4
2 53 71.6 71.6 100.0
Total 74 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.557a 1 .002
Continuity Correctionb
7.846 1 .005
Likelihood Ratio 9.005 1 .003
Fisher's Exact Test .003 .003
Linear-by-Linear Association 9.427 1 .002
N of Valid Casesb
74
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.68. b. Computed only for a 2x2 table
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
J_SUM .325 74 .000 .759 74 .000
a. Lilliefors Significance Correction
J_MED * L_MED Crosstabulation
L_MED
Total rendah Tinggi
J_MED buruk Count 11 10 21
% within J_MED 52.4% 47.6% 100.0%
baik Count 9 44 53
% within J_MED 17.0% 83.0% 100.0%
Total Count 20 54 74
(5)
Descriptives
Statistic Std. Error
K_SUM Mean 12.0946 .24033
95% Confidence Interval for Mean
Lower
Bound 11.6156
Upper
Bound 12.5736
5% Trimmed Mean 12.1270
Median 12.6000
Variance 4.274
Std. Deviation 2.06742
Minimum 4.20
Maximum 16.80
Range 12.60
Interquartile Range 1.20
Skewness -.705 .279
Kurtosis 2.696 .552
K_MED
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 30 40.5 40.5 40.5
2 44 59.5 59.5 100.0
Total 74 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.802a
1 .009
Continuity Correctionb
5.483 1 .019
Likelihood Ratio 6.750 1 .009
Fisher's Exact Test .015 .010
Linear-by-Linear Association 6.710 1 .010
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
K_SUM .214 74 .000 .887 74 .000
a. Lilliefors Significance Correction
K_MED * L_MED Crosstabulation
L_MED
Total rendah tinggi
K_MED buruk Count 13 17 30
% within K_MED 43.3% 56.7% 100.0%
baik Count 7 37 44
% within K_MED 15.9% 84.1% 100.0%
Total Count 20 54 74
(6)
12. Motivasi kerja
Descriptives
Statistic Std. Error
L_SUM Mean 24.6592 .24847
95% Confidence Interval for Mean
Lower
Bound 24.1640
Upper
Bound 25.1544
5% Trimmed Mean 24.6548
Median 24.3333
Variance 4.569
Std. Deviation 2.13745
Minimum 16.22
Maximum 31.44
Range 15.22
Interquartile Range 2.11
Skewness -.147 .279
Kurtosis 3.854 .552
L_MED
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 20 27.0 27.0 27.0
2 54 73.0 73.0 100.0
Total 74 100.0 100.0
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
L_SUM .229 74 .000 .881 74 .000